HIATUS UNTUK SEMENTARA WAKTU. (SOON, AKAN DILANJUT) Takdir mempertemukan Callista dengan Daniel, sosok pria yang kembali mengingat masa lalu keluarganya. Lantas bagaimana Daniel dan Callista melanjutkan hubungannya kala kedua keluarga mereka mati-matian memisahkan hubungan mereka? Sebuah dendam yang membekas dan tak termaafkan membuat hubungan Daniel dan Callista menjadi sesuatu hal yang tak mungkin dipertahankan. "Karena mencintaimu, hanya akan membuat banyak orang di sekelilingku terluka, Daniel," ucap Callista pilu. "Tidak peduli dengan banyaknya perhalang, aku akan tetap memperjuangkan hubungan kita, Callista. Meski aku harus melawan orang-orang di sekitarku," jawab Daniel tegas.
View MoreLos Angeles – California
Sebuah club mewah di Los Angeles ini menjadi salah satu tempat yang sering didatangi oleh para artis dan kalangan atas. Bootsy Bellows, club mewah yang berada di Los Angeles ini tidak pernah sepi. Setiap harinya selalu ramai dengan para pengunjung. Kehidupan malam di Los Angeles memang sudah terkenal.
Tampak dua wanita cantik yang tengah duduk di mejanya seraya meminum wine terus menjadi pusat perhatian para pria di sana. Beberapa kali pria berusaha mendekati dua wanita itu namun kenyataanya tidak ada satupun yang berhasil mendekatinya.
“Callista, apa kau tidak ingin berdansa? Sejak tadi para pria berusaha mendekatimu. Tapi kau selalu menolaknya,” tukas Olivia seraya menegak wine di tangannya hingga tandas.
Callista tertawa pelan. “Kau menasihatiku seoalah kau tidak melakukan hal yang sama. Bukannya sejak tadi para pria juga berusaha mendekatimu? Tapi tidak ada satupun yang kau terima.”
Olivia mendengus kesal. “Sudahlah, lebih baik kau diam. Menyebalkan sekali. Aku memang tidak tertarik menjalin hubungan.”
Callista mengangkat sebelah bahunya tak acuh. “Sepertinya kita harus meminum wine yang beralkohol. Aku ingin sekali menenangkan pikiranku.”
“Jangan macam-macam, Callista. Aku tidak ingin mengangkut tubuhmu kalau kau mabuk. Kau itu lemah alcohol. Sudah nikmati saja wine mu tanpa alcohol itu,” tukas Olivia mengingatkan.
“Well, aku hanya sedang merasa bosan.” Callista menggerakan gelas sloki ditangannya berirama. Wajahnya terlihat tampak begitu muram.
Olivia mendesah pelan. “Kau bosan kenapa? Apa karena keluargamu masih melarangmu menjadi seorang Dokter? Sungguh, aku tidak mengerti dengan apa yang dipikirkan ayahmu. Padahal harusnya mereka bangga diusia muda kau sudah menjadi Dokter.”
“Ayahku masih menginginkanku memimpin perusahaannya,” jawab Callista dengan helaan napas berat. “Padahal aku memiliki kakak yang bisa memimpin perusahaan keluargaku. Harusnya mereka tidak perlu mengharapkanku. Karena mereka tahu jawabannya akan tetap sama. Aku tidak akan meninggalkan pekerjaanku hanya karena permintaan ayahku yang menginginkan aku mempin perusahaannya.”
Ya, Callista Hutumo, seorang wanita cantik berdarah Inonesia-California ini memiliki profesi sebagai Dokter Bedah Jantung di salah satu rumah sakit ternama di Los Angeles harus rela melarikan diri dari rumah karena keluarganya selalu melarang apa yang menjadi mimpinya. Sejak dulu, Michael, ayahnya menginginkan Callista memimpin perusahaannya. Namun, tentu Callista selalu menolaknya. Karena memang, memimpin perusahaan bukanlah impian Callista.
Malam ini, Callista bersama dengan Olivia mengunjungi salah satu klub yang biasa mereka datangi. Merasa jenuh dengan pekerjaan. Callsta selalu memilih untuk bersantai sejenak bersama Olivia.
“Nona Callista.” Suara bariton memanggil nama Callista dengan cukup keras, hingga membuat Callista mengalihkan pandangannya pada sumber suara itu. Seketika kening Callista berkerut, menatap empat sosok pria berpakaian hitam yang berdiri di hadapannya.
“Callista? Kau mengenal mereka?” Olivia berbisik dengan suara pelan di telinga Callista.
Callista membuang napas kasar. “Mereka anak buah ayahku,” jawabnya dingin.
Olivia tersentak. Raut wajahnya berubah menjadi panik dan ketakutan. “Callista, mereka anak bauh ayahmu?” tanyanya memastikan.
Callista menggguk singkat.
“Astaga, apa yang mereka lakukan di sini?” tanya Olivia lagi dengan raut wajah yang semakin panik dan cemas.
