Hidup Alisha terasa hancur, ketika pernikahannya gagal tanpa alasan. Ibarat jatuh tertimpa tangga, dia justru dijebak oleh ibu tirinya untuk dinikahkan dengan pria lumpuh. Kehidupan Alisha terasa semakin berat, karena selain lumpuh, ternyata suaminya juga tidak bisa menerimanya sebagai istri akibat trauma kegagalan pernikahan yang sebelumnya. Duka dan air mata terus Alisha alami dan diterima dengan sabar, berharap suatu saat nanti suaminya akan berubah dan bisa menerima dirinya
View MoreDIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH
"Ayah ... bangun, jangan tinggalin Alisha!"Aku masih berteriak, memanggil Ayah yang diam tak bergerak."Ini semua gara-gara kamu! Kalau sampai terjadi apa-apa dengan Ayahmu, maka rasakan akibatnya!"Bu Rosma, ibu tiriku mengancam dengan tatapan tajam. Beberapa menit kemudian, mobil ambulans datang dan segera membawa ayah ke rumah sakit.Aku ingin ikut mengantarkan Ayah, tapi Ibu melarangku. Tanpa menghiraukan teriakannya, segera kuambil kunci motor yang terletak di atas meja.Masih mengenakan baju pengantin lengkap, segera kustarter motorku mengikuti ambulans yang membawa Ayah ke rumah sakit. Tak kuhiraukan tatapan heran dari sesama pengguna jalan ke arahku. Ada juga sebagian dari mereka yang berbisik-bisik membicarakanku. Namun, aku tak peduli, karena yang terpenting bagiku Ayah harus bisa diselamatkan.Beberapa menit kemudian, sampailah kami di rumah sakit. Seketika kesibukan terjadi di depanku. Ayah segera dilarikan ke ruang UGD untuk mendapatkan pertolongan."Dasar anak bodoh!"Masih kudengar umpatan Ibu kepadaku, sesaat setelah pintu ruang UGD tertutup. Sakit sudah pasti, namun bagiku sudah biasa. Hatiku sudah kebal dengan segala sumpah serapahnya.Mungkin memang seperti itulah tabiat ibu tiri pada umumnya. Tampak baik di depan ayahnya, namun berperilaku buruk terhadap anak dari suaminya.Ah tapi tidak semua. Buktinya Ulfa, temanku sangat bahagia meski hidup bersama ibu tiri. Mereka hidup bahagia dan saling menyayangi.Tak berminat meladeni omelan ibu, akupun memilih pergi, mencari tempat yang agak jauh dari tempat wanita itu berdiri. Rasanya sia-sia saja meladeni omongannya, hanya buang-buang energi percuma.Tatapan aneh kembali kuterima dari orang-orang di sekitarku. Ini semua pasti gara-gara baju pengantin yang aku pakai. Menyadari hal itu, bulir-bulir bening kembali membanjiri pipi.Aku hanya bisa terisak, meratapi nasibku yang sungguh malang. Tuhan, tak pantaskah aku bahagia? Setelah kau ambil ibuku, kau rampas juga Erik dariku. Untuk saat ini, aku hanya memohon kepada-Mu, jangan ambil ayahku, karena hanya dia satu-satunya keluarga yang aku punya.Pagi ini, harusnya menjadi hari yang paling bahagia untukku. Berbagai persiapan sudah selesai, tinggal menunggu akad nikah. Lalu, aku akan resmi menyandang status Nyonya Erik. Aku akan lepas dari cengkeraman Ibu tiri yang jahat.Namun, semua kini hanya tinggal kenangan, menyisakan luka dan kebencian di hatiku. Rupanya hubungan yang terjalin selama beberapa tahun ini, tak mampu membuatku mengenal sosok Erik yang sesungguhnya. Ternyata Erik tak kalah jahatnya dari ibu, karena dia tega membatalkan pernikahan tanpa alasan yang jelas. Dia hanya bilang, tak ingin dianggap sebagai anak durhaka, bila tetap memaksa menikah denganku.Mengetahui pernikahanku batal, ayah sangat shock hingga serangan jantungnya kambuh. Bu Rosma menyalahkanku atas apa yang terjadi terhadap ayah.Sedangkan untuk menggelar pernikahan itu, ayah sudah menggelontorkan banyak dana. Tak hanya itu saja, ayah juga harus menanggung malu karena para tamu undangan sudah hadir, namun justru pengantin pria membatalkan pernikahan secara sepihak.Erik memang jahat, aku tak bisa memaafkannya begitu saja. Apalagi dia sudah membuat ayahku menjadi sakit seperti ini.