Kriiing ... Kriiing ....
Pria yang masih bergelung di dalam selimut itu menggeliat, sedangkan tangannya tengah sibuk meraba bagian sisi tempat tidurnya yang lain. Pria itu mencoba mencari-cari ponselnya, yang sedari tadi membunyikan alarm yang begitu mengganggu pendengarannya. Pria itu kemudian berdecak pelan, saat tangannya tidak berhasil menemukan apa yang di carinya. Akhirnya, pria itu memaksakan kedua matanya untuk terbuka.
Setelah beberapa saat pria itu berdiam diri di atas tempat tidur dengan kedua mata yang terbuka, pria itu menghela napas pelan sebelum akhirnya turun dari tempat tidurnya, dan bergegas menuju ke kamar mandi miliknya. Mengingat jika ia memiliki banyak sekali perkerjaan hari ini, dan pria itu sengaja membiarkan ponselnya membunyikan alarm.
Setelah menyelesaikan segala macam ritual paginya, pria itu keluar dari kamarnya dengan tampilan yang sangat rapi, seperti biasanya. Proporsi tubuhnya begitu sangat cocok dengan setelan kerjanya, apa pun yang di pakainya semua terlihat sangat sempurna seolah tubuh milik pria itu memang di ciptakan sangat sempurna dan tanpa celah.
"Tuan muda, ada Nyonya di teras," ucap Rio, sang sopir pribadinya.
Pria tampan itu menghela napas, "Apalagi yang ia inginkan?" ucapnya sebal, sembari berjalan untuk menemui ibunya.
Pria itu bernama Danu Alfarez, putra pertama dari keluarga Alfarez yang juga merupakan pemilik Alfarez Group setelah sepeninggal ayahnya. Ia mulai memikul tanggung jawab besar itu di usia yang terbilang cukup muda. Ia sama sekali tidak memiliki waktu untuk bermain atau pergi berkencan, seperti pria pada umumnya Ia bekerja keras bersama Alby yang juga sama-sama merupakan pewaris perusahaan milik ayahnya.
Di tengah-tengah kesibukannya, sang ibu yang bernama Anggita Alfarez, terus mendesaknya untuk berkencan dan membuatnya merasa muak karena itu. Ayolah, ia terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan yang seolah tidak ada habisnya itu, bagaimana bisa ia bermain-main mengikuti rencana kencan konyol ibunya itu.
Satu lagi, ia memiliki hubungan yang tidak baik dengan ibunya sejak ayahnya meninggal.
"Apalagi sekarang?!" kesal Danu, saat ia sudah bertemu dengan ibunya.
Anggita berkacak pinggang, dan menatap putranya itu dengan kesal. "Kenapa kau mengabaikan semua panggilan Mama?"
Danu berdecak. "Sudahlah Ma. Sudah berapa kali aku mengatakannya kepada Mama, tolong berhenti untuk membuatkan kencan untukku!" serunya, Danu terlihat sangat marah kepada ibunya. "Aku terlalu sibuk, untuk melakukan hal konyol semacam itu," tambahnya.
Astaga, Danu benar-benar tidak tahu lagi harus mengatakan berapa ratus kali kepada ibunya. Danu bahkan sengaja tinggal di rumah baru yang ia beli, hanya untuk menghindari ibunya yang terus memaksanya berkencan.
"Sudah ya, jika memang tidak ada lagi yang ingin di bicarakan, aku pamit. Aku harus mengurus banyak dokumen di perusahaan."
"Danu Alfarez!" teriak sang ibu. "Alfarez Group tidak akan bangkrut, jika kau tidak masuk kerja sehari. Memangnya, apa susahnya pergi kencan?" kesal Anggita.
“Kenapa tidak Mama saja yang pergi berkencan?” ucapnya dingin. Kemudian Danu meninggalkan ibunya yang sedang berteriak memanggil namanya.
Setelah di dalam mobil, Danu memijat pelipisnya. Ibunya itu benar-benar sudah membuat mood nya berantakan. "Rio, apa Andra sudah menghubungi?" tanya Danu.
Rio mengangguk, "Sudah tuan Muda. Ia sudah lama menunggu di ruangan anda," terang Rio, sembari terus fokus mengendarai mobil.
Danu mengangguk. Ia memang meminta Andra untuk datang ke perusahaannya, karena akan membahas sesuatu yang cukup penting. "Rio, tolong jalankan mobilnya agak lambat!" perintahnya. Danu sengaja ingin bermain-main sebenar, dengan Andra.
"Ba ... baik tuan muda," Rio mengiyakan perintah atasannya. Rio tahu, tuan mudanya itu sengaja membuat Andra kesal dengan menunggu lama dirinya.
Benar saja, setelah satu jam menempuh perjalanan dari kediaman Danu Alfarez, akhirnya Danu di sambut oleh Andra yang terlihat sangat kesal dan mulai berteriak.
