Setelah melewati perjuangan yang panjang dan melelahkan, akhirnya Miranda menikah dengan Rajasa. Miranda mengira bahwa pernikahan adalah akhir yang bahagia layaknya cerita-cerita dongeng yang pernah ia baca pada masa kecil. Nyatanya pernikahan adalah awal dari kisah drama kehidupan yang akan dilewati Miranda. Banyak konflik yang dilewati antara Miranda dan Rajasa setelah menikah, Perlakuan keluarga suami yang selalu menyakiti hati, kekurangan ekonomi dan perselingkuhan Rajasa diterima Miranda dalam diam, hingga akhirnya Miranda tak tahan lagi dan memilih melepaskan Rajasa dengan cara yang tak biasa. Apa yang dilakukan Miranda terhadap suaminya sungguh tak ada yang menduga, bahkan ia melakukanya dengan terencana tanpa seorangpun tahu, hanya dirinya. Miranda menerima semua rasa sakit akibat perlakuan keluarga suaminya dan pengkhianatan Rajasa dalam diam. Ia tidak ingin menunjukan kekuatanya pada siapapun, ia hanya membuktikan pada diri sendiri bahwa dirinya bukan wanita yang lemah yang akan membiarkan dirinya diperlakukan semena-mena oleh suaminya.
View MoreRajasa mengantarkan Miranda dan Mahesa ke hotel di mana Miranda menginap setelah acara pesta pernikahan Ratna selesai. Rajasa membopong Mahesa menuju kamar Miranda. Dengan hati-hati, Rajasa meletakan putra kesayangannya di ranjang hotel agar tidak sampai terbangun."Terimakasih, Mas Raja" Ucap Miranda serasa tersenyum manis.Rajasa mengecup putranya dan menatapnya dalam-dalam. Rajasa merasa sangat rindu pada putranya, rasanya sangat berat untuk meninggalkan Mahesa dan kembali ke rumahnya. "Mir, boleh aku tidur di sini bersama kalian?" Pinta Rajasa.Miranda terdiam sejenak karena hatinya merasa sedikit ragu. Namun akhirnya Miranda mengangguk samil tersenyum tanda menyetujui permintaan suaminya."Sungguh, Mir?" Rajasa meyakinkan."Tentu, Mas Raja adalah ayahnya. Maafkan aku sudah memisahkan Mas Raja dari Mahesa" Ucap Miranda yang segera disambut senyuman lega oleh Rajasa."Kalau begitu, apa aku boleh memelukmu? Kamu masih istriku kan?" Tanya Rajasa lagi, ia sebenarnya sudah siap jika M
Tommy duduk sendirian di sudut kafe dengan secangkir kopi pahit di hadapannya. Tommy mengaduk kopinya dengan malas, lalu menyesap kopi hitam yang tersaji di hadapanya. Rasanya Pahit, sama seperti perasaanya saat ini. Ekspresinya mencerminkan kehampaan dan kesedihan, sementara ia melihat ke sekeliling kafe memperhatikan berbagai perilaku pengunjung kafe yang datang saat itu. Saat ini Tommy sedang merasai kesedihan hatinya setelah melihat Miranda kembali pada Rajasa. Meskipun itu adalah hal yang Tommy inginkan namun ia tak bisa membohongi bahwa hatinya kini terluka karena terbakar cemburu. Tommy menatap lurus ke arah kejauhan, matanya yang penuh kehilangan mencoba menyembunyikan luka hati yang dalam. Beberapa pengunjung kafe melintas di depannya, tetapi Tommy seakan-akan terasing dalam dunianya sendiri. Suasana kafe yang riuh tidak mampu mengalihkan perhatiannya dari patah hati yang menyiksa. Ia hanya ingin menenangkan diri sejenak sebelum benar-benar pergi sejauh mungkin. Tiba-tiba,