***Setelah dua minggu dirawat, hari ini ayah sudah boleh pulang. Ibu menjemput ayah bersama Rista adik tiriku yang masih SMA.Sementara aku tak boleh ikut, hanya menunggu di rumah sambil bersih-bersih untuk menyambut kepulangan ayah.Hal seperti ini sudah biasa bagiku, setiap ada pekerjaan selalu aku yang dicari. Tapi kalau ada hadiah, tentu Rista yang diutamakan.Sebenarnya aku sudah bosan hidup seperti ini terus menerus. Selalu dikungkung dan tak dihargai, padahal apa yang mereka dapatkan, ada hakku juga di sana.Semenjak pulang dari rumah sakit, sikap ayah mulai berubah. Ayah yang biasanya tegas, kini justru sebaliknya. Semua yang terjadi di rumah ini, harus sesuai keinginan ibu. Aku merasa, ada yang tidak beres dengan semua ini.Sebulan setelah kejadian itu, Bu Rosma mengajak kami sekeluarga pergi. Katanya untuk menghadiri hajatan saudaranya yang ada di Bandung.Tanpa rasa curiga, kuikuti saja permintaannya. Toh ayah juga ikut pergi bersama kami, jadi aman pikirku.Perjalanan Jakarta-Bandung sekitar 3 jam, akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Aku merasa heran, karena yang kami datangi bukan sebuah hajatan melainkan sebuah rumah biasa seperti yang kami tempati, hanya halamannya saja yang lebih luas."Bu, di mana hajatannya? Kenapa sepi sekali?" Tanyaku pada Ibu yang sudah berjalan di depan bersama Ayah."Jangan banyak tanya, nanti kamu tahu sendiri." Jawab Ibu singkat.Aku semakin penasaran mendengar jawaban Ibu, karena sepertinya ada yang disembunyikan dariku.Rupanya kedatangan kami sudah ditunggu oleh pemilik rumah. Tampak seorang nenek, usianya sekitar 60 tahun, telah siap menyambut kedatangan kami dengan senyum ramahnya."Ini yang namanya Alisha ya, cantik sekali kamu Nak?" Tanya Nenek itu sambil melihat ke arahku."Iya Nek." Jawabku malu-malu."Panggil saja Nek Halimah, senang bisa bertemu denganmu." ucapnya sambil membelai puncak kepalaku.Mendengar pujian Nenek Halimah, wajah Rista tampak tak suka. Memang seperti itulah tabiatnya, dia tak ingin ada orang lain yang memujiku.Aku dan Rista memang tak ada hubungan darah. Aku anak dari pihak ayah, sementara Rista dari pihak Ibu. Sifat kamipun bagai langit dan bumi, bahkan dari penampilanpun jauh berbeda.Aku lebih suka dengan pakaian tertutup, sementara Rista lebih suka dengan baju yang terbuka."Malam ini kalian menginap di sini dulu ya, karena acaranya akan diadakan besok pagi." Kata Nek Halimah membuyarkan lamunanku.Kulihat Ayah dan Ibu hanya mengangguk setuju. Akupun tak masalah, hitung-hitung liburan gratis, pikirku.