Home / Urban / DUKU (DUDA KUAT) / 10. Kunjungan Salsa

Share

10. Kunjungan Salsa

last update Last Updated: 2021-11-05 11:29:48

Mendengar kabar bahwa Satria tengah dirawat di rumah sakit membuat Salsa menjadi iba dan ia pun berencana akan mengunjungi Satria sebelum pergi ia butiknya. 

Sejak pagi Salsa sudah repot di dapur membuat makanan yang akan dibawa ke rumah sakit. Melihat sang putri tengah asik di depan kompor, membuat Juwi yang baru saja keluar dari kamar, turut tersenyum senang.

"Masak apa sih anak, Bunda?" tanya Juwi menghampiri Salsa. 

"Masak aer," jawab Salsa pendek.

"Buat apa? Buat mandi?" Juwi melihat panci kecil yang tengah berada di atas kompor dalam keadaan mendidih.

"Bukan, Bun, bikin mi rebus. Teman Salsa sakit, jadi Salsa mau bawain makanan." Juwi mengangguk paham.

"Orang sakit gak boleh makan mi instan, Sa, nanti tambah sakit loh. Kenapa gak bawain roti aja?"

"Mi rebusnya untuk Salsa sarapan. Habis sarapan baru Salsa siap-siap jenguk dan beliin roti atau buah di jalan," jawab Salsa sambil menyeringai. Juwi merasa anak sulungnya terlalu cerdas dalam mengolah kata, sehingga otaknya yang hampir tumpul ini tidak bisa menyerap dengan baik ucapan Salsa.

"Untuk Bunda dan Papa sama adik-adik, udah bibik buatkan kwetiau goreng. Tuh, ada di atas meja. Salsa makan ini aja, lebih seger." Salsa menaruh mangkuk yang masih mengeluarkan uap mengepul karena baru saja dituang dari panci.

Wanita itu makan dengan lahap ditemani kerupuk putih hingga habis dua keping besar. Juwi memandang Salsa yang makannya sembarangan dengan mulut belepotan kuah mi.

"Sa, perempuan itu makannya yang anggun. Lelaki nanti ilfil loh kalau kamu makannya gitu," tegur Juwi pada putrinya. Namun Salsa hanya menanggapi dengan memberikan jempolnya. Juwi hanya bisa menghela napas panjang sambil menggelengkan kepala. 

"Ngomong-ngomong, teman kamu yang sakit siapa? Laki-laki atau perempuan? Sakit apa?"

"Lelaki, Bun. Sakit bengek!" 

"Oh, TBC? Kalau TBC kamu gak boleh jenguk deh, nanti malah ketularan lagi," ujar Juwi dengan raut wajah cemas. Salsa tertawa, lalu dengan cepat menyeruput kuah mi rebus rasa kare hingga mangkuknya bersih. 

"Sesek napas bukan berarti TBC, Bunda. Ya udah, Salsa mau mandi, langsung ke rumah sakit, setelah itu Salsa baru ke butik." Salsa bangun dari duduknya, lalu berjalan cepat masuk ke dalam kamar.

Membaca pesan dari Salsa yang mengatakan bahwa ia akan menjenguk Satria di rumah sakit membuat lelaki itu menjadi lebih bersemangat. Walau masih menggunakan selang oksigen yang menempel di lubang hidung, tetapi Satria meminta bantuan ibunya untuk mandi dan berganti pakaian. 

"Diseka aja ya, Sat, soalnya kalau mandi repot. Mana bawa-bawa selang," bujuk Bu Maesaroh pada putranya.

"Bu, kalau diseka jadinya diusap-usap. Malu ah, diusap-usap sama perawat. Nanti Bang Kuat bangun," bisik Satria sambil menahan tawa. 

"Kalau dimandiin hanya diguyur aja, gak pakai diusap, jadi aman," kata Satria lagi membujuk ibunya. 

"Ya udah, nanti Ibu bilangin perawatnya, kalau lu jangan diusap pakai tangan, tapi pakai gergaji aja. Biar tambah bersih," timpal Bu Mae sambil mencebik. Satria pun ikut tergelak dan akhirnya menyerah. Ia hanya mencuci muka dan diganti pakaiannya termasuk pakaian dalamnya.

