Mengejarku Setelah Perceraian

Mengejarku Setelah Perceraian

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-07-25
Oleh:  mevisaOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
35Bab
443Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Kisah dimulai pada malam ulang tahun pernikahan keempat Annisa Larasati dan suaminya, Baskara Aditama. Dengan hati berbunga-bunga, Annisa datang ke restoran mewah tempat suaminya berjanji bertemu untuk merayakan hari spesial mereka. Namun, kebahagiaannya seketika hancur saat yang menemuinya bukanlah Baskara, melainkan pengacaranya, Johan Setyawan, yang menyodorkan surat gugatan cerai. Hancur dan bingung, Annisa menolak menandatangani surat itu sebelum berbicara langsung dengan Baskara. Setelah perdebatan sengit dan gertakan cerdas, Annisa berhasil memaksa sang pengacara untuk menelepon Baskara. Percakapan telepon itu menjadi pukulan telak baginya. Dengan nada dingin dan tanpa emosi, Baskara menegaskan alasan perceraian mereka: setelah empat tahun, Annisa gagal memberinya keturunan, yang merupakan tujuan utama dari pernikahan perjodohan mereka. Baskara kemudian menawarkan kompensasi finansial dalam jumlah besar, seolah-olah meremehkan pernikahan mereka sebagai transaksi bisnis belaka. Merasa terhina namun didorong oleh harga diri yang tersisa, Annisa menyetujui perceraian itu. Ia menandatangani surat tersebut dengan satu syarat: semua aset dan uang kompensasi yang diberikan Baskara harus dijual dan ditransfer ke rekening bank rahasianya di Swiss. Ia bersumpah bahwa Baskara tidak akan pernah mendapat kesempatan kedua jika suatu hari ia menyesal. Dengan hati yang hancur, Annisa meninggalkan restoran dan berjalan tanpa tujuan di tengah hujan deras hingga akhirnya pingsan karena kelelahan fisik dan emosional. Ia terbangun di unit gawat darurat sebuah rumah sakit. Saat mencoba mencerna kenyataan pahit bahwa ia kini telah resmi bercerai, dokter yang merawatnya datang membawa sebuah berita yang mengubah segalanya. Dalam sebuah ironi yang tragis, dokter tersebut memberitahunya, "Selamat, Ibu Annisa... Anda hamil."

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1

Mei 2018, Jakarta.

Di hari jadi pernikahan keempatnya, Annisa Larasati tersenyum membaca pesan dari suaminya, Baskara Aditama, yang mengajaknya bertemu di Restoran Kencana. Ini adalah kencan pertama mereka setelah sekian lama. Namun, setibanya di sana, bukan Baskara yang ia temui, melainkan seorang pengacara bernama Johan Setyawan.

Di atas meja, tergeletak sebuah map.

"Ibu Annisa, ini surat dari Bapak Baskara. Mohon ditandatangani," kata Johan dengan nada formal.

Jantung Annisa seakan berhenti berdetak saat membaca judul surat itu: GUGATAN CERAI. Dunianya runtuh.

"Di mana Baskara? Kenapa dia tidak datang sendiri?" tanya Annisa, suaranya bergetar menahan amarah dan sakit hati.

"Bapak Baskara sangat sibuk," jawab Johan singkat.

"Saya tidak akan tanda tangan sebelum bicara dengannya!" tegas Annisa. Setelah perdebatan singkat yang menegangkan, Johan akhirnya terpaksa menelepon Baskara.

"Langsung saja. Kamu butuh uang berapa sebagai kompensasi?" Suara dingin Baskara dari seberang telepon menusuk jantung Annisa lebih dalam dari belati mana pun.

"Jadi, pernikahan ini hanya soal uang bagimu?" desis Annisa.

"Pernikahan kita itu perjodohan, Annisa. Tujuannya agar kamu memberiku keturunan. Empat tahun berlalu, dan kamu belum juga hamil. Aku tidak bisa menunggu lagi," ujar Baskara tanpa emosi.

"Aku mengerti," potong Annisa, hatinya hancur berkeping-keping.

"Bagus. Cepat tanda tangani surat itu," kata Baskara, lalu menutup telepon tanpa menunggu jawaban.

Di hadapan Johan, Annisa menahan air matanya. Dengan tangan gemetar, ia menandatangani surat itu. "Katakan pada klien Anda," ucapnya dengan suara dingin yang mengejutkan, "jika suatu hari kami bertemu, anggap kami tidak saling kenal."

Ia juga memberikan instruksi tegas untuk menjual semua aset pemberian Baskara, termasuk rumah yang mereka tinggali, dan mentransfer semua hasilnya ke sebuah rekening bank di Swiss yang sudah lama tidak ia gunakan. Ia tidak ingin menyimpan kenangan apa pun.

Setelah meninggalkan restoran, Annisa tidak langsung pulang. Didorong oleh rasa sakit dan sisa harapan yang bodoh, ia memutuskan untuk menemui Baskara di penthouse pribadinya, tempat yang jarang ia datangi. Ia hanya ingin menatap mata pria itu untuk terakhir kalinya.