***Pagi harinya ketika membuka mata, samar-samar terdengar suara langkah kaki hilir mudik di depan kamarku. Aku yang penasaran akhirnya keluar dan memberanikan diri bertanya pada salah satu dari mereka."Ada acara apa sih Mbak di rumah ini, kok sepertinya sibuk sekali?""Akan ada pernikahan di rumah ini. Yasudah saya mau melanjutkan pekerjaan dulu." Jawab Mbak tadi sambil berlalu meninggalkanku.Oh rupanya hari ini ada yang mau menikah, tapi sudahlah itu bukan urusanku. Akupun kembali ke kamar untuk menunaikan Shalat Subuh.Ketika baru saja melipat mukena, terdengar suara pintu kamarku diketuk. Setelah pintu terbuka, tampak Ibu berdiri dan langsung menyerobot masuk ke dalam kamarku."Ada apa Bu?" tanyaku penasaran.Namun, ibu tak mempedulikan pertanyaanku. Wanita itu justru menepuk kasur di sebelahnya, memintaku untuk ikut duduk."Alisha, kamu akan menikah hari ini, jadi persiapkan dirimu sekarang!""Apa Bu? Menikah?"Aku yang tak pernah menyangka akan hal ini, hanya bisa melongo atas apa yang kudengar barusan. Bagaimana mungkin aku akan menikah, sedangkan calon suami saja tak punya. Lalu siapa yang akan menikah denganku?Bersambung....DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHTujuh belas tahun kemudian"Selamat Sayang, sebentar lagi kamu akan resmi menjadi seorang istri. Jadilah istri yang baik, baktikan seluruh hidupmu untuk suami dan anak-anakmu nanti." Kukecup pipi Zahra dengan lembut, kemudian memasangkan kalung warisan Merry di leher Zahra. Namun, calon pengantin itu justru menangis terisak-isak.Seminggu yang lalu, kami telah sepakat memberitahukan tentang Merry, ibu kandungnya yang telah tiada. Gadis itu sangat syok mengetahui bahwa aku bukanlah ibu kandungnya. Awalnya memang dia tak terima, ada ibu selain aku. Namun berkat pengertian yang kami berikan, akhirnya dia bisa menerimanya. Apalagi umurnya juga sudah dewasa, jadi lebih mudah untuk menerima nasihat yang kami berikan. Tak lupa, kami juga mengajaknya berdoa dan berziarah ke makam ibunya.Mas Rendi memang memutuskan untuk memberitahukan tentang Merry setelah dia dewasa."Terimakasih Bunda, telah sabar merawat dan mendidikku selama ini. Bagiku, Bunda yang terbaik
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 88"Mas, ini ada titipan untukmu!" ujarku pada Mas Rendi malam itu, setelah kami selesai menidurkan Zahra dan Dio."Apa itu, dari siapa?" Mas Rendi mengernyitkan keningnya, sambil memandangi amplop tersebut."Terimalah, ini titipan dari Merry. Tadi ibunya datang kemari, dan memberikan ini untukmu.""Untuk apa lagi dia mengirim amplop ini? Apa belum cukup dia membuat kekacauan di keluarga kita?""Jangan begitu Mas, bagaimanapun juga, dia ibunya Zahra. Apalagi dia sudah meninggal, jadi sebaiknya kita bisa memaafkannya." Mendengar jawabanku, seketika Mas Rendi membenahi tempat duduknya dan menoleh ke arahku."Apa? Meninggal?" tanya Mas Rendi seolah tak percaya atas apa yang baru saja di dengarnya."Iya Mas, ibunya sendiri yang mengatakan itu padaku. Daripada penasaran, lebih baik Mas buka saja isinya. Aku permisi dulu, mau melihat anak-anak sebentar." Aku baru saja ingin beranjak dari tempat duduk, ketika Mas Rendi menarik tanganku."Tetaplah di sini be
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH Part 87Tiga Tahun Kemudian"Bunda, ada tamu di depan! Katanya pengen ketemu sama Bunda." kata Zahra, siang itu. "Siapa tamunya?" tanyaku penasaran. "Zahra nggak tahu Bund, tapi sepertinya orang asing." jawab Zahra lagi. "Baiklah, Bunda temuin tamunya dulu ya. Tolong ajak dedek Dio main dulu ya!" kataku sembari berlalu meninggalkan kedua anakku di dalam kamar. "Siap Bunda," sahut Zahra semangat, kemudian mengacungkan kedua jempolnya ke arahku.Zahra kini sudah berumur delapan tahun, sehingga sudah bisa menemani adiknya bermain.Aku berjalan perlahan menuju ruang tamu, merasa penasaran, siapa tamu yang dimaksud oleh Zahra. Sesampainya di ruang tamu, aku melihat seorang nenek, sedang duduk dengan wajah menunduk. Siapa dia, sepertinya aku belum pernah melihat wanita itu sebelumnya?"Assalamu'alaikum?" sapaku kepada nenek itu, yang langsung berusaha bangkit ketika melihat kedatanganku. "Wa'alaikumussalam, dengan Nak Alisha?" tanya nenek itu yang membuatk
