Share

Bagian 6

Author: Dewi Mega
last update Last Updated: 2022-02-09 10:54:14

Alan mematikan teleponnya ketika melihat Rima masih mematung di sana, menatap dirinya dengan sejuta curiga.

 

"Aku mau mengambil bajuku, maaf kalau mengganggu aktivitasmu," ucap Rima kemudian masuk dan langsung berjalan ke arah lemari, lalu mengambil beberapa pakaian.

 

"Aku hanya menelpon Gayatri dan menanyakan tentang pekerjaan."

 

"Aku tidak bertanya," jawab Rima.

 

"Tapi aku tahu kamu sedang curiga."

 

Rima menghentikan aktivitasnya, kemudian membalikkan badan dan dengan sinis menatap Alan.

 

"Rasa cemburuku sudah hilang ketika satu kenyataan akhirnya aku tahu. Satu hal saja yang aku sayangkan, kenapa aku begitu bodoh tak bisa membedakan mana orang yang sedang jujur atau berpura-pura."

 

Ia kembali membalikkan badan, tapi Alan menahannya dengan membawa memegang tangan Rima.

 

"Aku tidak pernah mengkhianati pernikahan kita, Rima?"

 

"Oh? Sungguh? Benarkah? Ingin sekali aku percaya."

 

Alan melepaskan pegangan tangannya, kemudian menatap Rima tajam, sementara Rima membuang muka, enggan menatap suaminya, tak ingin melihat matanya yang indah, yang selalu membuatnya jatuh cinta berkali-kali. Alan memang satu-satunya laki-laki yang membuatnya terpana hanya dengan sedikit senyumnya saja yang jarang.

 

"Apa saat di ranjang pun imajinasimu pada Gayatri?" tanya Rima pelan tanpa melihat ke arah suaminya.

 

"Pertanyaan gila macam apa itu?" Alan tersenyum kesal.

 

"Kamu hanya tinggal menjawabnya saja! Karena sampai saat ini pun kamu tidak mencintaiku bukan?"

 

"Kamu makin tidak karuan." Alan membuang napas kasar. "Baiklah, mari kita memberi ruang pada masing-masing, lalu setelah itu mari putuskan bersama kemana rumah tangga kita akan dibawa." 

 

Setelah itu Alan keluar dari kamar, pergi ke ruangan kerjanya dan menyibukkan diri dan menetralkan segala pikiran yang berkecamuk. Sementara Rima duduk di samping ranjang, mengambil napas panjang dan merasakan sesaknya sendiri. Ia masih dalam tahap begitu patah hati, begitu terluka, tiga tahun ini ia rasakan cukup indah. 

 

Tak pernah sedikitpun terpikir bila hati suaminya bukan untuk dirinya. Karena pada setiap kebersamaan dan kesempatan, Alan tak pernah jauh. Bahkan ketika libur bekerja, ia selalu ada di rumah, tak jarang memasakkan dirinya makanan kesukaan, meski dengan raut dingin yang selalu berhasil membuat Rima gemas.

 

Ponsel di tangannya bergetar, membuyarkan lamunan. Sebuah pesan dari Gayatri yang tidak ia buka, tapi terbaca.

 

[Rim, aku mau tanya. Sebetulnya ini dari kemarin, apa aku ada salah sehingga membuatmu berbeda? Atau kamu sedang ada masalah dengan Mas Alan?]

 

Rima beranjak tanpa peduli pada pesan itu, kemudian ia meninggalkan kamar seraya membawa beberapa baju, sekilas terlihat Alan di ruangan sebrang kamarnya sedang berjibaku dengan laptop, seperti biasanya.

 

 

***

 

.

 

.

 

Rintik hujan yang seolah m lalu-malu datang di sore ini, Alan datang menghampiri Rima yang sedang duduk sendiri di balkon, ia membawa dua gelas cokelat panas.

 

Hari ini ... adalah hari ke tujuh mereka tidak saling bertegur sapa, bahkan ketika di kantor pun tak ada yang saling memulai komunikasi. Awalnya, Alan kira Rima tidak akan tahan diam, karena ketika ia cuek satu jam saja, maka Rima akan melakukan apa pun.

 

"Kamu senang kita tak saling bicara?" ucap Alan.

 

Rima menganggguk. "Ternyata itu lebih  nyaman, pantas saja kamu sering mendiamkanku dulu.