Tanpa menjawab perkataan Olivia, Callista langsung mengalihkan pandangannya menatap anak buah ayahnya itu yang berdiri tepat di hadapannya. “Apa yang ingin kalian lakukan? Kenapa kalian di sini?”
“Nona, Tuan Besar Michael meminta anda untuk segera pulang. Saya mohon, Nona untuk segera ikut kami,” ujar pengawal itu.
“Lebih baik kalian pulang. Aku tidak ingin kalian datang menggangguku,” tukas Callista dingin dengan tatapan penuh peringatan.
“Nona kami tidak akan pergi jika belum membawa anda. Itu pesan dari Tuan Michael. Kami tidak akan bisa pergi tanpa anda ikut dengan kami,” jawab pengawal itu. “Kami mohon, agar Nona tidak mempersulit kami.”
“Apa kalian ini tuli? Aku minta kalian pergi dari sini! Jangan pernah menggangguku!” seru Callista dengan suara yang meninggi.
“Maaf Nona, kalau begitu kami harus memaksa anda.” Pengawal itu mulai menarik paksa tangan Callista. Dengan satu kali hentakan, Callista berhasil menepisnya. Tatapan Callista kini semakin menajam kala pengawal ayahnya berani menyentuh tangannya.
“Sialan! Beraninya kau menyentuhku!” bentak Callista keras.
“Kami minta maaf, Nona. Tapi kami melakukan ini karena anda tidak bisa diajak kerja sama,” jawab salah satu pengawal lainnya.
“Alright, kalau begitu lawan aku. Tunjukan kemampuan kalian,” tantang Callista dengan sorot mata yang kian menajam.
Tanpa lagi menjawab, pengawal itu langsung menerjang Callista mengunci pergerakan tangannya. Dengan sigap, Callista membalikan tubuh pria yang berusaha mengunci pergerakannya. Callista memukul dan menendang pria itu hingga membuat pria itu tersungkur di lantai.
Suasana klub malam menjadi gaduh akibat perkelahian Callista dan para pengawal ayahnya itu. Para pengawal itu, kembali mencoba mengunci pergerakan Callista namun rupanya mereka terpaksa harus membalas pukulan Callista.
Braakkkkk
Callista tersungkur ke lantai ketika ada yang melawannya dari belakang. Olivia menjerit saat melihat Callista tersungkur di lantai. Olivia menggigit bibir bawahnya, wajahnya penuh dengan kecemasan dan ketakutan.
“Shit!” umpat Callista saat dirinya tersungkur di lantai akibat serangan dari arah belakang. Callista berusaha bangkit berdiri dan kembali melawan. Namun saat dirinya merasakan ada yang ingin menyerangnya dari arah belakang, dia merasa ada seseorang yang membantunya. Callista membalikan tubuhnya lalu menatap sosok pria tampan dengan tubuh tegap melawan anak buah ayahnya dari belakang.
“Jika kalian berani, jangan melawan seorang wanita!” desis pria itu saat mengunci pergerakan dari anak buah Michael.
Callista terkesiap melihat ada sosok pria yang membantunya. Rasanya dia ingin menolak bantuan itu tapi tidak mungkin. Akhirnya Callista membiarkan pria itu membantunya melawan pengawal ayahnya.
Callista kembali melawan pengawal dari ayahnya, hingga mereka tersungkur di lantai dan meninggalkan Callista.
“Terima kasih,” ucap Callista pada pria di hadapanya itu. Namun pria itu tidak menjawab saat Callista mengucapkan terima kasih.
Olivia mulai membuka matanya, sejak tadi saat Callista berkelahi dia terus memejamkan matanya karena tidak berani menatap sahabatnya. Saat Olivia melihat pengawal yang di kirim ayahnya Callista sudah tidak ada, dengan cepat Olivia langsung berlari menghampiri Callista. “Kau tidak apa-apa, Callista? Kau tidak terluka, kan?” Olivia memegang bahu Callista, memeriksa sahabatnya itu memiliki terluka atau tidak.
“Aku baik-baik saja,” balas Callista.
“Maaf Nona, anda harus mengganti kerusakan ini,” kata sang manager yang kini menghampiri Callista.
“Sialan!” umpat Callista. Jika bukan karena ulah ayahnya, tidak mungkin dia harus menngganti kerusakan ini.
“Biar aku yang membayar.” Pria yang tadi membantu Callista menyerahkan black card miliknya pada sang manager untuk membayar semua kerusakan.
Callista tersentak saat pria itu langsung memberikan black card pada manager klub malam itu. “Tuan? Tunggu kenapa anda membayarnya? Aku bisa membayarnya, Tuan.”
