Share

BAB 7

Penulis: NawankWulan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-01 12:18:08

"Beli apalagi dong, Mas? Aku nggak tahu makanan dan barang kesukaan ibu kaya apa," ucap Vonny setelah keluar dari toko kue. 

"Kamu bilang dong makanan dan barang favorit ibu itu apa. Biar aku bisa cari yang kira-kira pas buat ibu. Takutnya ibu nggak suka pilihanku, aku kan jadi nggak enak, Mas." Vonny terus saja berceloteh, sementara Baim hanya membalasnya sesekali. 

"Ambil saja yang sesuai hatimu, ibu akan tetap menerimanya dengan baik, Von. Jangan terlalu banyak dan jangan mahal-mahal," balas Baim kemudian. 

"Ngasih orang tua itu harus yang terbaik, Mas." 

"Iya, tapi-- 

"Sudah. Sudah. Aku mau beliin ibu gamis dulu di toko itu ya? Kalau kamu nggak mau ikut, boleh tunggu di mobil saja. Nggak lama kok, aku segera balik." Vonny menyerahkan dua kotak kue ke tangan Baim sebelum pamit ke toko busana yang ada di seberang jalan. 

Hari ini adalah hari pertama Baim mengajak Vonny ke rumah. Gadis itu terlalu heboh, ingin begini dan begitu. Padahal Baim hanya menuruti permintaan ibunya untuk memperkenalkan perempuan itu secara resmi, setelah minggu lalu tak sengaja bertemu di mall. 

"Kamu teman kantornya Baim?" tanya Soraya waktu itu. Baim yang berdiri di sampingnya hanya membisu. Sesekali menatap ibu dan Vonny bergantian. 

"Iya, Tante. Saya teman kantornya Mas Baim. Bukan teman kantor sih sebenarnya karena saya cuma magang di sana. Kebetulan pemilik kantor itu sahabat papa saya. Jadi, setelah lulus kuliah bulan lalu saya diminta untuk magang di sana sebelum balik ke Jogja." Vonny cukup semringah membalas pertanyaan Soraya. 

"Bagus itu, Von. Masih muda harus punya semangat tinggi dalam berkarir." Soraya menambahkan. 

"Iya, Tante. Kebetulan nanti di Jogja papa minta saya untuk membantu kakak mengelola perusahaan keluarga, jadi mau nggak mau ya harus belajar lebih banyak." Vonny kembali tersenyum. 

Vonny cukup pintar mengambil hati orang lain. Sengaja sedikit memamerkan kekayaannya agar mempermudah jalannya untuk mendapatkan hati Baim. Entah mengapa Vonny merasa cocok dan nyaman dengan lelaki di sampingnya. Lelaki yang bertanggungjawab, tak neko-neko dan punya semangat tinggi untuk berkarir. Vonny merasa Baim akan menjadi pasangan yang pas untuknya, tak peduli jika dia sudah menikah sekalipun. 

Setelah ditinggal pergi kekasihnya setahun lalu, Vonny belum bisa membuka hati dengan lelaki manapun. Namun, saya bersama Baim selama dua bulan belakangan rasa nyaman itu pun hadir menyelusup hatinya. Rasa yang selama ini belum pernah dia dapatkan dari siapapun. Oleh karena itulah Vonny berusaha mencuri hati Baim meski dia tahu laki-laki itu terlalu kaku dan tak mudah ditaklukkan. 

"Wah, kamu pasti dididik dari orang tua dan keluarga yang hebat, Von. Tante bangga loh kamu mau berteman dengan Baim yang berasal dari keluarga sederhana ini." Soraya mulai melancarkan aksinya. Dia ingin tahu bagaimana tanggapan Vonny tentang Baim. 

"Nggak masalah, Tante. Saya biasa berteman dengan siapapun kok." Vonny sedikit salah tingkah saat Soraya menatapnya lekat. 