 

Jawaban yang tidak Alan duga. Kemudian ia duduk di sebelah Rima seraya menyimpan cangkir berisi cokelat panas di meja.

 

"Tiga tahun pernikahan kita rasanya tidak mungkin aku tidak mencintaimu, tapi ....,"

 

"Tapi cintamu pada Gayatri tidak bisa terbendung, begitu bukan?" jawab Rima memotong pembicaraan suaminya. 

 

Alan membawa pandangannya pada Rima, tak peduli apa pun, Hinga saat ini ia tidak suka siapapun menyela ucapannya.

 

Maaf baru update, baru sempet nulis karena harus bolak balik ke rumah sakit. Makasih yang udah selalu nungguin ya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (18)
goodnovel comment avatar
Heni Winarti
ceritanya bagus tp sayang diulang-ulang
goodnovel comment avatar
Erni Ruhiyani
seru .tapi aneh kok di ulang ulang teros
goodnovel comment avatar
Alvian Pian
d ulng"trz s
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dan Akhirnya Istriku Diam   End

    Galih menemani setiap masa tersulit Rima, begitu juga dengan Rima. Pernikahan mereka saat ini sudah memasuki usia sepuluh tahun, tidak terasa. Banyak hal yang sudah dilewati dengan baik."Selamat hari pernikahan yang ke sepuluh!" Rima memeluk Galih dari belakang, suaminya itu sedang bersiap menuju rumah sakit. Galih membalikkan badan, ia kecup kening Rima dengan penuh cinta, semuanya masih sama seperti dulu, tak ada yang berubah. "Semoga kita bisa lebih panjang lagi menikmati waktu berdua!""Tidak hanya berdua, aku ingin bertiga atau berempat," ucap Rima.Galih terdiam, ia tahu maksud istrinya, tapi kemudian dipatahkan oleh kenyataan pahit sebuah takdir yang tidak bisa diubah."Aku tetap bisa menjadi ibu meski tidak melahirkan, iya kan?" ucap Rima.Suaminya itu mengangguk pelan. "Kamu mau kita mengadopsi anak?""Iya! Kamu gimana?" tanya Rima."Aku ikut semua hal yang membuat kamu bahagia!""Tapi kamu happy?""Tentu."Rima tersenyum, ia sudah menimang semuanya beberapa waktu ini, tida

  • Dan Akhirnya Istriku Diam   Bagian 53

    "Ayo, Dok! Satu suap saja!" ujar dokter muda bernama Hani."Tidak, biar saya makan sendiri saja!" jawab Galih."Ayolah, Dok! Semua sudah, tinggal dokter saja, nih!" ucap Hani mendekatkan tangan yang sedang memegang sepotong kue ke mulut Galih."Saya menganggap semua yang ada di sini itu keluarga, apalagi aku hidup sendirian semenjak kecil, jadi momen ini aku ingin merasakan kehangatan keluarga, aku suapi, ya!" ucap Hani. Sosoknya memang ceria dan dekat dengan siapapun, ia mudah bergaul dan mengambil hati banyak orang, termasuk semua yang saat ini ada di sini, hanya Galih yang bersikap biasa saja, ia memang dikenal sedikit tertutup dan membatasi diri."Sekali saja ya, dok!" Hani merajuk, merasa tidak enak dan tidak tega, Galih pun akhirnya menerima suapan itu dengan perasaan berdosa pada Rima. Hingga akhirnya, pintu terbuka tepat ketika Hani menyuapinya.Seketika ruangan hening melihat kedatangan Rima, begitu juga Galih yang langsung salah tingkah, ia takut bila istrinya akan berpikir

  • Dan Akhirnya Istriku Diam   Bagian 52

    Selepas berdoa, Rima dan Galih beranjak dari tempat peristirahatan terakhir Gayatri. Keduanya memutuskan untuk singgah sejenak di kota ini dan menyewa sebuah penginapan sambil menikmati indahnya kebun teh di akhir pekan."Syahra memberi kabar padamu?" tanya Galih ketika keduanya berapa dalam perjalanan menuju hotel.Rima menganggukkan kepalanya dan melihat ke arah Galih. "Memangnya ada apa?""Tidak! Kemarin aku melihat statusnya hitam gitu, ku pikir sedang ada masalah dan siapa tahu kalian saling bertukar kabar.""Syahra tidak pernah bercerita apa pun, dia itu orang yang paling menutupi semua bentuk masalah. Sholehah banget sih, sebagaimana kekurangan suami, dia gak akan mengumbar apa pun itu yang sifatnya buruk."Galih mengangguk setuju dengan yang diucapkan Rima. Kenyataannya Syahra memang seperti itu. Sepanjang perjalanan menuju penginapan disuguhi pemandangan indah, hamparan luas kebun teh yang hijau, sejauh mata memandang membuat kesejukan yang tidak terkira, menyusup sampai ke