"Bu, saya mau pakai sempak ungu aja," kata Satria dengan leher memanjang melihat ke arah kopernya. 

"Sat, temen lu ke sini mau nengokin lu sakit, bukan mau ngecek lu pakai sempak warna apa? Lama-lama gue suruh dokter suntik mati aja deh! Ribet gue ngurusin elu! Udah tua bukannya nikah, cari istri yang benar! Udah, pake aja warna kuning ini. Gak ada lagi." Dengan misuh-misuh Bu Mae mengangkat sarung yang dipakai Satria untuk mengganti celana dalamnya. 

"Tutup mata, Bu!" Seru Satria membuat Bu Mae mendecih sebal. Sempak belum ditarik hingga ke atas, baru sampai paha Satria saja, ketika terdengar suara ketukan di pintu. 

"Masuk," seru Bu Mae sambil menyambut tamunya yang tidak lain adalah Salsa.

"Bu ... ini tarik dulu! Aduh! Bu! Ini sempak tolong di tarik, tangan Satria susah!" pekik Satria setengah berbisik. Namun Bu Mae melenggang seolah tidak mendengar panggilan Satria. Sempak baru setengah perjalanan sampai paha. Satria.

"Mari masuk, Neng. Ya Allah, cantiknya! Ayo, sini duduk dulu di situ ya. Ibu mau bantuin Satria make sempak. Susah katanya." Salsa tersenyum kaku, lalu menutup separuh wajahnya agar tidak melihat ke arah Satria yang tirainya tidak tertutup. Wanita itu duduk perlahan dengan ragu-ragu menaruh oleh-oleh yang ia bawa ke atas meja. 

"Ck, sempaknya kekecilan apa ya? Tunggu deh, Ibu cari warna lain. Biru mau gak?" 

"Apa aja, Bu, cepat! Ada Salsa loh itu!" Satria sudah sangat gemas dengan kelakuan ibunya. Salsa pura-pura tidak mendengar, tepatnya ia tidak mau mendengar karena ia adalah gadis yang teramat polos dan tidak paham perihal dunia persempakan.

"Putih ada, Sat. Gak papa warna putih, nanti kelunturan gak?"

"Bu, warna apa aja cepet! Ini nanti masuk angin dianggurin gini!" pekik Satria dengan kesal. 

"Kenapa dibawain Bu Mimi sempak kecil semua sih? Ya udah, lu tunggu di sini deh, Ibu ke mall depan beli sempak."

"Bu, kelamaan! Udah gak usah pakai sempak deh!" Satria menahan tangan ibunya yang hendak berlalu pergi meninggalkannya berdua saja dengan Salsa.

Akhirnya sarung Satria dipakai dengan rapi dan Bu Mae pamit sebentar untuk membeli obat penurun darah tinggi di apotek rumah sakit.

"Titip Satria dulu ya, Neng. Ibu ke bawah sebentar," ujar Bu Mae pada Salsa. WanitA itu pun mengangguk, lalu tersenyum. 

"Jangan diangkat sarung anak saya ya, ngeri pokoknya mah," ujar Bu Mae dengan melirik sengit ke arah Satria. Salsa tertawa sumbang, lalu menatap kepergian Bu Mae dengan napas lega. 

"Apa kabar, Bang?" tanya Salsa setelah mendekat pada brangkar Satria, lalu duduk di bangku yang ada di dekatnya.

"Begini deh, masih nyesek dikit, tapi mudah-mudahan nanti sore udah gak pake oksigen," jawab Satria sambil tersenyum. Ekor matanya mencuri pandang pada sosok Salsa yang jika dilihat dengan seksama, sangatlah cantik dan manis.

"Syukurlah," jawab Salsa sambil tersenyum kembali. 

"Makasih udah jenguk saya kemari ya, Sa. Emang Salsa gak punya pacar?"

"Gak punya, Bang." Salsa menggeleng.

"Kenapa?" 

"Ya, belum ketemu jodohnya kali, Bang. Salsa mah gak cari pacar sih, umur udah dua puluh empat tahun gini. Salsa nyarinya suami yang Soleh yang lucu, yang gemesin, yang kuat, berstamina, dan baik hati."