Sesampainya di sana, pintu tidak terkunci. Annisa melangkah masuk ke dalam apartemen yang remang-remang, hanya diterangi lampu kota dari jendela besar. Samar-samar ia mendengar suara tawa perempuan dari arah kamar tidur.

Langkahnya terhenti. Dengan tangan gemetar, ia mendorong pintu kamar yang sedikit terbuka.

Pemandangan di hadapannya adalah pukulan terakhir yang menghancurkan sisa-sisa hatinya. Baskara, suaminya—mantan suaminya—sedang bercumbu mesra dengan seorang wanita yang ia kenali sebagai Laura Kiels, model yang sedang naik daun.

"Sayang, apa istrimu tidak akan marah kamu bersamaku di hari jadi kalian?" suara manja Laura terdengar.

"Aku sudah tidak punya istri," jawab Baskara sambil tertawa.

Dunia Annisa menjadi runtuh. Rasa sakit di dadanya begitu menyiksa hingga napasnya terasa sesak. Pandangannya mulai kabur, kepalanya pusing bukan main. Ia berbalik, mencoba lari keluar dari apartemen neraka itu. Namun, kakinya terasa seperti jeli. Ia terhuyung-huyung keluar dari unit penthouse, dan saat mencapai koridor lobi yang sepi, kesadarannya benar-benar hilang. Semuanya menjadi gelap.

Samar-samar, ia terbangun oleh bau antiseptik yang tajam. Matanya mengerjap, menyesuaikan diri dengan cahaya lampu di sebuah ruangan bernuansa putih. Sebuah rumah sakit. Kepalanya masih terasa berat, namun ia berusaha untuk duduk. Di meja samping tempat tidurnya, ponselnya tergeletak. Ada satu pesan baru yang belum terbaca. Dengan tangan gemetar, ia membukanya.

Pengirim: Sean

Annisa, aku menemukanmu pingsan di lobi apartemen. Aku membawamu ke Rumah Sakit Medika. Jangan khawatir, semua biaya administrasi sudah kuurus. Fokus saja pada pemulihanmu. Kabari aku jika kau sudah lebih baik.

Sean. Nama itu terasa familier, namun otaknya terlalu kacau untuk mengingat dengan jernih. Untuk saat ini, rasa sakit akibat pengkhianatan Baskara mengalahkan segalanya. Ia meletakkan kembali ponselnya saat seorang dokter masuk ke ruangannya.

Dokter itu tersenyum tipis. "Sudah merasa lebih baik, Ibu Annisa?"

Annisa hanya mengangguk lemah. "Saya kenapa, Dok? Apa saya sakit parah karena stres?"

Dokter itu memeriksa catatannya. "Kami sudah melakukan beberapa tes dasar berdasarkan kondisi Anda saat dibawa kemari." Wajahnya terlihat bingung namun juga tersenyum. "Ibu Annisa, Anda tidak sakit karena stres," ujar dokter itu dengan tenang. "Hasil tes menunjukkan hal lain."

"Lalu saya kenapa, Dok?" tanya Annisa, suaranya nyaris berbisik.

Dokter itu menatapnya lekat. "Selamat, Bu. Anda tidak sakit. Anda hamil. Usia kandungan sekitar enam minggu."

Waktu seakan berhenti. Hamil? Di saat ia baru saja kehilangan segalanya, Tuhan memberinya keajaiban yang tidak pernah ia duga. Di tengah kehancuran hatinya, sebuah kehidupan baru sedang tumbuh di dalam dirinya. Ini bukan lagi tentang Baskara. Ini tentang anaknya. Air mata akhirnya jatuh di pipi Annisa, tetapi kali ini, bukan karena kesedihan, melainkan karena secercah harapan yang baru saja lahir.

Dari rumah sakit, Annisa langsung menghubungi satu orang yang paling ia percayai di dunia: Bibi Nuri, pengasuhnya sejak kecil.

"Bi, tolong kemasi semua barang-barang pentingku. Hanya yang kubeli sendiri. Jangan sentuh apa pun pemberian keluarga Aditama," kata Annisa dengan suara tegas, menyembunyikan getar emosinya.

"Non? Ada apa, Non?" tanya Bi Nuri panik.

"Aku cerai, Bi. Dan... aku hamil. Aku akan pergi dari negara ini. Aku akan jelaskan semuanya nanti. Tolong lakukan saja apa yang kuminta."

Setelah itu, ia menelepon satu nomor lagi—nomor Jaka, sahabat sekaligus mitra bisnisnya di masa lalu. "Jaka, ini aku, Annisa. Aku butuh bantuanmu."

Tanpa basa-basi, Annisa menjelaskan situasinya. "Aku mau kamu aktifkan rekening Swiss-ku dan hapus semua jejak digital perjalananku. Aku akan ke Swedia malam ini juga."

Hanya dalam beberapa jam, Annisa telah berubah. Wanita yang paginya masih merayakan ulang tahun pernikahan, kini menjadi seorang calon ibu yang berjuang untuk masa depan anaknya. Ia tidak lagi peduli pada Baskara atau keluarganya. Prioritas utamanya sekarang adalah melindungi keajaiban kecil di dalam rahimnya. Dengan tiket di tangan dan rencana yang matang, ia siap meninggalkan masa lalunya dan memulai hidup yang baru.

 

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
35 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status