Pintu terbuka dan terlihat seorang wanita paruh baya yang membuka pintu. Walaupun ia terlihat seperti berumur 40 tahun, tetapi wajahnya masih terlihat cantik.
“Kenapa kau pulang sangat terlambat?” Wanita itu berbicara dengan nada cemas. Dia adalah Ellena, ibu Daniel dari dunia ini.Ellena adalah seorang wanita dengan rambut hitam sebahu. Iris matanya yang berwarna biru langit membuatnya sangat indah. Bibir merah muda, hidung yang tidak terlalu mancung menambah pesonanya. Walaupun ada beberapa kerutan di wajahnya, tetap tidak mengurangi kecantikannya. Ellena menggunakan bliaut longgar tapi tidak mengurangi sosok indahnya.“Kenapa kau diam saja ketika ditanya oleh ibumu, Daniel?” Ellena kembali berbicara dengan nada memarahi.Daniel masih diam. Bukan diam karena terpesona, tetapi dia merasakan ikatan emosional dari jiwa Daniel yang lain.“Daniel!! Ada apa dengan wajahmu? Apa kau berkelahi dengan berandalan itu lagi?” Ellena kaget melihat pipi Daniel yang membiru dan sedikit lecet.“Ahh ... tidak, Bu, ini hanya luka kecil. Tidak ada yang harus dikhawatirkan,” jawab Daniel setelah sadar dari renungannya.“Tetap saja ini luka. Ayo, masuk ke dalam dan obati dengan salep,” kata Ellena sembari menarik tangan Daniel untuk masuk ke dalam.Ini adalah rumah sederhana dengan dua kamar tidur dan satu kamar mandi. Sisanya menjadi dapur sekaligus ruang makan.Tidak ada yang spesial di dalamnya. Hanya ada perabotan rumah tangga yang sudah usang dan bahkan tanpa ada dekorasi tambahan.“Duduklah di sini, Ibu akan mengambilkan salepnya,” suruh Ellena kepada Daniel agar duduk di kursi yang ada di ruang makan.“Walaupun aku mendapatkan ingatan dari jiwa sebelumnya, aku tidak memiliki kesan terhadapnya. Namun ketika melihatnya tadi, langsung seperti ada ikatan emosional,” pikir Daniel, sembari menunggu Ellena mengambil salep.Ellena kembali dengan salep di tangannya.“Ibu telah membuat roti dan curry. Setelah kamu mandi, kita akan makan malam,” kata Ellena, sambil membuka tutup salep.Ellena mengoleskan salep ke luka Daniel dengan Hati-hati. Sementara Daniel hanya menatap wajah Ellena. Bagaimanapun, Daniel telah lupa bagaimana kasih sayang seorang ibu.Ketika ibunya masih hidup, Daniel mendapatkan kasih sayang yang tulus dari wanita itu. Sampai kemudian ibunya meninggal, ia tidak merasakan hal yang sama lagi. Ia harus hidup sendiri walaupun tidak kekurangan uang karena ibunya memiliki asuransi. Namun tetap saja kasih sayangnya yang paling ia inginkan.“Apakah ada sesuatu di wajahku?” tanya Ellena yang menyadari tatap Daniel.“Ah, tidak, Bu. Hanya saja setelah setelah 20 tahun Ibu telah menjaga dan merawatku sendirian, mulai sekarang aku yang akan menjagamu. Besok aku akan mencari pekerjaan agar Ibu tidak harus bekerja lagi,” jawab Daniel sambil menatap Ellena.Ellena tertegun mendengar jawaban Daniel. Ia tidak berpikir Daniel akan menjawab seperti itu.“Hahaha, apakah anak nakal ini sudah berpikir dewasa sekarang?” Ellena berkata sambil mencubit lengan Daniel.“Tunggu sampai salepnya mengering, setelah itu kamu harus mandi. Ibu akan membereskan dapur terlebih dahulu sebelum kita makan malam,” kata Ellena lagi.Ellena lalu berjalan ke dapur.