***
-To Be Continued
“Ah, lelah sekali.” Callista melangkah keluar dari ruang operasi. Setelah hampir sepuluh jam dia melakukan tindakan, kini dirinya begitu kelelahan.“Callista, apa kau langsung pulang?” tanya Olivia yang juga kelelahan. Dia memijat pelan tekuk lehernya. Tubuhnya seolah benar-benar remuk.“Mungkin iya, tubuhku lelah sekali. Aku ingin berendam,” jawab Callista. “Yasudah, aku ingin ke ruang kerjaku dulu, ya?”Olivia mengangguk. “Ya, aku juga ingin langsung pulang ke rumah.”Callista tersenyum. Kemudian melangkah masuk ke dalam ruang kerjanya. Meski lelah, tapi Callista selalu bahagia setiap kali operasi berhasil menyelamatkan pasiennya.Saat Callista baru saja tiba di ruang kerjanya—dia mendengar suara dering ponsel miliknya terus berdering. Callista mendekat, lalu mengambil ponselnya dan menatap ke layar. Seketika Callista mengembuskan napas kasar ketika melihat nomor Alice, ibunya tert
“Nyonya.” Seorang pelayan menghampiri Alin yang tengah menyirami bunga-bunga di tamannya.“Ada apa?” Alin bertanya pada pelayan yang kini berdiri di hadapannya.“Nyonya, maaf mengganggu anda. Tapi di depan ada tamu yang Bernama Nona Megan Alister ingin bertemu dengan anda. Beliau mengatakan anda sendiri yang mengundangnya,” ujar sang pelayan memberitahu.“Megan sudah datang?” Raut wajah Alin tampak begitu bahagia mendengar Megan Alister sudah datang. Ya, dia mengundang anak dari teman dekatnnya untuk berkunjung ke rumahnya.Sang pelayan menganggukan kepalanya. “Benar, Nyonya.”Alin tersenyum. “Kau siapkan minuman untuknya. Aku akan segera ke depan.”“Baik, Nyonya.” Sang pelayan menundukan kepalanya, lalu pamit undur diri dari hadapan Alina.Alin terus mengembangkan senyumannya. Kini dia berjalan meninggalkan taman itu, menuju tempat di mana Megan Alist
Berita tentang Daniel Renaldy menjalin hubungan dengan Callista Hutomo, putri keluarga keluarga Michael Hutumo telah tersebar. Banyak yang berkomentar mereka adalah pasangan yang sempurna. Selama ini publik tidak pernah tahu tentang Callista. Karena memang hanya Putri sulung Michael hutumo, Jessica yang kerap kali muncul di hadapan media. Banyak orang pikir Michael hanya memiliki satu putri saja. Namun kenyataanya Michael memiliki putri yang berprofesi sebagai Dokter di rumah sakit milik Daniel.Semua berita yang tampil pagi ini, membuat raut wajah Alin berubah dipenuhi dengan amarah. Iris matanya penuh dengan kebencian mendalam.“Sialan!” Alin membanting vas bunga yang ada di hadapannya, hingga pecahan belingnya memenuhi lantai. Sorot mata Alin menajam, berkali-kali Alin mengumpat kasar.“Aku tidak akan pernah membiarkan putraku menikah dengan putrimu, Casandra,” geram Alin penuh dengan kebencian.Kini Alin menyambar kunci mobilny
Michael membanting kasar guci yang ada di ruang kerjanya. Kini, keadaan ruang kerja Michael benar-benar tampak begitu kacau. Terlihat jelas kemarahan di wajahnya. Ya, Micahel tidak mampu lagi mengatasi amarahnya, kala melihat pemberitaan tentang putri bungsunya dan putra dari Gio Renaldy. Michael terus mengumpat kasar, merutuki kebodohannya sampai dia tidak tahu pemilik Queen Hospital, tempat di mana Callista bekerja adalah milik Daniel Renaldy. Jika saja, dia tahu sejak awal, maka ini tidak akan pernah terjadi.“Sialan kau, Gio. Aku tidak akan membiarkan putriku menikah dengan putramu!” geram Michael dengan tangan yang terkepal kuat. Rahangnya mengetat. Kilat kemarahan
Daniel duduk di kursi kebesaraannya. Dia menyandarkan punggungnya di kursi seraya memejamkan matanya lelah. Pikirannya terus memikirkan perkataan kedua orang tuanya. Diawal hubungannya dengan Callista, kedua orang tuanya menyetujui hubungannya. Bahkan kedua orang tuanya begitu mendukung. Tapi, setelah mereka tahu Callista adalah putri Michael Hutomo, mereka langsung melarangnya menjalin hubungan dengan Callista. Daniel merasakan sesuatu hal antara keluarganya dan keluarga Callista.Tanpa ingin lagi berpikir, Daniel langsung menekan tombol interkom. Dia meminta Harry, assistantnya untuk segera datang menemuinya. Tidak lama kemudian, Harry melangkah masuk ke dalam
“Mereka baik,” jawab Daniel dengan nada datar dan tatapan begitu serius pada kekasihnya itu. “Callista, ada hal yang ingin aku tanyakan padamu,” lanjutnya yang membuat Callista bingung.“Ada apa, Daniel? Apa yang ingin kau tanyakan?” Alis Callista saling bertautan. Dia terus menatap Daniel. Sesaat, dia memperlihatkan tatapan Daniel yang terlihat ingin mengatakan sesuatu padanya. Sebuah tatapan yang sangat berbeda dari biasanya.“Apa kau mempercayaiku?” Daniel membawa t
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments