Tunggu kelanjutannya ya guys terimakasih sudah mampir di ceritaku, tinggalkan jejak ya,🥰
Author POV Siang berlalu begitu saja, Elaine Natalie harus menelan kenyataan pahit saat terbangun dari tidurnya, seluruh raga dan jiwanya hancur berserakan, bukan hanya itu saja melainkan mimpi dan cita-cita nya selama ini harus rela ia lepas begitu saja di kemudian hari yang entah itu kapan, di liriknya pria dewasa muda masih terlelap, Elain membenci sang kakak ttirinya “ Maafkan aku Damian, aku tidak bisa menjaga diri dengan baik “ Tepat pukul tiga sore, Elaine bergegas merapikan diri sebelum kedua orangtuanya kembali pulang, mau tak mau Elaine harus membangunkan sang kakak yang masih tertidur di kamar milik Elaine “ kak, bangun!” Elaine menggoyangkan pelan tubuh Raven, namun Raven tak memberi respon “ Kak bangun ini udah sore !” pekik Elaine kembali, berharap sang kakak segera terbangun “ hmm apa sih sayang, belum cukup ya masih mau lagi hm?” “ ih ga gitu, nanti bunda pulang kak, kakak kalo mau tidur lagi lanj
“ Menikmati sesuatu yang sedikit berbahaya” seringai kecil terlihat di sudut bibir tipisnyaaku tidak mengerti maksud dari perkataan kak Raven, tak ingin menanggapi akupun mengalihkan pandanganku ke luar jendela, melihat jalanan yang remang, langit temaram terasa begitu gelap di hiasi beberapa bintang yang menemani sang rembulan yang nampak bersembunyi dibalik awan kelabuKak Raven melanjukan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata, membuat aku sedikit was-was, meski jalanan terasa lengah oleh pengendara motor juga mobil tetap saja seharusnya kak Raven tidak perlu menambah kecepatan lajunya, lagi pula aku masih ingin hidup, tentu jika aku punya pilihan aku tak ingin hidup bersama dengan pria setengah tak waras ini“ Kau ingin membuatku mati dan sekejap kak?!”“ jangan ngebut kak Raven!”Aku menggerutu kesal saat kak Raven bahkan tak memperdulikan teguran dariku,
Ketika Elaine menertawakan Raven, tanpa sadar sosok yang sedang dia bicarakan ternyata tepat berada di depan pintu yang belum sempat Elaine tutup karena pikirannya tertuju pada seisi ruang kamar tidur yang cukup menarik Raven tak suka jika ada yang meremehkan kemampuan dirinya, apalagi saat ini dia mendengar dengan jelas bahwa Elaine sedang memperoloknya, padahal Elaine sama sekali tidak bermaksud seperti itu “ kau menertawakan apa Elaine?!” tanya Raven saat posisinya tepat di belakang Elaine dengan kedua tangan yang melingkar di perutnya Mata Elaine terbelalak lebar “ kak Raven ngapain disini?” tanya Elaine gugup, apakah kak Raven mendengar apa yang telah ia katakan barusan? “ jawab pertanyaan ku sayang” hembusan nafasnya terasa menggelitiki ceruk lehernya, dimana Raven menyandarkan kepalanya tepat diatas bahu Elaine “ maafkan aku kak Raven, aku tidak bermaksud seperti itu” ujar Elaine pelan “ kau ingin tau ini kamar siapa hm?”
