Pov Miranda"Mas, kapan rencana pernikahan Mas dengan Alexa?" tanya Miranda ragu. Sebenarnya pertanyaan itu hanya basa-basi saja untuk membuka percakapan dengan suaminya."Secepatnya Mir, sedang dipilihkan hari baiknya" jawab Rajasa. Tentu saja Miranda tak peduli kapan suaminya akan menikahi wanita itu."Mas sebelum pernikahan Mas dan Alexa berlangsung aku boleh minta sesuatu sama Mas?" Tanya Miranda hati-hati sambil memastikan bahwa suasana hati suaminya dalam kondisi yang baik." Tentu sayang, apa yang kamu minta asalkan aku mampu pasti kuberi" jawab Rajasa."Baguslah ini saatnya menjalankan rencana!" sorak Miranda dalam hati. Suasana hati suaminya itu sepertinya memang sedang dalam kondisi yang baik. Mungkin masih terpengaruh dengan acara lamarannya pada Alexa tadi siang yang berjalan sukses."Mas pasti mampu kok" Ucapku sambil mengambil dokumen asuransi jiwa. Aku sudah menyusunya rapi sehingga suamiku hanya tinggal membubuhkan tanda tangan."Mas aku mau mas membeli salah satu asur
Pov Miranda,Kehidupanku selama menjadi istri Mas Raja benar-benar melelahkan. Aku terbiasa bangun pukul empat pagi. Setelah menyelesaikan kewajibanku untuk sholat subuh, aku segera turun ke dapur untuk memasak sarapan pagi. Setelah seluruh anggota keluarga selesai sarapan kulanjutkan dengan menyapu dan mengepel seluruh ruangan di rumah ini sambil menunggu Mahesa bangun.Saat Mahesa bangun aku akan memandikanya lalu memberikan dia sarapan pagi. Selanjutnya aku akan membereskan dan membersihkan piring-piring kotor bekas sarapan keluarga ini, dilanjutkan dengan mencuci pakaian dan menjemurnya satu persatu.Pekerjaan rumah tangga di rumah ini sepertinya tak pernah selesai. Bu Merry enggan mempekerjakan ART setelah Bi Parti pulang kampung, menurutnya aku bisa menggantikan tugas Bi Parti mengerjakan semua pekerjaan di rumah ini. Aku baru akan beristirahat ketika selesai makan malam dan membereskan semua piring kotor sisa makan malam keluarga ini.Selama ini Bu Merry tak pernah memperlakuka
Pov MirandaSuami dan ayah mertuaku sudah berangkat ke kantor, kebetulan ibu mertuaku juga sedang pergi bersama teman-temanya ke acara arisan sosialita yang biasa ia ikuti.Ini kesempatanku untuk segera mengirim dokumen asuransi ke kantor Pak Fajar. Aku segera mengambil Handphone dan memesan ojek online di salah satu aplikasi yang sudah lama menjadi andalanku. Beruntung driver ojek segera datang dan aku tak membuang waktu, segera memberikan dokumen penting itu untuk diantar ke alamat tujuan.Setelah driver pergi aku segera kembali ke kamar untuk menghubungi Pak Fajar, menyampaikan bahwa aku telah mengirim berkas asuransi yang sudah ditandatangani suamiku melalui ojek online, sekaligus aku mengirimkan bukti transfer pembayaran premi untuk satu tahun masa pertanggungan.[Siang Pak Fajar, dokumen saya kirim melalui ojek online ke alamat kantor Bapak ya, mohon infokan jika sudah sampai] Aku mengirim pesan ke Pak Fajar.[Baik Bu Miranda] Pak Fajar membalas pesanku tak lama kemudian.Aku ke
"Seandainya terjadi sesuatu dengan anakmu, itu sama sekali bukan urusanku tapi aku tak mau Rajasa menyalahkanku karena tak membantumu! ambilah uang ini dan bawa anakmu pergi berobat!" Bu Merry melemparkan beberapa lembar uang ratusan ribu ke mukaku. Tanpa ingin tahu lebih jauh bagaimana kondisi cucunya, Bu Merry segera masuk ke kamar meninggalkanku di ruang depan.Aku mengusap air mataku atas sikap dan perkataan mertuaku, sebenarnya sudah terlalu sering ia menyakitiku dengan kata-kata maupun sikapnya yang menunjukan dengan jelas ketidaksukaanya kepadaku. Tapi rasanya masih tetap saja menyakitkan apalagi dalam kondisi seperti ini, di saat perasaanku sedang cemas dan membutuhkan dukungan.Untuk kesekian kalinya ku abaikan rasa sakit hati atas perlakuan Bu Merry, yang ada dipikiranku saat ini adalah kesembuhan Mahesa. Segera ku punguti uang itu satu persatu sambil menggendong putraku dan tanpa menunggu lama aku berlari ke garasi untuk mengeluarkan mobil dan membawa Mahesa ke rumah sakit.