"Sialan kau! Kau sengaja kan, meminta Rio memperlambat laju mobilnya, dan membuatku menunggu lama?" murkanya.
Danu mengangkat bahunya acuh, "Siapa bilang? Aku hanya meminta Rio mengajakku jalan-jalan sebentar." sangkalnya. Ya, ucapan Danu benar. Ia memang meminta Rio untuk berjalan-jalan sengaja untuk membuat Andra kesal.
Sebenarnya, ia dan Rio hanya berputar-putar sebentar saja. Setelah sampai di dekat kantor, Danu memintanya memutar arah ke rumahnya kembali, hingga tiga kali putaran.
"Berjalan-jalan apanya? Aku tahu, kau sengaja, iyakan?" Andra terus membeo, dan Danu tampak acuh menanggapi semua ucapan Andra.
Danu tetap bersikap tenang, setenang saat ia duduk di sofa yang berada di dalam ruangannya, meskipun mata Andra hampir mengeluarkan laser karena menatapnya dengan penuh amarah.
"Mana dokumen yang aku butuhkan?" pinta Danu.
Andra benar-benar kesal. "Kau bahkan tidak meminta maaf kepadaku?"
Danu balas menatap Andra dengan dingin, "Kau ingin aku minta maaf? Baiklah. Kalau begitu, aku akan menutup rumah sak ... "
"Eh Jangan!" Sela Andra. Arrgggh sial! Danu menggunakan ancaman itu lagi, benar-benar menyebalkan."Baiklah. Aku mengalah," putus Andra. Ya tuhan, bagaimana pun ia tidak mau kehilangan rumah sakitnya.
"Ini dokumen yang kau minta," Andra meletakan setumpuk dokumen di atas meja.
Danu langsung mengambil dokumen itu, dan mulai membacanya.
"Kenapa kau membutuhkan dokumen tentang wanita itu? Kau tidak sedang merencanakan hal yang buruk bukan?" ucap Andra penuh dengan nada curiga.
"Memangnya kenapa? Kau ingin ikut campur?"
Andra mengehela napas pelan. "Kau akan tahu seberapa menderitanya dia, saat sudah selesai membaca semuanya. Tolong, jangan buat hidupnya semakin menderita," jelas Andra.
Danu tampak acuh, "Kau tidak sibuk? Jika kau tidak sibuk, aku akan menelepon Alby untuk meruntuhkan bangunan rumah sakit itu sekarang," gertaknya.
"Aarrggh sialan! Iya iya, aku akan pergi sekarang!" ujar Andra. Pria itu langsung pergi dan meninggalkan Danu yang masih membaca dokumen di tangannya.
Sebenarnya, tanpa membaca sampai selesai pun, ia sudah tahu jika penderitaan wanita itu sangat berat. Semua orang pasti akan terharu mengetahui kisah wanita itu, tapi tidak dengan Danu. Pria itu malah merasa senang Karena hidup wanita itu berada di ambang kehancuran, selama ini Danu bekerja mati-matian hingga Alfarez Group sukses dan sebesar ini karena wanita itu. Karena wanita yang dulu begitu memandang dirinya sebelah mata dan begitu sangat rendah. Sekarang keadaan telah berbalik, wanita yang dulu telah menghinanya sekarang sedang berada di titik paling rendah, sedangkan dirinya berada jauh di atas wanita itu. Sekarang, ia bahkan bisa membeli hidup wanita itu dengan semua uang dan kekuasaannya.
“Dara Ameera, Aku akan memberimu sedikit kejutan. Mungkin kejutan dariku akan sangat membuatmu terharu, hingga tidak bisa melupakannya.” Ucapnya sembari tersenyum sinis.
Semua yang selama ini telah ia rencanakan, akhirnya sudah sangat matang dan siap untuk di jalankan, dan Dara Ameera akan mendapatkan kehormatan karena berurusan dengan seorang Danu Alfarez.