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUH Part 86Pagi menjelang, mentari mulai keluar dari peraduannya. Harum semerbak bunga mawar dari samping kamar, menebarkan semangat tersendiri bagiku. Cicit burung-burung kecil, menambah semarak pagi itu. "Mas, kita berangkat sekarang saja ya!" kataku pada Mas Rendi, yang sudah selesai memasukkan barang-barang bawaan kami ke dalam mobil. Ya, pagi ini kami akan berangkat ke rumah sakit. Aku sudah siap dengan segala resikonya, yang penting anakku bisa lahir dengan sehat dan selamat. Setelah berpamitan kepada Bi Imah dan Zahra, kamipun berangkat ke rumah sakit. Hatiku tak tenang, harap-harap cemas memikirkan persalinanku nanti.Tak perpikirkan olehku, akan melahirkan secara caesar. Sanggupkah aku menjalaninya?Tak ingin terus dilanda kecemasan, aku memilih berzikir dan berdoa selama dalam perjalanan. Entah apa yang ada di pikiranku, namun bagiku meja operasi itu menakutkan. Namun demi lahirnya sang buah hati, aku akan berusaha kuat untuk melawan ketakutanku
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 85Lamunanku terhenti ketika mendengar suara ketukan di pintu kamar."Masuk!" Jawabku kemudian. Ketika pintu terbuka, aku terkejut melihat siapa yang datang. Tampak Zahra sudah berdiri dengan senyum manisnya. Gadis kecil itu terlihat menyembunyikan sesuatu di balik punggungnya. Sementara Mas Rendi, berdiri di belakang Zahra dengan membawa buqet bunga mawar kesukaanku. "Selamat ulang tahun Bunda! Ini kado dari Zahra! " seru Zahra seraya berlari memelukku, kemudian menyerahkan sebungkus coklat yang dia bawa. "Selamat ulang tahun Sayang!" seru Mas Rendi seraya menyusul Zahra, yang sudah lebih dulu memelukku. Kami saling berpelukan, mencurahkan kasih sayang satu sama lain. Mungkin karena akhir-akhir ini terlalu sibuk mengurus segala sesuatu, sampai aku lupa akan hari ulang tahunku sendiri. "Terimakasih banyak kesayangan-kesayanganku, kalian semua luar biasa!" kataku seraya mencium pipi Zahra dan Mas Rendi bergantian. Aku tak menyangka mereka akan m
DIPAKSA MENIKAHI PRIA LUMPUHPart 84Tak ingin terus menduga-duga, aku segera mencari nomor Ulfa, sahabatku yang juga tetanggaku di sana. Tak perlu waktu lama, panggilanku terhubung, memperdengarkan suara indah sahabatku yang sudah lama tak bertemu. Saat ini Ulfa sudah menikah, bahkan sudah dikaruniai seorang gadis cantik. Aku sangat senang mendengar kabar tersebut, karena dulu kami sama-sama ditinggal pergi oleh calon suami. Aku sangat tahu apa yang dia rasakan waktu itu, karena akupun mengalaminya. Untuk sesaat, aku lupa dengan tujuanku meneleponnya, malah justru asyik saling bertukar kabar. Hingga Ulfa menanyakan tujuanku meneleponnya. ["Oh ya Sha, tumben kamu nelpon siang-siang gini. Ada apa?"] Tanya Ulfa, dari seberang sana. Sha, adalah nama panggilan untukku ketika sedang bersamanya. Katanya dia malas menyebut nama Alisha, kepanjangan. ["Iya nih. Barusan aku lihat berita kalau rumahku yang di sana kebakaran. Apakah itu benar?"] Tanyaku penasaran. Ulfa terdengar menghela n
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments