Anton sudah mulai bekerja hari ini, ia berangkat lebih pagi dari biasanya. Sebelum berangkat ia menyempatkan diri untuk mengecek keadaan Kara. Gadis itu masih tertidur pulas, Anton hanya melihatnya dari pintu lalu menguncinya kembali. Ia juga berpesan kepada Bi Ina untuk mengantarkan Kara makanan menggunakan kunci cadangan. Dan juga memerintahkan agar tidak membiarkan Kara bisa keluar dari kamar. Gadis itu sedang dihukum atas perbuatannya sendiri. Dengan diantar oleh supir pribadi Anton menuju kantor. Sesampainya di kantor sudah banyak karyawan yang datang. Beberapa dari mereka ada yang menyapa dan tersenyum kepada Anton, sedangkan beberapa lainnya hanya menunduk dan bersikap seolah tidak melihat. Anton memang banyak ditakuti oleh sebagian besar karyawannya. Di kantor ia memang dikenal sebagai pribadi yang tegas, bijaksana dan tak banyak omong. Tapi ia bisa berubah 180 derajat saat berada dirumah, namun itu juga tergantung dengan mood dan emosinya. Saat Anton tengah berjalan menuju
Tidak pernah terlintas dipikiran Grita bahwa ia akan melanggar motto hidupnya sendiri. Ia sudah dari lama memegang prinsip bahwa kodrat seorang perempuan itu dikejar, bukan mengejar. Dan ia juga sangat mementingkan harga dirinya dibandingkan perasaan. Tapi saat ini ia harus melanggar itu semua, dengan mendekati Anton, bos nya sendiri. Demi uang apapun akan Grita lakukan, persetan dengan harga diri ataupun motto hidupnya yang selama ini ia pegang. Semua Grita lakukan untuk biaya berobat ibunya dan tentu untuk biaya hidup Grita sendiri. Grita masih sibuk berkutat dengan komputernya, menyelesaikan pekerjaan yang entah sampai kapan akan selesai. Berkali-kali perempuan itu menguap, segelas kopi yang hampir habis itu tidak memberikan efek bagi tubuhnya. Grita melihat arloji yang terpasang di pergelangan tangan kirinya, masih 2 jam menuju jam makan siang, masih terlalu lama. Grita tidak bisa menunggu selama itu, bisa-bisa ia tertidur di depan layar komputer yang masih menyala. Ia malas memb
Dodi baru saja mengirimkan pesan kepada Grita, menghubungi untuk menanyakan perkembangan tentang apakah gadis itu sudah melakukan tugasnya sebagaimana mestinya. Setelah 20 menit pesan itu terkirim, belum ada satupun balasan dari Grita. "Apa telefon saja? Ah tidak, gadis itu pasti sedang sibuk bekerja," ujar Dodi.Dodi tidak berharap gadis itu akan membalas pesannya dengan cepat karena ia juga tahu bahwa Grita sedang bekerja dan tentu tidak sempat melihat ponselnya. Dodi akan menunggu hingga jam makan siang nanti, dan jika tak dibalas juga ia akan menemui gadis itu nanti malam. Ada banyak hal yang akan Dodi katakan kepada Grita, tentu saja tentang bisnis yang sedang mereka jalani saat ini. Juga mengarahkan gadis itu agar melakukan tugasnya dengan benar. Dodi tahu ini kali pertama Grita melakukan pekerjaan semacam ini. Dilihat dari wajahnya juga Dodi tahu bahwa Grita adalah perempuan baik-baik, jadi ia masih dibilang lugu dalam pekerjaan semacam ini, banyak hal yang harus Grita pelaja
Anton pulang pukul 9 malam lebih. Keadaan rumah sudah sepi, hanya terlihat Kaisar dan Pak Adi tengah menonton siaran pertandingan sepakbola didalam pos satpam. Anton tak menghiraukannya dan memilih masuk kedalam rumah. Bukannya menuju kamarnya, Anton malah menaiki tangga menuju kamar Kara. Anton ingin memastikan keadaan Kara saat ini. Pintu kamar Kara masih dalam kondisi tertutup dan terkunci, tentu saja karena ia yang memiliki kuncinya dan juga kunci cadangan yang dibawa Bi Ina. Anton membuka pintu secara perlahan, ia hanya membuka setengah dari pintu itu. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah seorang gadis cantik yang tengah tertidur, selimut menutupi seluruh tubuhnya hingga ke leher. Setelah memastikan bahwa Kara baik-baik saja, Anton lalu menutup pintu dan berjalan pergi. Tanpa mengucapkan selamat malam dan mencium kening Kara seperti dulu. Setelah Anton benar-benar sudah pergi, Kara langsung menyibakkan selimutnya, lalu bangun dari tidur bohongannya, ia sebenarnya hanya ber
Semenjak kejadian tadi malam, Kaisar menghindari untuk melihat kearah balkon kamar Kara lagi. Sudah cukup semalam perasaannya dibuat tak karuan, Kaisar tidak mau merasakannya lagi. Kaisar duduk di depan pos satpam sembari menikmati secangkir kopi panas. Karena hari ini hari minggu maka Anton tidak berangkat kerja, pria itu masih berada di kamarnya. Pak Adi sedang ke toilet sementara para pembantu sibuk dengan tugasnya masing-masing. Kara juga tidak terlihat, mungkin gadis itu masih tertidur, tapi Kaisar juga tak ingin melihatnya.Tak banyak hal yang Kaisar lakukan, hanya duduk meminum secangkir kopi panas di pagi hari yang cukup dingin ini sembari menikmati pemandangan sekeliling. Rumah tingkat dua dengan cat dominan warna putih itu tampak megah berdiri. Di depannya terhampar halaman yang sangat luas, di depan pos satpam berdiri juga sebuah bangunan yang ukurannya lebih kecil dari rumah utama, rumah atau lebih tepatnya kamar para pekerja, baik pembantu, satpam, hingga bodyguard seper
Kaisar duduk di depan pos satpam sambil terus sesekali mengawasi kedalam rumah. Dua lelaki tadi tak kunjung keluar, entah apa yang mereka bicarakan didalam sana. Sebelumnya Kaisar tidak pernah merasa penasaran seperti ini dengan urusan orang lain terutama dengan urusan Anton, tapi entah kenapa kali ini terasa ada yang berbeda. 2 jam berlalu semenjak kedua lelaki asing tadi menginjakkan kaki di kediaman Anton, dan selama itu juga Kaisar masih memikirkan apa yang sedang ketiga lelaki itu bicarakan. Lebih tepatnya Kaisar benar-benar penasaran dengan dua lelaki asing tadi, terutama yang muda yang perkiraan Kaisar seusia dengannya. Kaisar sudah mencoba mencari jawaban atas segala rasa penasarannya itu kepada Pak Adi, tapi ia juga tidak tahu tentang siapa mereka dan tujuan mereka datang kesini. Disaat Kaisar sedang memikirkan semua pertanyaan yang ada dipikirannya, seseorang berjalan keluar dari rumah. Refleks Kaisar menoleh, bukan dua lelaki asing tadi yang keluar, bukan juga Anton atau
Kara masih memikirkan perkataan lelaki tua tadi, ucapannya membuat Kara kebingungan. Ia sudah bertanya ke orang-orang di rumah ini tapi tak ada satupun yang mengetahui maksud dari ucapan lelaki tua itu. Sebenarnya tidak semua orang masih ada seorang yang belum Kara tanyakan, orang yang tak lain dan tak bukan adalah ayahnya sendiri, Anton. Kara ragu untuk menanyakan hal itu secara langsung kepada Anton, tapi rasa penasaran yang tinggi itu mengalahkan egonya. Seperti sekarang Kara tengah makan siang bersama Anton di ruang makan. Seperti biasa tak ada hal yang menarik untuk dibicarakan saat makan, baik Kara maupun Anton memilih untuk fokus dengan makanan masing-masing.Kara sudah tak tahan lagi, ia menghentikan aktivitasnya dan berdeham. "Om-om yang tadi itu siapa, Pah?"Anton langsung berhenti makan dan menoleh ke arah Kara. "Rekan kerja Papah, kenapa?""Tadi om itu bilang ke Kara kalau si Vino bisa jagain Kara, maksudnya apa?" ucap Kara. "Bukan Vino tapi Vano," ralat Anton. Kara me
Pagi-pagi sekali sebuah mobil memasuki kediaman Anton. Mobil yang tak lain ditumpangi oleh dua lelaki yang kemarin datang menemui Anton. Kaisar baru saja meregangkan badannya sambil menguap saat menyadari ada sebuah mobil terparkir rapi di halaman. Bergegas Kaisar menghampiri Pak Adi di pos satpam, lelaki paruh baya yang masih memakai sarung dan kaos oblong itu membawa secangkir kopi ditangannya. "Mobil siapa itu, Pak?" tanya Kaisar. Pak Adi keluar dari pos lalu duduk di kursi diikuti oleh Kaisar yang duduk disebelahnya. "Tamu tuan yang kemarin.""Pagi-pagi begini bertamu, seperti tidak bisa nanti siang saja," ucap Kaisar. Jam lima lebih sepuluh menit, terlalu pagi bagi seseorang yang akan bertamu. Ada peraturan tak tertulis yang seharusnya semua orang ketahui tentang adab bertamu ke rumah seseorang, salah satunya tentang waktu. Siapa orang yang akan menerima tamu jam segini? Tidak ada kecuali Anton. Entah hal penting apa yang sedang 3 lelaki itu bicarakan di dalam sana. Kaisar ju