Waktu begitu cepat berlalu, tanpa terasa hari pernikahan Ratna yang ditunggu-tunggu kini sudah di depan mata. Miranda datang ke pesta tersebut bersama Mahesa. Miranda mengenakan kebaya brukat dengan design modern berwarna pastel yang indah dan pas di tubuh Miranda, sementara Mahesa mengenakan beskap membuat penampilanya terlihat imut. Dekorasi mewah menghiasi setiap sudut ruangan, mulai dari lentera kristal yang menjatuhkan cahaya lembut hingga karpet merah yang melintasi lorong. Kue pernikahan dengan dominasi warna putih yang menakjubkan menjadi sorotan dengan lapisan krim yang halus dan hiasan bunga yang semarak. Tamu undangan yang hadir terdiri dari kalangan eksklusif, mengenakan gaun dan jas pesta yang memancarkan kemewahan. Semarak tawa dan sorak-sorai mereka memenuhi ruangan, menciptakan atmosfer kebahagiaan yang tak terlupakan. Pernikahan ini benar-benar sebuah perayaan kemewahan dan cinta yang akan dikenang selamanya. Tak heran jika pernikahan Ratna digelar begitu mewah. Ra
"Selamat pagi Pak Direktur!" Ucap Alexa dengan nada satir sambil tersenyum menyeringai pada Rajasa yang baru saja sampai di ruang kerjanya. Alexa tengah duduk di kursi Rajasa dengan sombongnya seolah dialah pemilik kursi tersebut. Hal ini membuat Rajasa merasa terhina, ia mengepalkan tanganya menahan diri agar tak sampai berbuat hal buruk pada Alexa. Ia tahu Alexa sedang memancing dirinya agar melakukan kesalahan fatal yang dapat memberikan keuntungan bagi Alexa. "Beraninya kamu duduk di kursiku Alexa!?" Rajasa mengucapkanya dengan keras. "Ups! Maaf Rajasa, sebentar lagi memang aku lah yang akan duduk di sini bukan?" Ucap Alexa penuh percaya diri. Bibirnya masih menyunggingkan senyum penuh kemenangan pada Rajasa. "Jangan mimpi, kamu boleh mendapatkan separuh hartaku, tapi tidak dengan perusahaanku!" Ujar Rajasa. Rajasa tidak akan rela per8yang dibangun ayahnya dikuasai wanita licik seperti Alexa. Namun Alexa malah tertawa seolah Rajasa mengatakan hal yang lucu, membuat Rajasa mer
"Mama, aku ngantuk" Mahesa meninggalkan meja belajarnya dan mendekati Miranda yang baru saja menelpon Ratna."Ayo kita bobo sayang, cuci tangan dulu yah!" Miranda menggendong Mahesa ke kamar mandi dan mencuci tangan putranya yang kini berusia lima tahun tersebut.Miranda membaringkan tubuh Mahesa ke kasur diikuti dengan dirinya yang juga bersiap tidur setelah sebelumnya mengambil buku cerita di laci nakas. Miranda menarik selimut hingga menutupi setengah tubuhnya dan tubuh Mahesa, ia memeluk Mahesa sambil bersiap membacakan cerita.Tak menunggu waktu lama, Mahesa langsung tertidur pulas. Miranda membetulkan posisi tidur putranya setelah itu memandangi wajah polos bocah kecil itu. Wajah Mahesa benar-benar mirip seperti ayahnya, hal ini membuat Miranda tak mampu melupakan Rajasa sedikitpun.Jauh di lubuk hati Miranda, ia memang masih mencintai suaminya. Miranda bukan orang yang mudah untuk jatuh cinta, ketika sudah mencintai ia juga tak akan mudah untuk melupakanya. Tiba-tiba ia merasa
"Ratna, aku sudah mengambil cuti selama satu minggu demi menemanimu menikah, loh!" Ucap Miranda dengan suara ruang melalui sambungan telepon.Miranda sedang duduk di meja kerja yang berada di kamar mess nya, sementara Mahesa sedang asyik mewarnai. Sambil menunggu waktu Mahesa tidur, Miranda menyempatkan untuk menelpon sahabatnya."Benarkah?" Ucap Ratna dengan mata berbinar, tentu saja ia senang dengan info yang disampaikan sahabatnya."Tentu saja, untung tanggal pernikahanmu pas dengan masa liburan sekolah. Jadi aku bisa mengambil cuti lama" Ucap Miranda meyakinkan sahabatnya di ujung telepon."Kamu memang terbaik Mir, aku menunggumu di Jakarta yah. Ingat jangan tidur di hotel, tinggallah di rumahku!" Ucap Ratna."Ratna, apakah kamu juga mengundang Tomi, Bowo dan Satria?" Tanya Miranda ragu-ragu. Sebenarnya ia ingin sekali menanyakan kabar Tomi yang sudah lama sekali tak terdengar. Namun Miranda menanyakan semua sahabatnya agar Ratna tak curiga."Tentu saja, mereka sudah bilang pasti