"Baim cuma sebagai asisten manager di kantornya, sementara kamu dan keluargamu di Jogja bahkan punya perusahaan sendiri. Apa mereka nggak keberatan misalkan kamu bergaul dengan orang biasa seperti Baim?" Vonny tersenyum tipis. Belum sempat menjawab, Baim pun menyela. 

"Ibu kenapa sih mencecar Vonny seperti itu? Namanya berteman nggak masalah dong sama siapapun. Kami hanya teman kantor, Bu. Nggak ada hubungan lebih. Masa iya kerja bareng satu kantor nggak diizinkan berteman." Baim mendengkus kesal. Baim tak nyaman dengan beragam pertanyaan Soraya yang mulai aneh menurutnya. 

"Iya kan ibu nggak tahu kalau kalian hanya berteman. Ibu pikir kalian berdua menjalin hubungan lebih." Soraya tersenyum tipis pada Vonny yang mulai bersemu merah. 

"Nggak mungkinlah, Bu. Vonny pasti sudah punya kekasih atau mungkin tunangan." Baim berucap asal. Baim mulai malas jika ibunya membahas soal pasangan. Proses perceraiannya dengan Meira saja belum kelar, ibunya sudah mulai memintanya mendekati perempuan lain. 

"Aku belum punya pacar kok, Mas. Apalagi tunangan. Pacaran sekali itupun putus setahun lalu karena dia ketahuan selingkuh. Setelah itu belum punya kekasih lagi." Tanpa diminta, Vonny ikut menjelaskan statusnya. 

"Nasib kalian ternyata sama ya. Vonny diselingkuhi kekasihnya, sementara Baim diselingkuhi istrinya. Cocok dong. Kalian pasti bahagia dan bisa saling melengkapi satu sama lain jika punya hubungan khusus." Soraya semakin terang-terangan menjodohkan Baim dengan Vonny. Soraya benar-benar merasa Vonny adalah menantu idamannya. 

"Benarkah begitu, Tante? Kasihan sekali Mas Baim. Kok bisa ya istrinya selingkuh? Padahal di kantor, banyak karyawan yang suka sama Mas Baim loh, Tan." 

"Itulah, Von. Mantan istrinya kurang bersyukur. Dia bahkan selingkuh dengan teman baik Baim sendiri. Makanya Baim sampai sefrustasi ini." Vonny manggut-manggut. Dia semakin merasa jika Baim adalah jodoh yang dikirimkan Tuhan untuknya. 

Penjelasan Soraya membuat Vonny semakin ingin mendapatkan Baim seutuhnya. Tak ada halangan lagi baginya untuk mencuri hati Baim karena laki-laki itu sudah single dan tak ada yang punya. 

Baim menghela napas. Tak ingin mendengar ibunya terus memojokkan Meira, laki-laki itu pun pamit ke kamar. Dia beralasan ingin membersihkan badan yang terasa lengket dan nggak nyaman. 

"Baim itu memang sedikit kaku, tapi kalau sudah cinta bakalan rela banyak berkorban. Dia juga tipe setia. Dari dulu banyak yang suka, tapi dia tetap setia sama istrinya. Kasihan dia malah diselingkuhi." Soraya kembali menjelekkan Meira di depan Vonny untuk menarik simpatinya. 

"Iya, Tante. Saya juga merasakan bagaimana sakitnya diselingkuhi. Kalau saja Mas Baim mau dekat dengan saya, tentu saya akan bahagia sekali. Saya merasa nyaman dan cocok jika ngobrol dengannya, Tante." Sedikit malu-malu Vonny sengaja mengatakannya. Vonny ingin memperjelas sikap Soraya apakah setuju jika Baim memiliki hubungan khusus dengannya atau justru menolak. 

"Bagus itu, Von. Tante juga setuju kalau kalian berhubungan apalagi sampai menikah. Nanti Tante bantu supaya hati Baim yang beku itu mulai mencair. Yang penting kamu jangan lelah mendekatinya ya?" Soraya bernapas lega. Akhirnya rencana yang dia susun selama ini akan membuahkan hasil. Dia sudah sukses menyingkirkan Meira dan kini nyaris berhasil mendapatkan Vonny yang notabene anak orang kaya. 

