Beranda / Romansa / Dalam Dekap Hangat Kakak Ipar / Bab 24 : Di Ambang Perpisahan

Share

Bab 24 : Di Ambang Perpisahan

Penulis: Vanilla_Nilla
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-14 21:34:17
Napas Maura tercekat saat melihat sosok wanita paruh baya itu berdiri di ruang tamu. Cornelia, ibu mertuanya. Beberapa hari lalu, saat mereka berbicara di telepon, Cornelia mengatakan akan kembali ke Indonesia sekitar sebulan lagi. Tapi nyatanya, wanita itu kini sudah berdiri di hadapannya.

Bukan hanya Maura yang terkejut, Revan yang berdiri di belakangnya pun sama kagetnya. Ia tak menyangka ibunya sudah kembali.

"Mama ... sejak kapan Mama pulang?" tanya Revan, berusaha menyembunyikan keterkejutannya.

"Dari tadi siang," jawab Cornelia ketus. Ia jelas tidak senang melihat Maura dan Revan pulang larut malam, apalagi bersamaan.

"Kenapa Mama tidak bilang kalau mau pulang sekarang?" selidik Revan, mencoba mencari tahu alasan kepulangan ibunya yang mendadak.

"Awalnya Mama hanya ingin membuat kejutan untuk kalian," jawab Cornelia, matanya menatap tajam Maura dan Revan bergantian. "Tapi sekarang ... malah Mama yang terkejut melihat kalian berdua pulang selarut ini. Kalian berdua tida
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dalam Dekap Hangat Kakak Ipar   Bab 88 : Kata-Kata yang Menyakitkan Hati

    Maura masih mengincar pintu restoran, pada saat itu juga, tiba-tiba semua orang di meja mereka menyibukkan diri melihat ke sana. Dia mengangkat kepala, dan jantungnya langsung berdebar kencang, Revan dan Alyssa datang bersama. Revan mengenakan jas hitam yang rapi, dengan kemeja putih yang lurus dan dasi hitam yang tipis. Jasnya terasa kaku tapi elegan, menyoroti postur badannya yang tinggi dan tegap. Rambutnya disisir rapi ke belakang, membuat wajahnya yang tampan lebih terlihat jelas, mata hitamnya yang dalam, rahang yang tegas. Dia berjalan dengan langkah tegap, seolah menguasai ruangan itu, tapi matanya sempat melesat ke arah Maura sebentar sebelum kembali ke depan. Di sebelahnya, Alyssa mengenakan gaun panjang warna krem yang mengalir indah dari bahu sampai ke lantai. Gaunnya memiliki potongan V yang lembut di leher, dengan renda tipis yang melilit lengan panjangnya. Bahan gaun itu terasa halus dan mengkilap di bawah cahaya restoran, membuatnya terlihat cantik dan anggun. Rambu

  • Dalam Dekap Hangat Kakak Ipar   Bab 87 : Kata Indah yang Terasa Dingin

    Mobil Dimas melaju dengan lambat melalui jalan raya yang mulai sepi. Maura duduk di kursi penumpang, kepalanya menunduk melihat lantai mobil. Pikirannya masih terjebak pada pandangan sesaat dengan Revan tadi, mata lelaki itu yang terlihat sakit, yang membuat hatinya terasa sempit seolah tertutup rapat. Setelah beberapa waktu, mobil mereka akhirnya berhenti di depan rumah. Dimas membuka pintu mobil dan keluar terlebih dahulu, sementara Maura baru melangkah keluar dengan langkah yang berat. Udara sore menyentuh wajahnya, tapi dia tidak merasakannya, semua perhatiannya masih terpusat pada Revan. Mereka memasuki rumah. Lampu ruang tamu menyala lemah, membuat suasana terasa sepi dan dingin. Maura berbalik ke arah Dimas, mencoba membuat suaranya terasa normal, "Kamu mau makan apa? Biar aku masak dulu, kayaknya kamu juga capek." Dimas menggeleng, dia langsung duduk di sofa dan membuka ponselnya. "Tidak usah, tadi aku sudah makan bareng Alyssa pas menunggu kamu turun dari tangga. Kamu sen