"Saya saja kalau begitu," sela Satria sambil menunduk malu-malu. Walau diantara semua syarat Salsa, dia hanya lolos satu poin, yaitu berstamina, tetapi tidak ada salahnya mencoba. 

"Salsa mau jadi istri saya?" 

Bersambung-

Gaskeun, BaaangSaaattt!

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (7)
goodnovel comment avatar
Mom L_Dza
eh BangSat udah mau sama Salsa.. kmren aja illfill
goodnovel comment avatar
Muhammad Zaki
bangke ngakak bacanya wkwk
goodnovel comment avatar
Rendy Bragi
ahhahaah....njjiirrr terharu gue sma novel satu ini...sampe pengin lempar kursi ke penulisnya...wkkwkekw
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • DUKU (DUDA KUAT)   99. Gara-gara Barbel (Ending)

    Bep! Bep!Suara dering ponsel membuat konsentrasi Satria terpecah. Ia mencoba abaikan, tetapi dering itu tak juga berhenti hingga memekakkan telinga."Angkat dulu saja, Bang," kata Salsa pada suaminya."Ya udah deh!" Satria turun dari tubuh Salsa, lalu tangannya memanjang untuk meraih ponsel."Ibu Suri," kata Satria pada Salsa."Halo, assalamualaikum, Bu, ada apa telepon?""Eh, songong lu! Emangnya gue gak boleh telepon? Lu ada di sana juga kalau bukan gue ngeden banget, gak bakalan lu keluar, Satria. Jadi yang sopan sama orang tua."Ha ha ha ha ... Salsa tertawa mendengar ocehan ibu mertua pada suaminya. Ia bisa mendengarnya dengan jelas karena Satria menyalakan loudspeaker."Iya, Bu, maksudnya ada apa? Apa Ibu sakit?""Bukan gue yang sakit, tapi Bagus lu! Gimana dia kabarnya? Udah mendingan belum?""Ini baru mau dijajal lagi, Bu.""Oh, berarti udah lu obatin?""Udah, Bu.""Begini, kata

  • DUKU (DUDA KUAT)   98. Nonton Bioskop

    Salsa berhasil mengeluarkan biji durian yang tersangkut di tenggorokan Satria, walau dengan penuh perjuangan. Segelas teh hangat ia buatkan dengan penuh cinta kasih untuk suami tercinta, agar rasa pedih di tenggorokannya hilang."Abang tahu gak, kalau yang Abang lakukan tadi berisiko membuat saya menjadi janda untuk kedua kalinya?" Salsa menatap suaminya dengan wajah iba. Satria membuang pandangannya, tak sanggup untuk membalas tatapan Salsa. Ia sangat malu dengan kekuatan serta perbuatannya yang konyol."Jangan diulangi ya, Bang. Cukup Abang berolah raga rutin dan jangan stres. Tiket yang waktu itu saya berikan sebagai kado ulang tahun Abang dan Mbak Haya sudah diberikan Ibu pada saya. Karen jangka waktu berlakunya untuk satu tahun, maka kita bisa menggunakannya untuk kita berbulan madu.Salsa tahu Abang pasti stres berat. Ingin memberikan yang terbaik untuk Salsa, malah keadaan sebaliknya yang terjadi. Jadi, besok sore kita berangkat ya? Sekarang S

  • DUKU (DUDA KUAT)   97. Satria Pergi ke Rumah Sakit

    Satria merasa sangat menderita dengan kekuatannya yang menghilang. Ia bahkan sangat malu pada istrinya karena hal memalukan ini."Bang, sudah, jangan dipikirkan, apa Abang mau ke dokter? Kita periksa ke dokter, gimana?" tanya Salsa sambil menyandarkan kepalanya di lengan suaminya. Satria hanya bisa mendesah penuh penderitaan."Ayo, kita ke dokter, konsultasi, siapatahu dokter ada solusi untuk kita," bujuk Salsa lagi dengan lemah lembut."Melamun seperti ini tidak akan memberikan solusi. Kalau Abang sayang sama Salsa, berarti Abang harus ikut saran Salsa." Kali ini suara istrinya terdengar serius."Ya sudah, ayo, kita ke dokter." Salsa tersenyum senang, lalu melayangkan satu ciuman di pipi kekasih halalnya.Keduanya berangkat ke rumah sakit dengan menaiki motor besar Salsa yang memang berada di lobi parkir hotel."Ya ampun, motor ini berat banget, Sa. Kamu kuat sekali bisa wara-wiri dengan kendaraan seperti ini,"

