"Dor!" Suara desingan peluru dan pedang panjang, memekakkan telinga. Para pengawal Maria membentengi Maria dan Jonathan. Mereka mengeksekusi keduanya dengan menundukkan badan sambil berjalan untuk berusaha menyelamatkan diri. Namun karena jumlah yang jomplang. Dalam hitungan menit diserang secara mendadak. Membuat para pengawalnya Maria kalang kabut. Satu demi satu, gugur, tewas di tempat. Kini tinggal dua orang pengawal yang tersisa. Sebagian dari mereka sudah berguguran di trotoar taman. Ada yang bersimbah darah karena sabetan pedang, ada juga yang kepalanya tertembus oleh timah peluru. "Nona Muda, dalam hitungan ketiga. Anda dan teman Anda berlarilah dan masuk ke dalam mobil. Biar kami berdua yang menghalangi gerak mereka untuk sementara." "Tidak, Yale, aku tidak akan meninggalkanmu." tolak Maria. Sepertinya Maria sangat menyayangi pengawalnya yang satu ini. "Kalau kita tetap bersama, cepat atau lambat, kita akan diringkus oleh mereka. Dan selanjutnya, Anda pasti paham, apa ya
Keduanya didorong masuk ke ruangan yang berbeda untuk segera di operasi. Proses operasi tersebut, memakan waktu setengah hari. Tim bedah bisa menyelamatkan nyawa mereka berdua. Keduanya datang tepat waktu di rumah sakit. Andai beberapa menit terlambat, nyawa mereka sudah melayang. "Sejak itu kami menjadi dekat, tapi aku hanya menganggapnya sebagai teman baik saja, tidak lebih." Jonathan berusaha menjelaskannya kepada Magdalena."Tapi dia, sepertinya sangat menyukaimu, dari tatapan matanya aku bisa melihatnya." protes Magdalena. "Aku tidak bisa menghalangi seseorang untuk menyukaiku, Lena. Kita tidak bisa mengontrol hati orang lain, bukan?" Jonathan mengambil tisu lalu mengelap bibirnya. "Apalagi?" Jonathan mengernyit setelah melihat wajah Magdalena yang masih terlihat murung. "Sepertinya dia lebih cocok bersanding denganmu daripada aku." cicit Magdalena.Jonathan terdiam lalu menatap gadis yang sedang menunduk di depannya. Hari ini Magdalena sepertinya sedang menguji kesabarannya.
"Nona Morris." host pembawa acara menyebut nama Magdalena setelah papan lelang diangkat oleh tunangannya Jonathan itu. Jonathan menoleh kepada Magdalena, melihat papan itu bertuliskan dua setengah juta. Ia menaikkan alisnya yang dibalas senyum manis gadis itu. Jonathan hanya membetulkan dasinya, berdeham lalu pandangannya kembali fokus ke depan. "Ada yang bisa lebih dari dua setengah juta dolar?" Host pembawa acara melihat hadirin di depannya. "Dua juta setengah dolar, satu. Dua setengah juta dolar, dua. Dua juta setengah dolar, tiga. Host tersebut berhenti beberapa detik lalu mengangkat palu, ingin mengetukkan alat tersebut sebagai tanda deal harga lelang. Namun, tangannya terhenti ketika papan lelang diujung terangkat ke atas dengan nominal dua kaki lipat.
"Dengar, Aku tidak ada urusan denganmu. Dan dia, bukan urusanmu. Jangan sekali-kali menatapnya tanpa sepengetahuanku. Atau aku akan mencongkel kedua matamu." ancam Jonathan. "Wow … takut?" goda Carlos dengan senyum mengejeknya. "Bagaimana kalau kita bertukar wanita, aku mendapatkan tunanganmu dan kau mendapatkan adikku." bisik Carlos. "Kau …!" bentak Jonathan yang suaranya mengagetkan Magdalena. "Nathan," panggil Magdalena yang ketakutan, tubuhnya bergetar melihat untuk yang pertama kalinya kemarahan Jonathan di hadapannya. Jonathan menahan diri, hampir ia menerjang tubuh Carlos dan menghajarnya. Tapi saat ini ada Magdalena di sisinya. Jonathan masih memikirkan psikis gadis itu jika melihat pertumpahan darah secara langsung. "Aku tidak tertarik dengan adikmu," Jonathan merapikan jas mahalnya lalu menggiring Magdalena agar segera meninggalkan tempat itu. "Kau berhutang banyak padanya." teriak Carlos. "Aku sudah lunas membayarnya. Tidak ada hutang apapun antara aku dan dia." Jona
