Share

Chapter 05

"Ini untuk upah kerjamu hari ini. Terima kasih ya Dara, saya puas dengan hasil kerja mu," ucap sang wanita paruh baya, yang selalu mempekerjakan Dara di rumahnya sebagai tukang cuci dan gosok. Bukan hanya satu rumah saja, Dara bekerja untuk beberapa rumah di sekitar lingkungannya, dan ia bersyukur karena semuanya sangat puas dengan hasil kerjanya. Ia beruntung, karena sebelumnya sering belajar menggosok pakaiannya sendiri saat keadaan keluarga mereka sedang jaya. Dan siapa sangka, jika hal itu yang kini membantunya untuk mendapatkan biayamakan sehari-hari.

Meski uang yang di dapat tidak besar jumlahnya, Dara tetap bersyukur. Jika semakin banyak pakaian yang ia cuci dan ia gosok, semakin banyak pula uang yang akan ia dapatkan dan setidaknya, ia memiliki uang untuk meneruskan kehidupan mereka di kota yang keras ini.

Meski setiap malam ia harus mengeluh karena seluruh badannya sakit, tapi Dara tidak pernah kapok untuk terus bekerja sebagai tukang cuci. Mungkin, ini adalah pekerjaan rendahan, tapi Dara tidak peduli, setidaknya ia memiliki pekerjaan meski harus mendapatkan upah yang tak sebanding, asalkan ia dan ibunya bisa makan, itu semua sudah sangat cukup baginya.

"Bu, ini kenapa banyak sekali?" tanya Dara, setelah ia mengetahui jika wanita yang akrab di sapa ibu Mira itu, memberinya upah upah yang besar dari biasanya. Padahal pakaian yang selesai ia cuci dan gosok, tidak terlalu banyak.

Ibu Mira menggeleng, "Tidak apa-apa. Anggap saja itu adalah bonus untukmu, saya senang dan puas dengan hasil kerjamu."

"Tapi bu--"

Ibu Mira tersenyum kecil. "Tidak apa-apa.  Ambil saja! Nanti jika ada cucian lagi, ibu akan mengabarimu ya."

Dara menggenggam kedua lengan ibu Mira. "Terima kasih bu. Terima kasih," ucapnya penuh haru.

"Sama-sama sayang,"

Dara benar-benar menangis haru, dulu saat dirinya hidup dengan begitu bergelimang harta, membuatnya lupa dan sama sekali tidak pernah peduli dengan lingkungan sekitar, yang ia tahu hanyalah berfoya-foya, dan menghabiskan uang dalam hitungan detik. Tapi, mengapa di saat ia berada dalam keadaan seperti ini, tuhan masih sangat berbaik hati mempertemukannya dengan orang-orang yang sangat baik kepadanya,seperti sosok ibu Mira ini.

Ya tuhan, kini ia sadar. Betapa pentingnya berbagi kepada sesama, terlebih pada orang yang sangat membutuhkan.

"Sudah, sudah. Jangan menangis. Pulanglah, dan belikan ibumu makanan enak, untuk makan malam!" seru ibu Mira.

Dara mengangguk, "Tentu bu. Terima kasih banyak ibu. Kalau begitu Dara pamit ya ... " pamitnya.

Ibu Mira tersenyum, melambaikan tangannya pada Dara, yang sudah pergi bersama dengan sepeda yang ia beli dari hasil uang tabungannya selama ini. Meski bukan baru, yang penting Dara memiliki alat transportasi untuknya bekerja.

Terus terang saja, Ibu Mira salut dengan kegigihan dan sikap kerja keras anak itu. Seharusnya, di masa mudanya sekarang ini, ia bisa menikmati pergaulan anak seusianya, bekerja di tempat yang layak dan menghabiskan waktunya untuk banyak hal. Tapi, anak itu justru memilih menjadi tukang cuci dan gosok, dari rumah ke rumah. Dara telah bekerja keras untuk kelangsungan hidupnya beserta ibunya, hari ini ibu Mira sengaja memberikan upah yang sedikit besar untuk Dara, ia kasihan dan merasa tergerak hatinya begitu melihat Dara yang bekerja begitu sangat keras setiap hari.

Ia berharap, suatu saat nanti anak itu bisa menemukan kebahagiaannya.