Ketika Elaine menertawakan Raven, tanpa sadar sosok yang sedang dia bicarakan ternyata tepat berada di depan pintu yang belum sempat Elaine tutup karena pikirannya tertuju pada seisi ruang kamar tidur yang cukup menarikRaven tak suka jika ada yang meremehkan kemampuan dirinya, apalagi saat ini dia mendengar dengan jelas bahwa Elaine sedang memperoloknya, padahal Elaine sama sekali tidak bermaksud seperti itu“ kau menertawakan apa Elaine?!” tanya Raven saat posisinya tepat di belakang Elaine dengan kedua tangan yang melingkar di perutnyaMata Elaine terbelalak lebar “ kak Raven ngapain disini?” tanya Elaine gugup, apakah kak Raven mendengar apa yang telah ia katakan barusan?“ jawab pertanyaan ku sayang” hembusan nafasnya terasa menggelitiki ceruk lehernya, dimana Raven menyandarkan kepalanya tepat diatas bahu Elaine“ maafkan aku kak Raven, aku tidak bermaksud seperti itu” ujar Elaine pelan&
" Elaine!! " Lambaiantangan damian mengisyaratkan keberadaannya, aku pun segera menghampirinya dengan rasa yang berkecamuk di dalam dada. Damianmengajakku bertemu di sebuah cafe biasa, aku menyukai tempat ini, sebab dari sudut ruangan ini aku bisa melihat matahari terbenam lalu menyiratkan warna jingga yang nampak indah, senja namanya. " Hay,, " SapakuTersenyum canggung. Setelah dua tahun berlalu, Lama sekali rasanya,mengingat antara aku dan dia yang sudah tak saling bertemu dan menyapa apalagi berbicara sampai sedekat ini " Aku sudah memesan kopi kesukaanmu ra, minum dulu kamu pasti haus " Jelas damian memecahkan kecanggungan diantara kita, di sodorkannya secangkir kopi dengan gelas cantik berwarna hijau muda, ya dia selalu tau apapun kesukaanku terkecuali hatiku, dia tak pernah menanyakan kabar hatiku semenjak hari itu, sedikitpun mungkin tak pernah terlintas dalam pik
“ tunggu Elaine, bisa kah kau memberiku kesempatan untuk memulai semuanya dari awal? “ sebuah tawaran yang selalu aku nantikan itu kini terwujud juga, entah harus dengan aapa aku mengatakan kepadanya, jujur dalam hati yang paling dalam namanya masih setia, dengan bodohnya aku pun mengangguk. " Ayo Biar ku antar " Ajaknya meraih tanganku, lalu bergegas keluar meninggalkan caffe " Baiklah,, " Aku hanya tersenyum, mencoba baik-baik saja. Pada dasarnya aku memang lemah di hadapanmu Damian. " Mungkin ini akan menjadi hari terakhir dimana kamu bisa mengantarkanku pulang " Lirihku dalam hati Jalanan malam itu lengang.. Di tambah dengan keheningan yang ia ciptakan di dalam mobil membuat duri dalam rasaku semakin Menggelitik. Ada rasa sesak saat ia kembali membahas masa lalu, begitu juga ada rasa bahagia akhirnya pertemuanku dengannya kembali setidaknya dapat memberi kesan manis meski hanya sedikit, mengin
" Ikut aku, sekarang! " Terdengar nada suara yang dingin namun tajam, seketika aku bergidik ngeri, mau dibawa kemana aku?Tepat di sebuah taman belakang yang nampak sepi karena semua orang sibuk menikmati makanan di ruang tengah, di mana tempat resepsi di adakan. Dia menghentikan langkahnya, lalu melepaskankan tanganku, aku meringis menahan sakit di pergelangan tanganku yang kemerahan." Sampai kapanpun, aku gak akan pernah menganggap ini nyata " Ujarnya penuh dengan penekanan, matanya terlihat kelam yang menatapku dengan tajam" Tapi kak,, "" Aku tidak akan melepaskanmu, sekalipun kau telah menjadi adik tiriku, ingat itu! " Titahnya yang tak bisa di bantah, kalimat pernyataan itu membuat bulu kuduk'ku meremang" Kak, aku gak pernah suka sama kak raven, jadi tolong lupakan aku kak, sekarang kita bahkan udah jadi saudara " Aku mencoba mengungkap perasaanku kesekian kalinya lagi, tak peduli lelaki di hadapanku mener
Satu atap “ Elaine?, Buka pintunya sayang “ panggil bunda Maya sembari mengetuk pintuku “ Ada apa Bun? “ Aku membuka pintu, menatap Bunda yang sudah berpakaian rapi, ah iya aku lupa ini sudah hampir pukul delapan malam, itu artinya acara resepsi sudah selesai dari satu jam yang lalu, acara yang di adakan dirumah memang sederhana maka dari itu acaranya tak sampai menghabiskan waktu yang terlalu lama “ Bunda mau bilang, mulai besok kita tinggal bersama dengan papah Irfan dan raven kakak kamu, jadi lebih baik bersiap-siap dari sekarang biar besok pagi langsung berangkat, kamu gak papa kan kalo harus tinggal di sana?” bunda bercerita secara detail “ Baik bunda, El ikut bunda saja “ ujarku seraya menguap, menahan rasa ngantuk yang semakin menjadi “ yasudah, kamu tidur sana, maafin bunda yah udah ganggu waktu tidurnya “ ujar bunda terkekeh, bunda sudah tau kalo aku ini suka sekali tidur padahal tidak melakukan banyak aktivitas yang mengu