“Kau bisa beristirahat dengan tenang, Bung, aku yang menjaga dan merawat ibumu,” gumam Daniel kepada roh “Daniel” dari dunia ini.Setelah salep mengering, Daniel berjalan ke kamar mandi. Sebuah kamar mandi sempit yang hanya ada bak untuk menampung air dan gayung. Tidak ada apa-apa lagi di dalamnya selain sabun untuk mandi.Daniel meletakkan pistolnya di tumpukan baju kotor, lalu ia mengambil gayung dan mandi. Setelah itu, ia berjalan menuju kamarnya.Kamar Daniel juga sangat sederhana. Hanya ada kasur, lemari dan cermin yang menempel di dinding.Setelah memakai baju, Daniel melihat ke cermin. Tampak sosok seorang pemuda berumur 20 tahun, berambut hitam, dengan iris mata berwarna hitam dan wajah yang cukup tampan.“Wajah tubuh ini tidak buruk, cukup tampan dan tinggi badan sekitar 180, merupakan tinggi badan yang ideal,” gumam Daniel sambil bercermin.“Daniel!! Jika sudah berganti pakaian segera kesini, ayo kita makan!” Suara Ellena terdengar dari dapur.Daniel dengan cepat memakai bajunya lagi dan menyelipkan Deagle-nya di celana, lalu menutupinya dengan baju. Ia keluar dari kamar, berjalan menuju ruang makan yang bersebelahan dengan dapur, lalu duduk di kursi.Di mejanya hanya ada roti yang berwarna coklat dan curry dalam mangkuk. Daniel terdiam melihat hidangan ini.“Aku harus segera mendapatkan uang, setidaknya cukup untuk makan daging,” gumam Daniel, sambil menatap hidangan di meja.Melihat Daniel hanya melamun, Ellena berkata, “Apa yang kau lakukan? Cepat makan!”“Tidak usah khawatir, sebelum kau membangkitkan senjata jiwamu, Ibu yang akan bekerja,” sambung Ellena.“Senjata jiwa? Sepertinya aku harus mengingat kembali lebih banyak ingatan,” pikir Daniel.“Iya, Bu, aku akan segera membangkitkan senjata jiwa,” jawab Daniel, sambil tersenyum.Daniel memakan roti dan curry walaupun sederhana rasanya cukup enak.Setelah beberapa saat ibu dan anak itu selesai makan. Daniel membantu ibunya membereskan meja. Saat akan membantu untuk mencuci piring, Ellena menolaknya. Jadi Daniel hanya bisa berjalan kembali ke kamarnya.Saat sudah berbaring di kasur, ia bergumam, “Aku harus mengingat kembali semua kenangan yang dimiliki anak ini.”Dunia ini bernama Aesir, sekarang aku ada di kota Aretha. Kota ini termasuk dalam kerajaan Avalon. Kota ini berbatasan langsung dengan Kekaisaran, karena itulah kota ini cukup makmur. Walaupun kota ini ada di perbatasan, banyak pedagang yang berhenti disini sehingga perekonomian tumbuh.Di dunia ini orang bisa membangkitkan senjata jiwa. Senjata jiwa adalah senjata yang berasal dari jiwa orang itu sendiri.“Anak ini mati setelah membeli buku panduan tentang senjata jiwa, sekarang bukunya ada di berandalan itu. Besok aku akan mengambilnya kembali,” gumam Daniel. Beberapa saat kemudian Daniel tertidur. Ia terlalu lelah dengan kejadian hari ini.Waktu berlalu, matahari mulai menampakkan dirinya. Burung berkicau dengan riang di luar jendela. Seorang pemuda sedang berbaring di kasur dengan nyaman. Perlahan pemuda itu membuka mata. Tampak ada kebingungan di wajahnya. “Ah, aku sekarang di dunia yang berbeda dan aku harus memulai semuanya dari awal,” kata Daniel, sambil menghela nafas. Ia bangun merapikan tempat tidurnya. Setelah tempat tidur rapi, ia mengambil Deagle-nya di bawah bantal dan kembali menyelipkannya di celana. Sebenarnya ini kebiasaan lama dia. Daniel yang dulu selalu menaruh Deagle di bawah bantalnya. Ia berjalan keluar kamar menuju dapur. Di sana ada seorang wanita yang sedang menyiapkan makanan. Wanita itu merasakan ada orang yang menuju ke arahnya dan berbalik. “Selamat pagi, Daniel,” ujar wanita itu. “Selamat pagi, Ibu” jawab Daniel dengan sedikit tersenyum. Daniel sudah menerima ibu barunya ini. Walaupun ia tidak dilahirkan olehnya, tetapi tetap saja Daniel akan menjaga wanita ini. “Lebih baik kamu ma