Pov MirandaSeorang perawat bersama dengan dokter berparas cantik datang ke ruang perawatan Mahesa, "Selamat siang Ibu Miranda, berikut hasil lab sudah keluar dan dokter Gina akan menjelaskannya, beliau adalah dokter spesialis penyakit dalam yang menangani Mahesa" Ucap perawat menjelaskan dengan ramah. Aku hanya mampu membalas tersenyum karena pikiranku tidak sabar mendengar mengenai hasil lab anaku."Berdasarkan hasil lab trombosit Mahesa sangat rendah, analisa saya Ananda Mahesa positif DBD Bu, panasnya juga tadi sangat tinggi ya sebelum diberikan obat penurun demam" Ucap wanita yang disebut dokter Gina itu"Iya Dok, tadi sempat 40 derajat celsius saat baru datang" sahut perawat yang datang bersama dokter Gina."Apakah berbahaya dok?" Tanyaku penasaran"Jadi Ibu tenang saja, kami akan pantau terus kondisi passien terutama trombositnya, setiap lima jam kami akan ambil sample darahnya untuk mengetahui level trombositnya karena kalau sampai turun drastis akan berbahaya, beruntung Ibu m
Pov Miranda,Malam semakin larut, aku tidur di kursi yang terletak disamping ranjang Mahesa. Perawat baru selesai mengganti cairan infus dengan yang baru karena habis. Mahesa memang lebih banyak tidur dari tadi, mungkin karena pengaruh obat-obatan yang dimasukan kedalam cairan infus.Ku tinggalkan sejenak anaku untuk pergi ke toilet sekedar mencuci muka dan melaksanakan sholat. Rasa lapar yang tadi sempat datang sudah pergi karena terlalu lama ditahan. Suamiku belum datang juga, pesan yang ku kirim juga tak dibalas bahkan masih belum dia baca. Aku sudah putus asa mengharapkan kedatangan suamiku, akhirnya ku putuskan untuk menghubungi Tommy temanku. "Malam Tom sudah tidurkah?" Tanyaku melalui pesan whatsapp, waktu sudah menunjukan pukul sebelas malam aku khawatir Tommy sudah tidur, tapi aku butuh bantuan seseorang untuk menggantikanku sejenak menjada Mahesa.Tanpa kuduga Tommy langsung menelponku. "Halo Mir, ada apa?""Tom, kamu apakah sedang sibuk atau.." Aku bertanya ragu khawatir me
Pov Miranda Aku dan Tommy menikmati nasi bebek yang dibawakan Tommy, benar yang dia bilang ini adalah nasi bebek favoritku, aku sering membelinya dulu sebelum aku menikah dengan Mas Raja. "Tom, makasih yah enak banget nasi bebeknya!" Ucapku tulus"Yo'i Mir, aku juga udah lama nih gak makan nasi bebek" Tommy menjawab dengan mimik ceria. "Kamu udah sukses masih aja doyan makanan kaki lima Tom!" Ucapku meledek"Hahaha, aku belum sukses Mir, cuma banyak uang aja sekarang, tapi masalah selera sih masih sama gak ada yang berubah!" "Emang uang bukan ukuran suksesmu Tom?""Bukan hanya uang lebih tepatnya Mir, tapi banyak hal lain yang aku belum bisa gapai" Tommy memang masih seperti dulu, bergaya santai, easy going dan selalu ceria. Dia adalah salah satu sahabatku yang paling selow masalah karir, tapi justru yang paling beruntung karena sekarang telah sukses dengan chanel youtubnya. "Hm,, aku tahu apa yang belum bisa kamu gapai Tom!""Apa coba?""Cinta kan?" "Hahaha bener Mir, itu dia"
Mahesa terus mengigau memanggil ku dan Papa nya, sementara aku terus memegang tangan Mahesa agar dia tahu bahwa aku disampingnya. "Sayang Mama disini, Mahesa sabar dulu nanti dokter datang obati Mahesa ya!" Ucapku sambil mengusap lembut kepalanyaSebenarnya kedatangan Tommy dirumah sakit yang sangat membantu membuatku tak lagi membutuhkan Mas Raja. Tommy sangat sigap dan mengerti apa yang harus dilakukan dalam kondisi seperti ini tapi Mahesa yang terus mengigau membuatku sedih dan ingin Mas Raja datang kemari semata hanya untuk Mahesa.Tommy datang bersama seorang dokter dan perawat yang membawa dokumen ditanganya. Dokter langsung memeriksa kondisi Mahesa, aku melihatnya dengan cemas berharap tidak ada sesuatu yang membahayakan anaku.Kali ini bukan dokter Gina tapi dokter Ilham yang sedang berjaga. Tentu saja dokter Gina hanya ada di jam-jam tertentu, karena beliau adalah spesialis. Karena kondisi masih sangat pagi Mahesa ditangani oleh dokter yang sedang berjaga malam.Sang dokter l