Pov : Rajasa Akhir-akhir ini Ratna, sahabat Miranda bersikap sangat baik padaku. Terutama kurasakan setelah aku bercerai dari Alexa. Ratna pun mendukungku untuk menemui Miranda. Ia bahkan memberikan alamat lengkap di mana Miranda bekerja padaku, tak seperti biasanya yang selalu menutupi di mana keberadaan Miranda. Aku sangat rindu pada Miranda dan Mahesa, kali ini. Akhirnya setelah mengumpulkan seluruh keyakinan dalam diriku, aku memutuskan untuk menemui Miranda di tempat kerjanya. Ku susuri perjalanan dari Jakarta ke Bandung demi menemui anak dan istriku yang telah lama ku tinggalkan. Aku sengaja menyetir mobil sendiri walaupun kesehatanku belum benar-benar pulih setelah kecelakaan yang menimpaku. Aku menolak ketika Devka ingin menemaniku ke Bandung karena ingin pertemuanku dengan Miranda dan Mahesa terasa lebih privat. Perasaanku saat itu campur aduk, antara senang karena akan kembali melihat dua orang yang sangat ku cintai, namun juga khawatir jika Miranda tak menerimaku lagi. T
Ratna memasuki ruang rawat inap di mana Rajasa dirawat. Terlihat Rajasa yang sedang beristirahat sambil menonton tayangan televisi yang terletak persis di depan ranjangnya. Kondisi Rajasa kini sudah semakin membaik, ia sudah mulai bisa duduk bersender di ranjang. "Kak Rajasa, bagaimana keadaanmu?" Tanya Ratna sambil meletakan buah-buahan yang dia bawa di nakas samping ranjang Rajasa. Selanjutnya Ratna duduk di kursi yang terletak persis di samping ranjang Rajasa. Ratna adalah sahabat Miranda yang paling dekat dengan Rajasa. Perempuan manis itu tampak senang karena Rajasa akhirnya siuman setelah tiga hari koma. "Aku baik Na, terimakasih sudah menjenguk" Ucap Rajasa tersenyum. Rajasa mematikan televisi yang sedari tadi ia tonton menggunakan remot demi fokus pada Ratna "Aku senang melihat kondisimu semakin membaik kak" Ucap Ratna tulus diiringi senyuman manis. "Aku juga senang kau menjengukku, setidaknya aku bisa menanyakan kabar Miranda padamu Na!" Ucap Rajasa, ia nampak bersemang
Dua tahun setelah perceraian Rajasa dengan Alexa "Halo Tuan Muda, cepatlah pulang bibi sangat khawatir dengan non Andini" Ucap Bi Satini dari sambungan telepon yang diterima Rajasa. Saat itu Rajasa sedang meeting dengan klien penting di perusahaanya. "Ada apa Bi? jangan membuatku panik!" Rajasa berdiri meninggalkan ruang rapat tanpa peduli dengan klien yang terlihat bingung dengan tingkah Rajasa. "Tenang Bapak dan Ibu, meeting akan tetap dilanjutkan dengan saya! Mungkin Rajasa sedang ada urusan penting yang tak bisa diganggu!" Papa Rajasa segera mengambil alih meeting yang sedang berjalan. Untung saja peserta meeting bisa memahami. Mereka segera kembali duduk tenang dan melanjutkan meeting bersama Papa Rajasa. *** "Tuan Muda, Non Andini tiba-tiba sesak nafas dan sekarang badanya mulai lemas!" Suara Bi Satini terdengar begitu panik, membuat Rajasa tak bisa banyak berfikir. "Kemana Mama Bi?" Tanya Rajasa, ia berharap Ibunya berada di rumah sehingga bisa menenangkan kepanikan Bi Sat
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.