  • Dan Akhirnya Istriku Diam   Bagian 51

    Galih memegang tangan sang istri. "Kalau memang kita ditakdirkan untuk tidak memiliki keturunan di dunia, pasti Allah menjanjikan nikmat di surga. Pernikahan kita untuk berjalan ke sana buka? Jangan khawatir tentang semua yang sifatnya sudah menjadi hal preogratif Allah. Kita bisa menjadi orang tua untuk seribu anak.Rima terdiam, ia menghela napas panjang. Matanya kini mulai menghangat, tentang anak ini memang seringkali membuatnya khawatir dan cemas, terkadang ia takut bila akan tua sendirian, ia takut pada hal yang sebetulnya belum terjadi."Aku merasa tidak berguna, beberapa waktu ini pikiranku kacau, semua ini sangat sulit.""Kita bisa melewati ini, Rima. Kita akan tetap bahagia. Jadikan Allah sebagai pusat bertumpu dalam segala hal, maka lambat laun semua kecemasan akan hilang."Rima menundukkan wajah, tangannya berpegang erat pada Galih. Satu tetes air mata turun."Dengan segala ujian ini, kamu adalah makhluk spesial yang dipilihNya," ucap Galih lagi.Istrinya itu mengangguk pe

  • Dan Akhirnya Istriku Diam   Bagian 50

    Rima terdiam dan menatap Galih dengan nanar. Sejenak hening mengisi ruangan inI. Jantung Rima berdegup kencang dengan irama yang tidak menentu, ia seperti bisa membaca situasi yang terjadi. Disingkap pakaian yang ia kenakan, kemudian ia lihat bekas luka jahitan yang terlihat mengering."Apa sudah tidak ada rahimku di sana?" ucap Rima menunjuk perutnya.Galih membuang napas kasar, ia membawa langkahnya mendekat pada sang istri. Meski pijakan kakinya seperti sedang tak menapak."Jawab Galih!" Teriak Rima ketika suaminya hendak meraih tangannya. Tak terasa derai tangis turun. "Kita akan bahagia tanpa anak, Rima!"Tersentak Rima, ini adalah kehancuran kesekian kali yang akhirnya harus ia dengar dan ia rasakan. Bahkan selama 31 tahun hidupnya, ia sama sekali belum pernah merasakan kehamilan, tapi ternyata takdir berkehendak bila bagian penting bagi seorang wanita harus terangkat.Setelah itu ia jatuh terkulai, menangis sejadi-jadinya. Menerima takdir adalah hal yang tak mudah.Galih memel

  • Dan Akhirnya Istriku Diam   Bagian 49

    "Aku harus mendapat tindakan, ya?" tanya Rima ketika menerima hasil yang Galih bawa."Hanya tindakan kecil, setelah itu gak apa-apa, kita bisa mulai programa hamil. Kita akan berbulan madu ke tempat yang kamu inginkan," ucap Galih."Kata orang, kalau punya kista suka susah hamil.""Kamu kan punya dua tangan untuk menutup telingamu, jadi dengarkan aku saja, jangan yang lain."Rima mengerucutkan bibir sambil memegang kertas, ada sejumput rasa khawatir, mengingat usianya pun tak lagi muda, sudah 30 tahun lebih. Galih mendekat, merasakan ketidaksenangan istrinya, ia peluk Rima dengan hangat dan membesarkan hatinya."Jangan takut dan khawatir, percayalah semua akan baik-baik saja."Rima membalas pelukannya, setelah berkali-kali mereka batal untuk menikmati waktu berduaan, dua hari ke depan Galih mengambil cuti. Mereka memilih untuk menghabiskan waktu berdua di rumah."Mau tidur di hotel?""Tidak usah, di rumah saja. Aku tidak ada mood pergi kemana-mana, di sini saja sudah nyaman."Galih me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status