Hujan deras di pagi hari, membuat Daniel dan Callista yang masih tertidur pulas begitu enggan membuka mata mereka. Cuaca yang sejuk karena hujan membuat mereka saling berpelukan. Namun, di saat mereka tengah tertidur pulas Callista menggeliat merasakan ada tangan kokoh yang memeluk dirinya. Perlahan Callista mulai membuka kedua matanya.Saat Callita membuka, dia menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Memejamkan mata kembali, lalu Callista membuka matanya memastikan dengan apa yang dia lihat ini. Tapi ini benar-benar seperti nyata. Callista tersentak, menyadari ini adalah kenyataan.“Aaaaaaa,” Suara teriakan Callista begitu kencang saat menyadari Daniel memeluk dirinya. Mendengar suara teriakan Callista, membuat Daniel langsung membuka matanya. Callista mendorong kasar tubuh Daniel yang memeluk dirinya. “Apa yang kau lakukan di sini! Kenapa kau bisa ada di kamarku!” seru Callista meninggikan suaranya.Daniel mengambil bantal, dia tidak memperdulikan teriakan Ca
“Siapa pria yang menyerangmu saat di klub malam itu? Apa kau mengenal mereka?” Daniel menatap Callista penuh selidik. Ya, sejak pertemuan awal Daniel ingin bertanya siapa para pria yang menyerang Callista di klub malam waktu itu. “Aku tidak mengenalnya.” jawab Callista berbohong. Dia tidak mungkin memberitahukan Daniel tentang identitasnya. Lagi pula sejak dulu Callista memang sangat nyaman ketika orang mengetahui identitasnya yang seorang Dokter. Bukan tidak merasa bangga memiliki ayah seorang Micahel Hutomo. Tapi banyak orang yang menujukan wajah palsunya ketika tahu dirinya adalah putri dari Michael Hutomo.“Benarkah? Tapi aku merasa dia sangat mengenalmu,” balas Daniel yang masih menatap Callista penuh selidik. Callisa membuang napas kasar. “Aku tidak ingin membahasnya. Itu semua sudah lewat. Lebih baik kau bisa menanyakan yang lain.”“Yang lain?” Daniel tersenyum miring.Seketika Callista menyesal mengucapkan itu. Callista yakin setelah ini Daniel akan betanya banyak. Asatga Cal
Suasana hening tercipta di dalam mobil. Sepanjang perjalanan pulang Daniel dan Callista hanya diam tanpa mengatakan sepatah katapun. Daniel fokus menyetir mobil, sedangkan Callista dia melihat ke arah luar jendela. Setelah berciuman dengan Daniel, Callista tidak berani menatap Daniel. Beruntung Daniel diam tidak membahas ciuman tadi. Jika Daniel membahas tentang ciuman tadi, Demi Tuhan rasanya Callista ingin melarikan diri.Bagi Callista, Daniel adalah sosok pria yang otoriter. Tidak hanya itu Daniel sama seperti ayahnya yang selalu menggunakan kuasa untuk mendapatkan apapun. Terlebih Daniel juga belum mengetahui identitas Callista. Semoga itu benar. Karena sangat mudah bagi Daniel mengetahui identitas Callista dengan membaca data tentang Callista di rumah sakit.Hal yang membuat Callista membenci dirinya adalah ketika tubuhnya merespon Daniel mencium dirinya. Harusnya Callista menghajar pria itu karena telah menciumnya. Tapi Callista tidak sama sekali menolak. Bahkan dirinya memberika
Keesokan hari, Daniel sudah di jalan menuju bandara. Kini Daniel tengah berada di dalam mobil. Hari ini Daniel akan melakukan perjalanan bisnis ke Kanada. Jika dulu, Daniel melakukan perjalanan bisnis tidak merasa terbeban, kali ini berbeda dengan sebelumnya. Sejak tadi malam saat Daniel mengirimkan pesan pada Callista, kalau dia akan membawanya ke rumah keluarganya tapi wanita itu tidak juga membalas. Itu yang membuat Daniel ingin segera menyelesaikan pekerjaannya dan segera kembali ke Los Angeles.
Toronto, Kanada. Daniel berjalan keluar dari bandara. Kini Daniel sudah tiba di Kanada, setelah menempuh perjalanan selama hampir lima jam. Daniel melangkah keluar menuju arrival hall. Sopir perusahaan sudah menjemputnya. Di lobby, Harry sudah melihat sopir perusahaan. Harry membukakan pintu mobil, kemudian Daniel masuk dan duduk di kursi penumpang. Sedangkan Harry duduk di kursi depan. “Harry, apa jadwal ku hari ini?” tanya Daniel menatap keluar jendel
Callista merenggangkan lehernya, tubuhnya begitu lelah. Setelah menangani pasien di meja operasi selama dua belas jam membuat Callista ingin segera pulang ke rumah. Jika biasa Callista selalu berpenampilan cantik dan menawan, hari ini Callista tidak memperdulikan penampilannya. Dua belas jam di ruang opearsi membuat Callista benar-benar sangat lelah. Dengan rambut yang di ikat asal dan mengganti heelsnya dengan flat shoes membuat Callista terlihat berbeda hari ini. Tapi meski demikian, Callista terlihat lebih natural dan sangat cantik. Callista berjalan menuju parkiran mobil. Namun, saat Callista tengah berjalan ke arah mobilnya, langkah Call
Sinar matahari pagi begitu cerah. Callista turun dari mobil, dia melangkah masuk ke dalam lobby rumah sakit. Pagi ini Callista memilih untuk datang lebih awal. Tujuannya karena dia ingin menemui Olivia. Saat ini Callista benar-benar membutuhkan Olivia. Dia membutuhkan sahabatnya untuk mendengarkan segala keluhannya. Ini semua karena Daniel. Pria itu telah berhasil mengganggu kehidupan Callista. Tidak bukan hanya mengganggu tapi juga membuat Callista sakit kepala. Ditambah malam ini Callista terpaksa harus pergi menemani pria itu. Jika dia menolak, maka pria itu selalu mengatakan dirinya tidak memiliki pilihan lain selain menerimanya. Callista terus merutuki nasibnya kenapa harus bertemu dengan pria seperti Daniel? kalau waktu di putar, lebih baik pria itu tdak perlu membantu dirinya.
Daniel melangkah masuk dan langsung duduk di sofa. Sedangkan Callista, hanya bisa menutup kembali pintu apartemennya dan menyusul Daniel masuk ke dalam. Pria itu benar-benar, belum juga Callista mempersilahkan untuk masuk tapi Daniel sudah lebih dulu masuk.“Daniel? Kenapa kau datang sekarang? Bahkan aku masih belum bersiap-siap! Kau mengatakan pada ku akan datang jam sembilan malam!” Callista mendengus kesal, pria itu datang ketika dirinya belum mengganti pakaiannya.