Share

Chapter 02

Kriiing ... Kriiing ....

Pria yang masih bergelung di dalam selimut itu menggeliat, sedangkan tangannya tengah sibuk meraba bagian sisi tempat tidurnya yang lain. Pria itu mencoba mencari-cari ponselnya, yang sedari tadi membunyikan alarm yang begitu mengganggu pendengarannya.  Pria itu kemudian berdecak pelan, saat tangannya tidak berhasil menemukan apa yang di carinya. Akhirnya, pria itu memaksakan kedua matanya untuk terbuka.

Setelah beberapa saat pria itu berdiam diri di atas tempat tidur dengan kedua mata yang terbuka, pria itu menghela napas pelan sebelum akhirnya turun dari tempat tidurnya, dan bergegas menuju ke kamar mandi miliknya. Mengingat jika ia memiliki banyak sekali perkerjaan hari ini, dan pria itu sengaja membiarkan ponselnya membunyikan alarm.

Setelah menyelesaikan segala macam ritual paginya, pria itu keluar dari kamarnya dengan tampilan yang sangat rapi, seperti biasanya. Proporsi tubuhnya begitu sangat cocok dengan setelan kerjanya, apa pun yang di pakainya semua terlihat sangat sempurna seolah tubuh milik pria itu memang di ciptakan sangat sempurna dan tanpa celah.

"Tuan muda, ada Nyonya di teras," ucap Rio, sang sopir pribadinya.

Pria tampan itu menghela napas, "Apalagi yang ia inginkan?" ucapnya sebal, sembari berjalan untuk menemui ibunya.

Pria itu bernama Danu Alfarez, putra pertama dari keluarga Alfarez yang juga merupakan pemilik Alfarez Group setelah sepeninggal ayahnya. Ia mulai memikul tanggung jawab besar itu di usia yang terbilang cukup muda. Ia sama sekali tidak memiliki waktu untuk bermain atau pergi berkencan, seperti pria pada umumnya Ia bekerja keras bersama Alby yang juga sama-sama merupakan pewaris perusahaan milik ayahnya.

Di tengah-tengah kesibukannya, sang ibu yang bernama Anggita Alfarez, terus mendesaknya untuk berkencan dan membuatnya merasa muak karena itu. Ayolah, ia terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan yang seolah tidak ada habisnya itu, bagaimana bisa ia bermain-main mengikuti rencana kencan konyol ibunya itu.

Satu lagi, ia memiliki hubungan yang tidak baik dengan ibunya sejak ayahnya meninggal.

"Apalagi sekarang?!" kesal Danu, saat ia sudah bertemu dengan ibunya.

Anggita berkacak pinggang, dan menatap putranya itu dengan kesal. "Kenapa kau mengabaikan semua panggilan Mama?"

Danu berdecak. "Sudahlah Ma. Sudah berapa kali aku mengatakannya kepada Mama, tolong berhenti untuk membuatkan kencan untukku!" serunya, Danu terlihat sangat marah kepada ibunya. "Aku terlalu sibuk, untuk melakukan hal konyol semacam itu," tambahnya.

Astaga, Danu benar-benar tidak tahu lagi harus mengatakan berapa ratus kali kepada ibunya. Danu bahkan sengaja tinggal di rumah baru yang ia beli, hanya untuk menghindari ibunya yang terus memaksanya berkencan.

"Sudah ya, jika memang tidak ada lagi yang ingin di bicarakan, aku pamit. Aku harus mengurus banyak dokumen di perusahaan."

"Danu Alfarez!" teriak sang ibu. "Alfarez Group tidak akan bangkrut, jika kau tidak masuk kerja sehari. Memangnya, apa susahnya pergi kencan?" kesal Anggita.

“Kenapa tidak Mama saja yang pergi berkencan?” ucapnya dingin. Kemudian Danu meninggalkan ibunya yang sedang berteriak memanggil namanya.

Setelah di dalam mobil, Danu memijat pelipisnya. Ibunya itu benar-benar sudah membuat mood nya berantakan. "Rio, apa Andra sudah menghubungi?" tanya Danu.

Rio mengangguk, "Sudah tuan Muda. Ia sudah lama menunggu di ruangan anda," terang Rio, sembari terus fokus mengendarai mobil.

Danu mengangguk. Ia memang meminta Andra untuk datang ke perusahaannya, karena akan membahas sesuatu yang cukup penting. "Rio, tolong jalankan mobilnya agak lambat!" perintahnya. Danu sengaja ingin bermain-main sebenar, dengan Andra.