Sembilan bulan kemudian ....Dara baru saja menutup pintu rumah, karena Danu tiba-tiba saja mendapat panggilan mendadak dari kantor, karena ada beberapa masalah yang terjadi di perusahaannya. Danu langsung pergi, dengan Dara yang mengantarkan Danu sampai ke depan rumah, dan memastikan Danu sudah naik ke mobil yang di kendarai oleh Rio.Kening Dara tiba-tiba berkerut, tangannya menyentuh perutnya yang terasa begitu sangat sakit. Sembari meringis pelan, ia mencoba berpegangan pada tembok dan memanggil sang ibu yang selama menjelang masa persalinan Dara, ia menginap di kediaman Dara."Ibu!" teriaknya yang di selingi dengan ringisan."Ibu!" teriaknya lagi.Demi tuhan, Dara sangat kesakitan sekarang. Apakah ia akan segera melahirkan?"Bu!" Dara kembali berteriak.Kemudian sosok sang ibu muncul sembari berlari dengan panik. "Dara! Apa yang terjadi nak?" paniknya.Dara kembali meringis, "Sakit bu," ringisnya.Sang ibu
Waktu terus berlalu, semua hal yang sudah terjadi di tahun sebelumnya, telah Dara ikhlaskan. Sekarang, ia mencoba untuk bangkit dan menata hidup yang baru bersama dengan Danu. Walau terkadang, dirinya masih sangat sedih begitu mengingat saat ia kehilangan bayi di kandungannya. Tapi, Dara sudah ikhlas sepenuhnya. Tuhan lebih menyayangi bayinya maka dari itu tuhan mengambilnya. Selama ini juga ada sahabat-sahabatnya yang selalu menghibur dirinya, apalagi Alisa sekarang sudah begitu sangat akrab kepadanya, gadis kecil itu selalu menginap di kediaman mereka dan mewarnai hari-hari Dara yang semula suram menjadi ceria dan penuh warna. Danu juga sama, ia tidak berhenti melakukan banyak hal yang bisa membuat Dara bahagia dan bangkit dari kesedihannya. Dari sisi mana pun, Dara sungguh sangat beruntung memiliki suami yang sangat menyayanginya, serta bersyukur karena ia di kelilingi banyak orang baik yang juga sangat menyayanginya dalam keadaan apa pun. "Bunda Ala! Kenapa bunda
Beberapa saat setelah kepergian Danu, Dara langsung bergegas pergi ke rumah sakit dan menemui Andra, dengan air mata yang berderai. Ia butuh kejelasan dari orang yang memeriksa kandungannya. Karena Danu mungkin tidak akan pernah mau jujur soal keadaan kandungannya saat ini."Dara? Ada apa kemari? Apakah kandunganmu--""Dimana Andra?" selanya, dengan wajah dan penampilannya yang sedikit berantakan. Bagaimana tidak, wanita itu tiba-tiba datang ke rumah sakit, hanya memakai kaos polos dan celana panjang biasa, juga dengan sepasang sandal rumah sambil menangis.Emilly terkejut mendengar nada datar dari wanita itu. "Dara, Andra sedang memeriksa beberapa pasien, kau bisa menunggu di ruangan--"Dara melewati tubuh Emilly begitu saja. Lalu ia bertanya kepada suster lain, dimana keberadaan Andra."Dara, ada apa sebenarnya?" tanya Emilly lagi. "Kau bisa tenang, dan menunggunya di ruangan--"Dara langsung membalikkan tubuhnya, dan menatap Emilly. "Kau
Beberapa bulan kemudian...Dara menatap sesuatu di lengannya dengan bergetar, sembari menatapnya dengan tidak percaya. Saat itu, kebetulan Danu baru saja pulang bekerja, ia langsung berhambur memeluk sang suami sembari menangis. Hingga membuat sang suami begitu terkejut, tentang apa gerangan yang membuat istrinya itu menangis seperti ini.."Ada apa sayang? Kenapa menangis?" tanya Danu.Dara tetap menangis di pelukannya, Danu melepaskan pelukan itu dan menatap wajah Dara dengan penuh khawatir. "Kenapa sayang? Hey, kenapa menangis?" ulangnya, sembari mengusap air mata Dara.Dara memberikan sebuahtestpackdi tangannya kepada Danu. Pria itu menghela napas pelan, "Sayang, sudah ku bilang berapa kali. Tidak masalah, jika kita belum punya anak sekarang,""Lihat dulu!" ujarnya sembari terisak.Danu kembali menghela napas, terkadang ia juga sempat kesal dengan Dara, yang sering kali tidak pernah mendengarkan ucapannya, wa
Setelah keduanya kabur di pesta pernikahan mereka, kini keduanya telah sampai di lobi Prayoga hotel, dengan mengenakan pakaian pernikahan mereka, yang langsung di sambut oleh beberapa petugas hotel itu menyambut kedatangan mereka berdua. Sepertinya, Alby memang sudah merencanakan semuanya dengan sangat baik."Danu, apa ini?" tanya Dara yang masih tidak mengerti, mengapa ia dan Danu harus kabur dari pernikahan, dan pergi ke Prayoga hotel?"Kau akan tahu nanti," katanya, yang membuat Dara semakin penasaran. Astaga, suaminya ini benar-benar sangat gila. Bagaimana bisa, ia mengajaknya kabur di hari pernikahan mereka?"Tuan dan Nona muda Alfarez, selamat datang di hotel kami. Saya akan membawa kalian berdua, ke kamar yang sudah di siapkan khusus oleh tuan muda Alby," jelas salah satu wanita, yang bekerja sebagai resepsionis di hotel ini."Sebelumnya, apakah anda sudah menerima kartu aksesnya?" tanyanya kembali.Danu mengangguk, "Sudah," singkatnya