*** 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (23)
goodnovel comment avatar
Retno w
bertele tele
goodnovel comment avatar
Istna Zena cantik
Vonny kamu juga salah suka sama laki orang,suatu saat nanti kamu bakal tau sifat asli ibunya baim ".
goodnovel comment avatar
Paskalia Irawan
bagus ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   TAMAT

    Malam ini, langit seperti ikut bersyukur. Bintang bersinar cerah di angkasa. Rembulan pun begitu gagah menyinari bumi, menambah kehangatan di rumah Hanum dan Ken yang kini disesaki beberapa tamu dan keluarga besarnya. Meja panjang penuh hidangan khas syukuran. Ada nasi kebuli, rendang, rawon, opor dan beragam jajanan pasar serta kue-kue manis. Di sudut tenda bertumpuk nasi kotak yang diisi dengan sate dan gulai kambing aqiqahan Lintang. Semua tertata rapi dan siap diberikan untuk para tamu saat pulang nanti. Lintang Adiputri Wicaksono. Bayi mungil itu tertidur pulas dalam dekapan Hanum yang mengenakan gamis putih gading dan kerudung senada. Wajah Hanum bersinar, matanya lembap karena rasa haru yang tak bisa diucapkan.Ken berdiri di sampingnya, mengenakan kemeja koko biru langit dan sarung batik. Sesekali tangannya membenarkan selimut bayi yang membungkus Lintang."Lintang tidur terus dari tadi, Mas," bisik Hanum pelan lalu mencium kening putrinya."Namanya bayi begitu, Sayang. Masi

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 325

    Suara salam dari teras kontrakan membuyarkan lamunan Rena yang sedari tadi termenung di depan cermin ruang tengah. Wanita itu menoleh lalu menjalankan kursi rodanya menuju pintu. Rena tersenyum tipis saat tahu siapa yang bertamu siang-siang begini. Kedua sepupu itu pun saling peluk. Pasca keluar dari rumah sakit, Rena memang berubah lebih kalem dan tak banyak bicara.Tak banyak barang di kontrakan tiga ruang itu. Hanya ada kasur, beberapa alat masak dan karpet kecil di ruang depan untuk duduk lesehan tamu. Mawar belum membeli banyak perkakas di sana karena uang yang dia miliki fokus digunakan untuk modal usaha. Mawar ingin jualan nasi uduk di pagi hari di depan kontrakannya."Mbak, kamu diundang acara aqiqahan anaknya Mas Ken dan Hanum kan?" tanya Dara setelah menjatuhkan bobotnya di tempat tidur."Iya. Kenapa? Mau ikut?" tanya Rena singkat. Dara menggeleng pelan lalu meletakkan kado berwarna biru muda di meja kecil. "Buat apa ini?" tunjuk Rena. "Kado buat anaknya Mas Ken.""Modus?"

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 324

    Setelah sampai rumah sakit Mutiara Bunda, Ken memarkirkan mobilnya lalu dengan tergesa mengikuti arahan Bagas menuju ruang persalinan. Ken berusaha tetap tenang, meski dalam hati rasanya campur aduk tak karuan. "Mas, selamat ya! Beneran jadi ayah," ujar Bagas saat melihat bosnya melangkah tergesa mendekatinya. Bagas dan Ken saling jabat tangan lalu berpelukan sesaat. Bagas menepuk-nepuk punggung bosnya. Setelah itu mempersilakan Ken masuk ke ruang inap Hanum. Air mata Hanum kembali menetes saat melihat suaminya datang. Sepasang suami istri itu saling berpelukan. Ken berkali-kali mencium pipi dan kening istrinya. Dia minta maaf berulang kali karena tak bisa menemani istrinya melahirkan. Ada sesal yang terselip di hatinya, tapi melihat Hanum tersenyum dan memaafkannya, Ken merasa sedikit lega. "Selagi lagi maaf ya, Sayang. Kupikir masih dua mingguan lagi sesuai hari perkiraan lahir. Makanya, aku urus masalah di kantor secepatnya biar nanti bisa menemani kamu tiap hari. Nggak tahunya