Iya semoga saja.

***

Pengumuman sudah di sebar, sesuai perintah Danu. Rio benar-benar sudah menjalankan tugasnya dengan baik seperti biasanya. Walau mungkin,  pria itu bertanya-tanya dalam hati mengapa Danu memintanya melakukan itu semua secara tiba-tiba seperti ini. Berbeda dengan Rio yang masih bertanya-tanya soal sikap Danu yang berubah selama beberapa hari ini. Danu justru tengah tersenyum puas di atas kursi kebanggannya, ia yakin jika Dara sudah mengetahui kabar ini. Sama seperti Alby dan Andra yang juga sudah mendengar kabar itu, mereka sempat protes atas tindakan gilanya ini. Hanya untuk seorang Dara Ameera, ia melakukan hal yang sangat pengecut seperti ini. Padahal, ia bisa menyeret Dara untuk sampai ke hadapannya dengan sangat mudah. Alih-alih itu semua, ia memilih jalan rumit seperti ini, agar terlihat lebih natural di mata Dara.

Setidaknya, Dara tidak tahu apa yang sedang ia rencanakan.

Katakan saja, jika ia memang sudah sangat gila seperti yang di katakan Alby dan juga Andra. Tapi, ia memang harus menjadi gila untuk bisa membalaskan dendamnya kepada Dara sesuai dengan rencananya. Ia akan membalaskan dendamnya dengan cara halus yang perlahan akan menghancurkan Dara.

Pria itu berjalan ke ruangan Rio, yang tampak sibuk di depan laptop miliknya.

"Bagaimana? ada yang sudah mendaftar?" tanyanya kepada Rio. Asistent Pribadinya.

"Sudah tuan muda," jawabnya sembari memperlihatkan laptopnya, yang penuh dengan e-mail dari para pelamar.

Danu mengerutkan keningnya, menatap layar laptop Rio. "Banyak sekali ternyata," kemudian ia menatap Rio, "Print Out semua CV mereka, dan berikan berkasnya kepadaku nanti!" perintahnya

"Siap tuan muda, aku akan melakukannya secepatnya,"

Danu bergumam, "Baiklah, aku akan menunggu," ucapnya, kemudian ia pergi dari ruangan Rio, menuju ruangannya dan duduk di kursi kebesaran miliknya.

Pria itu termenung, apakah di antara ribuan pelamar itu ada nama Dara? atau, apakah wanita itu justru tidak melamar pekerjaan di perusahaannya?

Danu tidak berhenti memikirkan segala spekulasi yang muncul di pikirannya. Tapi, ia sangat berharap bahwa di antara nama orang-orang itu akan terselip nama Dara. Setidaknya, itu akan memudahkan rencana balas dendamnya nanti, ia tidak boleh melepaskan kelinci kecil itu. Seharusnya Dara akan terpancing oleh hal itu, mengingat sudah banyak perusahaan dan tempat lainnya yang sudah menolaknya untuk bekerja. Bukankah kabar ini, adalah peluang emas untuknya?

Ya, Danu yakin jika salah satu dari banyaknya nama pelamar itu, ada nama Dara.

Sial! Ia jadi tidak sabar untuk menerima semua berkas itu dari Rio.

Jika saja, rencana ini tidak berhasil. Ia sungguh tidak punya rencana lain.

Sepeninggal Danu, Rio terdiam. Ia tidak mengerti sebenarnya apa yang Danu cari, mengapa tiba-tiba saja tuan mudanya itu memintanya untuk membuat pengumuman jika Alfarez sedang mencari karyawan perempuan, padahal Alfarez Group sedang tidak kekurangan pegawai satu orang pun. Jika pun Alfarez membutuhkan pegawai baru, Danu akan menyuruhnya mengatasi semuanya dan memilih satu yang terbaik dari orang-orang yang lolos interview. Tapi, kenapa kali ini Danu ikut turun tangan sendiri. Apakah ini ada hubungannya dengan wanita yang selalu Danu awasi selama ini?