Si Kurus yang telah tersadar dari pingsannya berteriak. Ia bangkit berdiri dan menatap Daniel dengan tajam. Di tangannya ada kampak kecil berwarna hitam dengan gagang berwarna biru.“Kau bisa saja membunuh mereka, tapi tidak denganku, karena aku telah membangkitkan senjata jiwa!” Si Kurus berkata dengan percaya diri. “Senjata jiwa?” Daniel berkata dengan penasaran. “Ya berkat buku yang kau berikan aku telah membangkitkan senjata jiwa,” jawab Si Kurus, sambil memamerkan kampaknya.“Jadi, bersiaplah untuk mati!” sambung Si Kurus, sambil berjalan ke arah Daniel. DOR!Setelah berjalan dua langkah, Si Kurus malah terjatuh setelah pahanya tertembak oleh Deagle Daniel. Daniel yang sudah memegang pistolnya di tangan kiri berkata, “Diamlah atau aku akan menembak kepalamu!”“Ahhh ... sejak kapan kapan kau memiliki senjata jiwa?” kata Si Kurus, sambil menjerit kesakitan.“Senjata jiwa?” Daniel bergumam sambil menatap pistolnya.Daniel berjalan mendekati Si Kurus, lalu bertanya, “Di mana buk
Daniel lalu berjalan perlahan menuju dapur. Di dapur, terlihat seorang wanita sedang duduk di kursi, sambil menangis terisak- isak. Menyadari tidak ada bahaya, Daniel menyelipkan kembali Deagle-nya, lalu menaruh daging ke di atas meja. “Ibu ada apa?” Tanya Daniel, sambil berjalan ke arah Ellen. Mendengar suara Daniel, Ellena berusaha menghapus air matanya. Daniel mendekat dan langsung meraih tangan Ellena. Ellena tersentak kaget. Namun, sebelum dia menanggapi, Daniel menarik dirinya ke pelukan. “Tidak apa-apa, Bu, sudahku bilang sekarang aku yang akan menjagamu.” Kata Daniel, sambil memeluk ibunya. Menurut ingatan “Daniel.” Ibunya sering menangis di siang, bahkan malam hari, alasannya, karena tidak cukup makanan untuk mereka makan. Namun, “Daniel” yang idiot itu tidak pernah berusaha menenangkan ibunya, dan hanya berlagak seolah tidak tahu. Mendengar perkataan Daniel. Ellena malah semakin menangis, dia merasa tidak berguna sebagai seorang ibu. Ellena menangis di pundak Daniel
Di malam yang dingin. Dengan ditemani cahaya redup dari sebuah lilin kecil, Daniel duduk bersila sambil memejamkan matanya. Dengan tubuhnya yang diselimuti aura biru, Daniel berusaha untuk menyalurkan mana ke seluruh tubuhnya. Menyalurkan mana ke seluruh tubuh adalah tahap kedua untuk membangkitkan senjata jiwa. Tahap ini bertujuan agar tubuh beradaptasi dengan mana. Mana akan dialirkan melalui pembuluh darah, sehingga antara mana dan darah akan mengalir secara berdampingan. - Wajah Daniel tampak kesakitan, tangannya mengepal dengan kuat. Dengan darah yang menetes dari hidungnya, Daniel masih tetap fokus bermeditasi. Waktu berlalu. Dua jam kemudian Daniel membuka matanya. Rasa sakit dari tahap sebelumnya tidak membuat Daniel menyerah, sekarang setelah menyelesaikan tahap yang paling menyakitkan dia tampak lebih segar dan bugar. "Haaah… Kupikir tidak akan sesakit itu" Daniel menghela nafas sambil mengepalkan tangannya. "Jadi ini yang disebut mana? Sangat aneh rasanya, seperti a
Daniel menyipitkan matanya karena cahaya itu sangat terang, sedangkan mana Daniel masih tetap terserap ke dalam pistol dengan cukup deras. Beberapa saat kemudian, cahaya biru perlahan meredup. Pistol itu kini berwarna biru langit dengan sedikit warna putih di bagian pinggirnya. "Apakah pistol ini senjata jiwa?… Bukankah ini berarti aku sudah membangkitkan senjata jiwaku sejak awal?" Daniel bingung dan bertanya-tanya. " Jika aku sudah membangkitkan senjata jiwa sejak awal, bagaimana bisa senjata ini sama seperti pistol yang menembak kepala ku?" Tadinya dia tidak ingin repot-repot untuk memikirkan hal ini. Namun, dengan semua kejadian ini dia menjadi semakin ingin tahu apa yang menyebabkan dia bertransmigrasi. Daniel membuka kembali buku tentang senjata jiwa. Walaupun dia sudah membacanya berkali-kali, masih ada beberapa bagian yang ia lewati. "Nah ini dia… 'Masih belum diketahui bagaimana senjata jiwa bisa terbentuk. Namun menurut tebakkan beberapa orang yang meneliti senjata jiwa
