Semalaman Mawar tak bisa tidur. Pasalnya, baru pertama kali dia tak sekamar dengan suaminya padahal berada di rumah yang sama. Satu hal yang tak pernah Mawar bayangkan seumur hidupnya. Perasaannya kini campur aduk. Sedih dengan keadaannya detik ini, sakit hati dan kecewa dengan sikap Dika yang berubah drastis, takut tak bisa menjaga Rena dengan baik dan menyesal sudah mengkhianati suaminya. Mawar kembali teringat momen-momen bahagianya bersama Rudy. Bagaimana sikap Rudy padanya selama ini. Cinta dan perhatian Rudy padanya dan Rena. Bahkan kesabaran Rudy yang seolah tak ada habisnya meski dia belum bisa menjadi istri dan ibu tiri yang baik untuk anak sambungnya. "Sudah kubilang sejak awal, War. Aku akan bersamamu dalam diam. Sekarang semua sudah terbongkar dan kemungkinan besar istriku bakal tahu soal ini. Aku nggak mungkin pilih kamu, ada anak dan istriku yang menunggu kedatanganku. Menanti penjelasan dariku. Aku akan hadapi masalahku sendiri dan kamu hadapi saja sendiri masalahmu,"
Menjelang isya Ken sudah sampai rumah. Dia membawa oleh-oleh kesukaan istrinya. Ada brownies keju dan lapis legit. Tak hanya itu saja, Ken juga membawa camilan lain sebagai teman nonton tivi atau ngobrol sore hari bersama teh hangat buatan Hanum. Ken keluar dari mobil lalu melangkah pelan menuju teras. Setelah sampai ambang pintu, Ken mengucap salam. Terdengar balasan dari dalam rumah. Derap langkah Hanum sedikit tergesa menyambut kepulangan suaminya. Senyum manis pun terlukis di kedua sudut bibirnya saat melihat Ken di depan pintu. Hanum mencium punggung tangan suaminya, sementara Ken mencium keningnya pelan lalu membawanya ke dalam pelukan. Sepasang suami istri itu tampak romantis dan saling menyayangi. Perlahan Ken mengusap kepala istrinya yang tertutup hijab. "Lama banget, Mas," ujar Hanum sembari menggamit mesra lengan suaminya. Ken dan Hanum melangkah bersama ke ruang tengah lalu meletakkan oleh-oleh itu di meja. Terlihat begitu lelah, Ken gegas menjatuhkan bobotnya ke sofa
Suasana hati Mawar detik ini benar-benar campur aduk. Dia duduk tak tenang di depan meja kerja seorang polisi. Mawar gelisah menunggu saatnya diintrogasi. "Gara-gara kamu sekarang kita ada di sini, Dika!" omel Mawar begitu kesal. Perasaannya kini tak menentu antara kesal, takut dan cemas. Mawar cemas memikirkan Rena yang kini masih terbaring lemah di rumah sakit dengan kaki lumpuh. Mawar berpikir, Rena pasti butuh bantuannya. Makanya dia sangat takut jika masuk penjara. "Siapa yang sebenarnya melaporkan kita, Dik? Apa istrimu tahu soal hubungan ini?" cecar Mawar makin cemas dan tak terima dengan penangkapan dirinya di hotel tadi. "Kamu kok malah nyalahin aku, War. Aku hanya mengiyakan ajakan kamu yang bilang mau datang ke hotel sekalian tanya-tanya soal Ken. Kalau kamu nggak datang, kita juga nggak akan dibawa ke sini." Dika membela diri. "Di situasi seperti inipun kamu masih bisa membela diri, Dika. Harusnya sebagai lelaki, kamu akui kesalahanmu. Bukan malah terus menyudutkanku
Rudy duduk di sofa ruang tengah dengan gelisah. Beberapa kali menoleh ke arah jam dinding yang terpasang di atas buffet. Beberapa kali pula memeriksa handphonenya, berharap ada pesan atau panggilan dari anak buahnya, Sigit. Hampir satu jam menunggu, tak ada kabar apapun. Rudy merasa bersalah sudah menyuruh Sigit untuk memata-matai Mawar kali ini. Sigit yang mungkin masih terlalu remaja untuk melakukan misi seperti itu. [Pak Rudy, saya sudah melakukan tugas dengan baik. Rekaman video mereka di dalam hotel sudah saya dapatkan dan sekarang mereka digrebek polisi. Mas Ken yang membantu misi ini. Kebetulan tadi nggak sengaja ketemu di cafe depan hotel] Pesan dari Sigit membuat Rudy sedikit lega, meski dalam hati kecilnya teramat kecewa, marah dan sakit hati. Namun, dengan bukti-bukti yang ada, tak adalagi alasan untuk mempertahankan Mawar. Tak adalagi alibi untuk mempertahankan hubungan karena baginya perselingkuhan adalah hal paling menjijikkan dalam pernikahan. Rudy menghela napas
[Datang saja ke hotel waktu itu, War. Nanti aku jemput di lobby. Soal Langit, kita bicarakan di sinis saja. Nanti aku jelaskan semuanya. Jangan lupa dandan yang cantik]Pesan dari Dika yang dia kirimkan untuk Mawar sudah dibaca Rudy bahkan sengaja difoto sebagai bukti. Kali ini Rudy nggak akan diam. Dia akan menyuruh orang untuk mengikuti kemana istrinya pergi dan menggrebek mereka sekalian. "Mas, kamu di rumah aja atau ke bengkel lagi?" tanya Mawar yang baru saja masuk ke kamar dengan rambut basahnya. Rudy menoleh lalu tersenyum tipis. Sekuat tenaga berusaha baik-baik saja agar Mawar tak curiga. Dia tak ingin rencananya gagal. Rasa sayang dan cinta yang selama ini dia genggam, rasanya mulai luruh perlahan. Rudy benar-benar tak menyangka jika perempuan yang selama ini selalu dia prioritaskan itu menusuknya dari belakang. "Nggak. Tadi kan aku sudah bilang kalau Hanum sama Ken mau datang," balas Rudy singkat. Mawar manggut-manggut. Dia kembali melirik suaminya saat membaca balasan d
[Dika, kamu kenal sama Ken?] Mawar mengirimkan pesan singkat pada mantan adik ipar yang kini menjadi selingkuhannya itu. Mawar menunggu beberapa saat dengan gelisah, namun taka dan balasan apapun. Pesannya masih ceklis dua abu-abu. Beberapa kali mengirim panggilan, tapi tak jua diterima. [Kenapa kamu bisa sama Ken, Dika? Kalian sudah kenal lama?] Lagi-lagi Mawar mengirimkan pesan. Kali ini Dika sepertinya online. Pesan dari Mawar langsung dibaca, tapi tak jua dibalasnya. Respon Dika yang lambat itu membuat Mawar kembali bertanya-tanya apa hubungan mereka berdua. "Jika mereka saling kenal, Dika pasti nggak mau menolong Rena meskipun dia keponakannya sekalipun. Ken pasti akan menjelaskan semua permasalahannya dan Dika nggak mau ambil resiko. Bisa jadi dia justru lepas tangan atau bahkan meminta polisi untuk melakukan tugasnya sebaik mungkin sesuai kasus yang berjalan. Ah tidak! Aku harus bagaimana sekarang? Bagaimana caranya membebaskan dan melepaskan Rena dari belenggu ini?"