Rio tidak mengerti, apa yang sebenarnya telah terjadi di masa lalu antara mereka, tapi mengapa Danu sangat gigih ingin menghancurkan perempuan itu? Setelah sebelumnya Danu membuat Dara di tolak kerja dimana-mana, kini ia justuvingin memasukkan perempuan itu ke dalam jangkauannya, Yang membuat Rio semakin bertanya-tanya perihal hubungan macam apa yang pernah terjalin di masa lalu mereka berdua, hingga Danu bersikap begitu kejam kepada wanita itu.

Semenjak pengumuman itu di sebar, Danu dan Rio terlihat begitu sangat sibuk beberapa hari ini, keduanya masih belum selesai memeriksa semua data yang berada di atas mejanya. Belum selesai dengan tumpukan yang sebelumnya, Rio kembali datang membawakan satu tumpuk berkas lagi, dan membuatnya mengeluh beberapa kali karena berkas yang begitu banyak di hadapannya tersebut.

"Sial! Kenapa banyak sekali data yang harus di periksa," keluhnya.

Danu mengerang kesal. "Cukup Rio. Masih ada berapa banyak data yang masuk ke e-mail kita?" tanya Danu.

"Masih sangat banyak, tuan muda. Apakah anda ingin saya membantu memeriksa data ini satu persatu?" tawar Rio.

"Terserah! Ya tuhan, kepalaku sudah sangat pusing sekali. Kau bisa membantuku, mencari data dengan nama Dara Ameera. Jika sudah menemukannya, segera beritahu aku!" seru Danu. Setidaknya Rio bisa mengurangi rasa sakit di kepalanya, karena semua berkas sialan ini!

Rio mengangguk, kemudian ia mengambil sebagian data dari meja Danu, mereka berdua sibuk meremas dan membuang kertas, yang bukanlah milik Dara Ameera. Rio tidak tahu, apa tujuan Danu mencari data milik Dara, tapi ia tahu jika tujuannya mengumumkan lowongan pekerjaan di perusahaan ini, memang bertujuan untuk memancing Dara.

"Haiish! Kenapa banyak sekali berkasnya?" keluh Danu lagi. Yang benar saja, kenapa susah sekali menemukan data milik Dara. Atau, apakah sebenarnya wanita itu tidak berminat mengikuti pendaftaran karyawan di perusahaannya?

Danu bersandar di kursi kebanggaannya sembari memijat pelipisnya. Ya tuhan, ia tidak tahu jika hal ini ternyata sangat merepotkan. Jika saja bukan karena rencana balas dendamnya kepada Dara, ia tidak akan mau melakukan semua hal yang membuat kepalanya serasa mau pecah, melihat semua tumpukan dokumen sialan itu.

Berbeda dengan Danu, maka berbeda pula dengan Rio. Pria itu tampak terdiam beberapa saat, terpaku pada sebuah lembar kertas dengan foto wanita yang sangat familier baginya.

"Tuan," panggil Rio.

"Jangan menggangguku, jika itu bukan tentang Dara," ucapnya acuh, sembari memeriksa tumpukan data di meja kerjanya.

"Aku menemukannya!" seru Rio.

"Rio, berhen--Tunggu--tunggu. Kau bilang apa barusan?" tanya Danu, yang kini menatap serius kepada Rio.

"Aku menemukannya tuan," ulang Rio.

Danu bergegas menghampiri Rio, kemudian merebut secarik kertas di tangan Rio dan langsung membacanya dengan teliti. Lalu kemudian sebuah senyum lebar terbit di wajahnya.

"Akhirnya! Akhirnya kita menemukannya!" seru Danu dengan senang.

"Rio, Buang saja semua data yang tidak penting itu. Kemudian, hubungi e-mail milik Dara. Jika ia di terima bekerja di perusahaan kita," perintahnya.

Rio menganggukkan kepalanya, bergegas membereskan semua tumpukan data itu, dan membawanya ke tempat penghancuran kertas. Danu kembali ke kursi kebesarannya, wajah senang masih tampak menghiasi wajahnya, sembari menatap data milik Dara yang selama beberapa hari ini membuatnya lembur hampir setiap hari. Akhirnya, kelinci kecil itu masuk juga ke dalam perangkapnya.

"Akhirnya aku menemukanmu, Dara. Dan sekarang, kau tidak akan bisa lepas lagi dari jangkauan ku," ucapnya, masih dengan sebuah senyum uyang terbit di wajahnya.

Dara Ameera, penderitaanmu baru saja akan di mulai.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status