Keesokan harinya. Di pagi hari ini, Daniel ingin berburu ke dalam hutan. Walaupun dulu dia tinggal di kota new York, Daniel memiliki hobi berburu sehingga ia sering pergi ke hutan atau padang rumput untuk berburu hewan. Tentu saja sekarang Daniel berburu bukan untuk bersenang-senang, tetapi dia ingin mencari uang untuk modal usahanya. - Setelah Tiga puluh menit perjalanan menggunakan kereta kuda, Daniel akhirnya sampai di tujuan. "Hutan ini seharusnya beriklim tropis, ada beberapa tanaman sangat mirip dengan di bumi" Gumam Daniel sambil menatap hutan di depannya. Daniel masuk ke dalam hutan dengan hati-hati. Setelah beberapa saat dia berjalan di dalam hutan, Daniel tidak menemukan binatang apapun. Hanya beberapa serangga kecil dan burung-burung yang terbang di antara dahan pohon yang tinggi. Dia beberapa kali menemukan jejak kaki hewan, menurut pengalamannya itu adalah jejak kaki babi hutan. Namun, yang dia tahu babi hutan akan meninggalkan banyak jejak karena mereka hidup be
Daniel masih duduk di tempatnya, ia terus memperhatikan pemuda sombong itu. Setelah tiga puluh menit, pemuda itu berjalan keluar dari bar. Daniel langsung berdiri dan berjalan mengikutinya. Pemuda itu tampak sangat bahagia, dengan senyum lebar di wajahnya. Setelah beberapa menit, tiba-tiba pemuda itu berbelok ke arah gang sempit. Daniel tetap mengikutinya masuk ke gang. Setelah sampai di ujung gang, pemuda itu berbalik dan berkata "Apa kau akan terus mengikutiku? ".Daniel tidak menjawab dia hanya tersenyum. "Jawab aku bangsattt, apa kau ingin mati" Kata si pemuda dengan nada tinggi. "Apa kau pernah membunuh sebelumnya?" Tanya Daniel dengan santai. "Hah?... Tidak sulit untuk membunuh tikus sepertimu" Jawab si pemuda. Sebuah pedang pendek tiba-tiba sudah ada di genggamannya. "Apa kau tau ini?" Tanya si pemuda sambil mengacungkan pedang pendeknya. "Bukankah itu hanya Mainan anak-anak " Jawab Daniel sedikit sarkasme. "Hahaha… Apa kau bodoh? Ini adalah senjata jiwaku, dan senj
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, dan matahari sebentar lagi akan tenggelam. "Arghhhh… " Daniel bangun dari tidurnya. Dengan wajah bingung, Daniel bangun dari tempat ia bersandar. Melihat langit yang sudah gelap, dia bergegas pergi setelah mengambil dua koin emas dari saku pemuda yang ia bunuh. Dia berjalan dengan penuh pertanyaan di benaknya, namun, sekarang dia hanya bisa menyimpan pertanyaan itu di dalam pikirannya. -Pagi hari di dalam hutan, dengan suara burung yang berkicau indah, dan suara serangga yang saling bersahut-sahutan. Daniel sedang menyusuri hutan lagi. Dia tidak ingin ingin menyia-nyiakan waktunya untuk memikirkan hal yang tidak perlu, menurut dia setiap detik sangat berharga dan salah satu kunci kesuksesan adalah selalu menghargai waktu. "Jika aku tidak salah ini bekas cakaran harimau, jika ya maka daerah ini berbahaya" Gumam Daniel saat melihat guratan cakar di salah satu pohon. Daniel lalu pergi ke arah sebaliknya. Karena, guratan itu bisa jadi penand