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 323

    Langit yang tadi bersinar cerah kini berubah kelabu. Awan menggantung di angkasa dan Ken tahu sepertinya hujan deras akan segera turun dalam waktu dekat. Laki-laki dengan hoodie hitamnya itu mempercepat langkah keluar minimarket setelah membayar belanjaannya. Sampai teras minimarket, gerimis mulai datang mengguyur bumi. Ken buru-buru masuk mobil tepat saat air langit jatuh lebih deras. "Syukurlah nggak basah," ujarnya lirih sembari memakai sabuk pengaman. Baru saja menyalakan mesin mobil, tiba-tiba handphonenya berdering. Muncul kontak istri tersayangnya di layar. Wajah yang sebelumnya cukup lelah karena bertemu client yang ribet kini terlihat semringah. Ken tersenyum saat menekan tombol hijau di layar. Berharap suara istrinya terdengar, tapi ternyata justru suara asisten rumah tangganya yang terdengar gugup. Tubuh Ken menegang. Dia berusaha mencerna kata perkata yang diucapkan Bi Santi dari seberang. Derasnya hujan membuat suaranya tak terdengar jelas. Berkali-kali Ken menanyakan

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 322

    Birru Wicaksono Pratama adalah nama anak lelaki Raka dan Meira. Jagoan tampan yang akan meneruskan jejak papa dan Opanya sebagai pengusaha. Bisnis turun temurun yang kini semakin sukses dan memiliki cabang di mana-mana. Tak hanya di Jogja, tempat kelahiran mereka. Tapi, juga di Jakarta, Bandung, Surabaya, Pontianak, Solo dan kota-kota besar lainnya. Syukuran aqiqah sekalian pencukuran rambut sudah usai. Semua berjalan lancar. Bahkan mantan suami Meira, Baim dan keluarganya pun datang. Selain ingin mengajak Aldo liburan ke Jakarta, mereka juga ingin bersilaturahmi karena sudah lama tak bertemu. Baim ingin mempererat hubungan antara ayah dan anak. Dia juga berharap Aldo bisa menerima istri barunya, yang kini sudah sah menjadi ibu sambungnya. "Kami minta maaf nggak bisa datang di acara pernikahanmu bulan lalu, Mas. Maklum, sudah mendekati hari lahir jadi takut bepergian jauh," ujar Meira saat Baim dan keluarganya menjemput Aldo untuk diajak liburan bersama. Rencananya mereka ingin men

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 321

    Waktu terus berjalan. Ken dan Hanum kembali ke Jakarta dengan dunia barunya. Raka dan Meira pun kembali disibukkan dengan pekerjaan kantor, mengurus Aldo dan Dee, bahkan kini sibuk mempersiapkan lahiran. Sementara Wicaksono dan Sundari seperti biasanya, menikmati hari tuanya dengan banyak istirahat dan liburan. Semua bahagia dengan cara yang berbeda. Sekalipun sibuk dengan dunianya, Sundari dan Wicaksono selalu menyempatkan waktu untuk menjenguk kedua cucu, anak dan menantunya. Mereka yang kini sudah pindah ke rumah sendiri karena ingin mandiri. Rumah yang tak terlalu jauh dari rumah utama yang kini hanya dihuni oleh Sundari dan Wicaksono bersama asistennya. "Sayang, kamu kenapa?" tanya Raka panik saat melihat istrinya meringis kesakitan di tepi ranjang. Meira meremas daster polkadotnya sembari memejamkan mata. Seolah dengan itu bisa mengurangi sedikit sakitnya kontraksi. Raka yang baru saja mandi buru-buru memanggil supir untuk menyiapkan mobil. Tas hitam yang sudah berisi barang-

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status