  • Dalam Dekap Hangat Kakak Ipar   Bab 86 : Perpisahan Tanpa Kata

    Maura menundukkan kepala, ragu apakah akan menjawab. Tapi setelah sejenak, dia akhirnya menyentuh layar untuk menerima panggilan. "Halo ..." ucapnya dengan suara yang masih lemah dan serak karena menangis. "Maura, kamu di mana? Kenapa tidak ada di rumah?" suara Dimas terdengar dari seberang telepon, terdengar sedikit kesal dan cemas. Maura menghela napas dengan kasar, matanya masih memandang surat cerai yang basah di tangannya. "Aku ... di rumah Mama Cornelia," jawabnya, kata-kata itu terasa berat di tenggorokan. Dia tidak berani mengatakan apa-apa lagi. "Kamu tidak pulang, ini sudah malam!" suara Dimas terdengar lebih keras dari seberang telepon, terasa khawatir dan sedikit kesal. "Mama Cornelia sedang sakit. Sepertinya aku akan menginap di sini malam ini," jawabnya dengan suara lemah. "Mama sakit apa?" tanya Dimas dengan nada yang tiba-tiba panik, dia benar-benar khawatir. "Mama tidak enak badan," jawab Maura. "Ya sudah kalau gitu, aku ke sana." Sambungan telpon pun terput

  • Dalam Dekap Hangat Kakak Ipar   Bab 85 : Harga dari Sebuah Keputusan

    Waktu terasa berhenti. Maura berdiri diam di tepi balkon, matanya masih tidak berani menghadapi Revan. Hatinya berdebar kencang sampai akan meledak, dan kata-kata "apa kamu juga mencintaiku?" terus berputar di kepalanya. Aku mau ngomong apa? pikirnya, menggigit bibirnya sampai terasa sakit. Semua yang dia rasakan selama ini, rasa sayang yang tidak bisa dia ungkapkan, kesedihan melihat Revan dekat dengan Alyssa, rasa sakit karena harus membujuknya menikahi orang lain, semua itu terasa menyesakkan. Revan tetap menatap Maura, matanya masih penuh harapan. Dia tidak mau mendesak, tapi hatinya juga tak tahan menunggu. Sudah lama dia menyukai Maura, tapi tak berani mengaku karena dia tahu Maura masih menikah dengan Dimas. Tapi sekarang, dengan semua yang terjadi, ia berharap Maura juga mencintainya. Setelah sejenak terdiam, Maura akhirnya mengangkat kepala. Matanya yang berkaca-kaca bertemu dengan pandangan Revan, dan dia melihat kebenaran di mata lelaki itu. Dia mengambil napas panjang,

  • Dalam Dekap Hangat Kakak Ipar   Bab 84 : Apa Kamu Juga Mencintaiku?

    Setelah keluar dari kamar Cornelia, Maura langsung menuju tangga untuk mencari Revan. Langkahnya masih terasa berat, hatinya dipenuhi dengan janji yang baru saja dia berikan, janji yang membuatnya terasa terluka dari dalam. Hari ini, Maura mengenakan rok panjang yang sebetis, warna krem muda yang terasa lembut saat bergeser di lantai. Di atasnya, dia memakai baju atasan kemeja lengan pendek dengan motif bunga kecil warna ungu muda, yang dibuka sedikit di leher dan diselimuti jaket cardigan tebal warna abu-abu muda. Semua pakaiannya terasa nyaman tapi tetap rapi, Maura selalu memperhatikan penampilannya meskipun hatinya sedang kacau. Ia mulai menaiki tangga, satu tangannya menopang erat pada pagar tangga yang terbuat dari kayu. Kakinya mengenakan high heels kulit warna coklat tua, yang setiap kali menapak ke anak tangga mengeluarkan bunyi "tuk ... tuk ... tuk" yang terasa keras di tengah keheningan rumah. Bunyi itu seolah menambah beban di hatinya, setiap langkah semakin memperkuat

  • Dalam Dekap Hangat Kakak Ipar   Bab 83 : Janji yang Terluka

    "Maura ...?" gumam Cornelia, matanya masih terbuka lebar karena terkejut. Dia tidak menyangka wanita itu akan tiba di saat seperti ini, saat dia sedang memohon Revan untuk menikahi Alyssa. Revan juga masih terdiam, tubuhnya kaku di samping ranjang. Dia melihat Maura yang berdiri di ambang pintu, wajahnya memerah dan mata yang berkaca-kaca. Apakah Maura sudah mendengar semuanya? Pikiran itu membuat hatinya berdebar kencang. Maura perlahan melangkah masuk ke dalam kamar, tangannya sedikit gemetar, tapi ia mencoba untuk tetap tenang. "Ma, barusan Rena bilang Mama sedang sakit, jadi aku langsung ke sini," ucapnya dengan suara lemah, mencoba menyembunyikan ketakutan dan kesedihan yang ada di hati. Dia berjalan mendekat ke ranjang, sambil memperhatikan ibu mertuanya dengan penuh khawatir. "Mama sakit apa? Apa sudah minum obat?" Cornelia hanya bisa mengangguk perlahan, masih belum percaya bahwa Maura ada di sana. Tubuhnya terasa lebih lemah, pikirannya bingung—bagaimana dia bisa melanjut

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status