  • DUKU (DUDA KUAT)   96. Kesedihan Pengantin Baru

    "Ya sudah, Bang, jangan sedih gitu! Gak papa kok cuma sebentar. Salsa maklum." Salsa mengusap rambut suaminya dengan penuh sayang."Abangnya yang gak terima, Sa. Masa sebentar banget? Belum juga keringetan, belum sesak napas, baru tiga kali tarik ulur napas, masa udahan sih? Duh, gimana ini?" Satria meremas rambutnya dengan kesal. Ia terduduk sambil bersandar di punggung ranjang. Sangat malu untuk menatap wajah Salsa yang sebenarnya tidak terlihat menderita."Nanti dia coba lagi, Bang. Kata Ibu waktu itu, Abang bisa tujuh kali dalam sehari, kalau memang Abang sudah sembuh Alhamdulillah, paling tidak bisa berkurang sedikit. Salsa juga masih sakit ininya, pedih," kata Salsa lagi dengan wajah malu-malu."Maafin Abang ya, Sa. Kita mandi lagi yuk, setelah itu sarapan. Oh, iya, siapatahu di kamar mandi nanti Bagus bisa satu kali lagi." Satria tersenyum sangat lebar. Ia teringat pernah habis-habisan melakukannya dengan Haya waktu itu karena kamar mand

  • DUKU (DUDA KUAT)   95. Malam Pengantin Season 4

    "Mae, kemalin acala Satlia untung gak hujan ya? Emangnya lu jadi lempalin sempak ke genteng hotel?" komentar Mak Piah yang menghampiri Bu Mae di tukang sayur keliling.Si Abang tukang sayur dan beberapa ibu-ibu yang ada di sana tertawa mendengar pertanyaan Mak Piah."Ha ha ha ... Mak, nama saya Maesaroh, bukan Spidermae, ha ha ha ... Gimana caranya saya lemparin sempak bekas pakai ke genteng hotel? Naiknya gimana? Ha ha ha ....""Gue kilain jadi, Mae, soalnya gak hujan," timpal Mak Piah."Harusnya lempal sempak gue ya, bial panas sehalian. Semalam jam sebelas malah hujan, jadinya becek deh ini," kata Mak Piah lagi."Kalau sempak Emak yang dilempari, hujan kagak, longsor ia, ha ha ha ... Dah, ah, saya mau rebahan dulu, cape semaleman ngitungin amplop dari ibu-ibu. Soalnya isinya dua ribuan semua. Satria, walau udah nikah, tetap aja nyusahin gue.""Bener, Bu, saya ampe nukerin uang dua ribuan ke pom bensin unt

  • DUKU (DUDA KUAT)   94. Malam Pengantin Season 3

    "Eh, Abang kenapa bangun? Sudah pagi ya?" Salsa menggosok kedua matanya dengan kuat sambil menoleh ke kanan untuk melihat jam dinding. Keningnya mengerut dalam saat melihat jarum pendek masih ada di angka tiga. "Masih subuh, Bang, tidur lagi aja," kata Salsa malah berbalik memunggungi Satria. Istrinya nampak sangat mengantuk, hingga suara dengkurannya kembali terdengar jelas. Satria mendekat untuk mengecup kepala Salsa, lalu ia membetulkan letak selimut istrinya."Bagus, nasib kamu sedang kurang bagus malam ini. Kita tidur lagi saja ya, besok sehabis salat subuh kit aja Puspa main petak umpet," bisik Satria pada media tempurnya.Satria kembali memeluk Salsa dari belakang dan ikut memejamkan mata. Rasanya sangat nyaman bisa tidur memeluk kekasih halalnya.Sementara itu, wanita single parent yang bernama Haya, tidak bisa tidur sepanjang malam. Hari ini adalah hari pernikahan Satria dan ia tahu itu dari Wahyu. Walau sudah tinggal ber

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status