"Ba ... baik tuan muda," Rio mengiyakan perintah atasannya. Rio tahu, tuan mudanya itu sengaja membuat Andra kesal dengan menunggu lama dirinya.

Benar saja, setelah satu jam menempuh perjalanan dari kediaman Danu Alfarez, akhirnya Danu di sambut oleh Andra yang terlihat sangat kesal dan mulai berteriak.

"Sialan kau! Kau sengaja kan, meminta Rio memperlambat laju mobilnya, dan membuatku menunggu lama?" murkanya.

Danu mengangkat bahunya acuh, "Siapa bilang? Aku hanya meminta Rio mengajakku jalan-jalan sebentar." sangkalnya. Ya, ucapan Danu benar. Ia memang meminta Rio untuk berjalan-jalan sengaja untuk membuat Andra kesal.

Sebenarnya, ia dan Rio hanya berputar-putar sebentar saja. Setelah sampai di dekat kantor, Danu memintanya memutar arah ke rumahnya kembali, hingga tiga kali putaran.

"Berjalan-jalan apanya? Aku tahu, kau sengaja, iyakan?" Andra terus membeo, dan Danu tampak acuh menanggapi semua ucapan Andra.

Danu tetap bersikap tenang, setenang saat ia duduk di sofa yang berada di dalam ruangannya, meskipun mata Andra hampir mengeluarkan laser karena menatapnya dengan penuh amarah.

"Mana dokumen yang aku butuhkan?" pinta Danu.

Andra benar-benar kesal. "Kau bahkan tidak meminta maaf kepadaku?"

Danu balas menatap Andra dengan dingin, "Kau ingin aku minta maaf? Baiklah. Kalau begitu, aku akan menutup rumah sak ... "

"Eh Jangan!" Sela Andra. Arrgggh sial! Danu menggunakan ancaman itu lagi, benar-benar menyebalkan."Baiklah. Aku mengalah," putus Andra. Ya tuhan, bagaimana pun ia tidak mau kehilangan rumah sakitnya.

"Ini dokumen yang kau minta," Andra meletakan setumpuk dokumen di atas meja.

Danu langsung mengambil dokumen itu, dan mulai membacanya.

"Kenapa kau membutuhkan dokumen tentang wanita itu? Kau tidak sedang merencanakan hal yang buruk bukan?" ucap Andra penuh dengan nada curiga.

"Memangnya kenapa? Kau ingin ikut campur?"

Andra mengehela napas pelan. "Kau akan tahu seberapa menderitanya dia, saat sudah selesai membaca semuanya. Tolong, jangan buat hidupnya semakin menderita," jelas Andra.

Danu tampak acuh, "Kau tidak sibuk? Jika kau tidak sibuk, aku akan menelepon Alby untuk meruntuhkan bangunan rumah sakit itu sekarang," gertaknya.

"Aarrggh sialan! Iya iya, aku akan pergi sekarang!" ujar Andra. Pria itu langsung pergi dan meninggalkan Danu yang masih membaca dokumen di tangannya.

Sebenarnya, tanpa membaca sampai selesai pun, ia sudah tahu jika penderitaan wanita itu sangat berat. Semua orang pasti akan terharu mengetahui kisah wanita itu, tapi tidak dengan Danu. Pria itu malah merasa senang Karena hidup wanita itu berada di ambang kehancuran, selama ini Danu bekerja mati-matian hingga Alfarez Group sukses dan sebesar ini karena wanita itu. Karena wanita yang dulu begitu memandang dirinya sebelah mata dan begitu sangat rendah. Sekarang keadaan telah berbalik, wanita yang dulu telah menghinanya sekarang sedang berada di titik paling rendah, sedangkan dirinya berada jauh di atas wanita itu. Sekarang, ia bahkan bisa membeli hidup wanita itu dengan semua uang dan kekuasaannya.

“Dara Ameera, Aku akan memberimu sedikit kejutan. Mungkin kejutan dariku akan sangat membuatmu terharu, hingga tidak bisa melupakannya.” Ucapnya sembari tersenyum sinis.

Semua yang selama ini telah ia rencanakan, akhirnya sudah sangat matang dan siap untuk di jalankan, dan Dara Ameera akan mendapatkan kehormatan karena berurusan dengan seorang Danu Alfarez.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status