Setelah penantian yang cukup panjang, akhirnya hari ini telah tiba juga. Tidak ada dekorasi yang begitu mewah. Semuanya di tata sesuai keinginan kedua mempelai, yang memang tidak menginginkan pesta yang begitu mewah, karena pernikahan mereka bukan di gelar untuk menunjukkan seberapa banyak kekayaan yang di miliki oleh keluarganya. Meski di gelar dengan sederhana, namun semuanya telah di tata dengan begitu rapi dan tetap terlihat elegan. Para tamu undangan sudah datang, dan menikmati hidangan yang tersedia di acara pernikahan mewah, dari putra sulung keluarga Alfarez.Berbeda dengan Alby, tuan muda Alfarez itu tidak memilih menggelar pestanya di gedung mewah. Namun, ia lebih memilih menggelar pesta di tempat terbuka, dengan temaGarden Party. Meski di gelar di luar ruangan, namun semuanya begitu sangat mewah dan menawan. Kini, semua mata para undangan itu tertuju ke altar, di mana sang mempelai pria sudah berdiri di hadapan seorang pendeta, dan juga sang mempelai
Alby tidak mengamuk, atau pun marah kepadanya yang datang sangat terlambat. Danu beruntung karena Alisa kecil ikut dengan pria itu. Jika saja tidak ada Alisa, ia mungkin sudah mengamuk. Namun, karena datang bersama Alisa, Alby akan bertingkah sebagai seorang ayah yang baik dan berwibawa. Melihat kedatangan Danu, gadis kecil itu langsung ingin di gendong olehnya. "Oh, anak ayah yang cantik. Apa kabar sayang?" tanya Danu sembari menggendong gadis kecil itu. "Kau tahu, seharian ini Alisa terus merengek ingin bertemu denganmu," ucap Alby, sembari membenarkan letak kacamatanya. "Alisa kenapa? Apa Alisa merindukan ayah?" tanya Danu lagi. Alisa mengangguk, dan membenamkan wajahnya pada ceruk leher Danu. Danu menghela napas, kemudian ikut duduk berdampingan dengan Alby yang duduk di atas sofa panjang, ruangannya. "Kau habis bertemu Dara?" tanya Alby. "Ayah, turun! Alisa ingin bermain," ucap Alisa. Danu menurunkan Alisa dari gendongannya, dan membiarka
Dara sudah di perbolehkan untuk pulang, tapi ia harus tetap banyak beristirahat, dan Jessica akan menjadi perawat pribadinya sampai Dara sembuh total. Dan selama itu pula, Danu tidak pernah absen untuk datang ke rumahnya. Seperti saat ini, ia kembali datang dengan pakaian formal. Ia di antar oleh Rio, sedangkan Rio akan kembali ke kantor setelah mengantarnya. Dara yang saat itu tengah bersantai di halaman rumahnya bersama Jessica, tiba-tiba melirik Danu dengan penuh tanya.Bahkan sampai sosok Danu berada di hadapannya sembari tersenyum, dan mengusap keningnya yang berkerut. "Ada apa dengan kerutan ini? Apa sekarang, kau sudah mulai keriput?" godanya. Lalu ia memberi isyarat kepada Jessica untuk pergi meninggalkan mereka berdua."Kenapa kemari? Bukankah ini masih jam kerja?" tanya Dara.Danu mengecup keningnya dengan lembut. "Hm, hari ini aku tidak memiliki banyak pekerjaan di kantor. Aku hanya memiliki satu jadwalmeetingdengan Alby, di jam m
"Ibu .... " ucap Dara, setelah ia membuka kedua kelopak matanya, dan melihat sosok ibunya tengah duduk di samping ranjang pasiennya.Amara tersenyum, dan berdiri untuk mengecup dahi putrinya. "Sayang, bagaimana keadaanmu? Apakah masih sakit?" tanya Amara.Dara menggeleng pelan, "Sudah tidak terlalu. Ibu, dimana Danu?" tanyanya. Karena seingatnya, ia sempat melihat jika lengan pria itu juga terluka.Dara mendadak cemas, apakah keadaan pria itu baik-baik saja? Bagaimana dengan luka di tangannya itu?Amara tersenyum, kemudian berpindah posisi. Agar putrinya bisa melihat keberadaan Danu, yang tengah tertidur di atas sofa panjang yang berada di ruangannya. "Ya tuhan, tubuhnya bisa sakit jika ia tidur di sana," ucapnya khawatir Ia tidak habis pikir, bagaimana bisa pria itu terlelap seperti itu di atas sofa yang sempit?"Ia tetap memaksa ingin menjagamu. Meski ayah dan ibu memintanya untuk pulang dan beristirahat. Dia sangat mencintaimu sayang ....