"Adam, ayo kita ke sana!" ajak Jonathan."Tuan, tunggu dulu, kita harus menggunakan kepala dingin untuk menghadapinya. Tidak boleh gegabah. Atau kita akan masuk ke dalam perangkapnya." Sejenak Jonathan terdiam lalu mengatur pernapasannya."Kau benar Adam, kita harus hati-hati dalam melangkah. Mereka sengaja memancing amarah kita.""Tuan, Anda tidak ingin bertemu dengan … Nona Soriano?" tanya Adam hati-hati."Untuk apa?""Mungkin dengan bertemu denganya ….""Bullshit, jangan Kau pikir saya akan menggunakan perasaan gadis itu demi kelancaran bisnis kita, Adam.""Bukan begitu, Tuan. Akar masalah ini dari Kakaknya. Mungkin dengan menemui gadis itu, kita bisa mendapatkan informasi penting.""Saya tidak ingin menyakiti hati Magdalena. Dia tahu jika Maria menyukaiku, kau tahu itu? Seorang wanita, sangat sensitif jika berhubungan dengan wanita lain yang mempunyai rasa kepada kita.""Dia sempat menangis setelah tahu jika si berengsek Soriano menawarkan untuk bertukar wanita.""M-maksud Tuan, T
"Tuan Simon." panggil Ramos.Adam langsung berdiri, ia tidak ingin terperangkap lebih dalam. Namun ia berhenti ketika dari balik pintu muncul Carlos Soriano yang menggandeng seorang gadis cantik yang kelihatan sangat muda. Dengan make-up tebalnya terlihat terlalu dipaksakan."Halo Adam Simon, apa kabar?" sapa Carlos dengan senyum liciknya."H-halo, Tuan Soriano." Adam sedang berjuang melawan efek obat perangsang yang mulai menjalarinya."Butuh hiburan?" Carlos menaikkan sebelah alisnya lalu mendorong gadis yang merangkul lengannya itu kepada Adam."Dia masih perawan, Kau tidak akan rugi, Adam." ucap Carlos yang sengaja mencoba merobohkan pertahanan Adam."Tidak perlu, Tuan, saya bisa mengatasinya." tolak Adam."Oh begitu?" tantang Carlos. "Kalau begitu … ia memberi tanda kepada anak buahnya untuk menutup pintu. Ramos dan wanita-wanita malam penghibur, bergegas keluar setelah mendapat kode dari Carlos."Aku tinggalkan dia untukmu," Carlos menatap Adam dengan penuh kemenangan. "Bersenang
"Lihat, kau saja masih mengungkit asal usulku yang bukan saudara seibu denganmu." cibir Carlos."Bukan begitu, Carlos." sanggah Maria."Kakak, panggil aku Kakak." titah Carlos penuh penekanan.Maria menatap Carlos dengan pandangan yang sulit diartikan."Heh," Carlos tersenyum sinis. "Setelah aku berhasil menikahi Magdalena Morris, apakah kau akan sudi memanggilku Kakak?" tanya Carlos."M- magdalena Morris? Apa maksudmu?" "Hahaha … kau langsung tertarik setelah mendengar nama itu?" sarkas Carlos yang melihat muka Maria seperti ingin tahu lebih banyak rencana kakak laki-lakinya."Kau ingin merebutnya dari Jonathan?""Siapa bilang aku akan merebutnya?""Lalu?" tanya Maria yang sudah sangat penasaran."Aku ingin menukarnya denganmu.""Apa …?" apa maksud darimu untuk menukarku?""Jangan berlagak bodoh, Maria. Kau pasti tahu apa maksudku."Maria tersenyum sekilas. "Baiklah, aku akan bekerja sama denganmu, Kak.""Bagus, adikku sayang."***Hotel Grande.Sepulang kerja, Adam langsung pergi ke
"Benar, Anda akan melindungi saya?" Adam memastikan sekali lagi."Aku tidak akan mengingkari janjiku, Adam.""Tapi cara Anda menjebak saya … membuat saya sedikit kurang percaya terhadap janji Anda, Tuan Soriano.""Hahaha …" Carlos dengan pongah menatap Adam yang kebingungan."Mantapkan hatimu, Adam. Thalia dan bayimu butuh masa depan yang cerah. Dan lagi, kau harus berterima kasih padaku. Aku menghadiahimu seorang gadis perawan yang sangat cantik. Kau beruntung menjadi orang pertama yang menyentuhnya.""Baiklah, katakan saja bagian saya dalam rencana Anda, Tuan. Apa yang harus saya kerjakan selanjutnya. Tolong jangan membuat saya terlihat mencurigakan. Biarkan pengkhianatan saya terbongkar setelah saya dan Thalia pergi ke luar negri." pinta Adam tergesa."Kau sungguh bawahan yang sangat baik, Adam. Sampai detik ini juga, masih memikirkan perasaan Si Smith." cibir Carlos."Maklum, Tuan Smith banyak berjasa dalam hidup saya, Tuan. Pengkhianatan ini pasti menjadi pukulan terberat baginya.