Share

Bab - 02. Tiba di kota

Kereta yang mereka tumpangi mulai memasuki Ibu Kota Jakarta, mereka bertiga mulai membuka mata nya, setelah semalaman terlelap.

"Mas Bowo sebentar lagi kita turun!" ucap Parto yang mulai menyiapkan tas ransel yang dia bawa, begitu juga dengan Roni yang sudah menyiapkan tas ransel nya juga.

"Oh nggeh (iya) mas," jawab Bowo dan mulai sibuk juga menyiapkan tas bawaan nya.

Mereka ber tiga masing-masing hanya membawa satu tas ransel besar untuk tempat pakaian, karena rata-rata kalau laki-laki itu kemana-mana bawaan nya lebih simpel di banding perempuan.

Setelah tiba di Stasiun mereka beristirahat sebentar untuk mencari sarapan, dan mereka menuju ke warung nasi yang berada di depan Stasiun.

Mereka makan dengan lahap nya, karena perut mereka juga sudah merasa lapar, Parto sambil mengeluarkan secarik kertas alamat yang dia dapat dari teman nya yang sudah di Kota lebih dulu, Makan pun sudah selesai, mereka melanjutkan menghisap rokok setelah nya.

"Mas tau alamat ini gak?" tanya Parto pada pedagang nasi seraya dia tunjukkan kertas itu, dengan seksama pedagang nasi itu membaca nya, dia mengangguk paham.

"Dari sini nanti mas naik Metro Mini, bilang turun di Pondok Indah, nah nanti sampai di sana mas tanya lokasi nya, pasti pada tau, ini kan komplek nya para artis terkenal mas," pedagang Nasi itu menjelaskan dengan gamblang.

Setelah mendapat petunjuk, lantas merekapun membayar makanan yang sudah mereka makan tersebut, dan melanjutkan kembali perjalanannya.

perasaan Bowo senang, dia ingat dengan kata-kata tukang nasi tadi bahwa tempat yang mereka tuju itu banyak artis terkenal nya.

"Mas Parto, nanti kita bakal ketemu artis ya mas?"ucap Bowo sumringah.

"Ya gak tau juga mas, artis kan sibuk pol mas,"jawab Parto sekena nya.

"Siapa tau dapet bojo(istri) artis ya mas,"

Hahahahaha....

Mereka tertawa terbahak tatkala Roni nyeletuk seperti itu.

PONDOK INDAH...PONDOK INDAH...

Kenek Metro Mini itu berteriak, itu arti nya mereka harus turun karena sudah sampai di tempat tujuan, setelah turun dari Metro Mini mereka celingukan bingung harus kemana.

"Mas ini kita kemana?"tanya Roni yang nyengir kepanasan, peluh sudah menetes di tubuh mereka, sehingga kulit mereka tampak hitam legam, nampak sekali kalau mereka baru tiba dari kampung.

Dari kejauhan nampak seorang Satpam menghampiri mereka yang celingukan, pandangan mereka pun tertuju ke Satpam itu dan mereka saling pandang.

"Cari siapa bang?"tanya Satpam itu pada mereka.

"Saya cari alamat ini pak," Parto membuka kertas yang di genggamnya sejak tadi, kertas yang sudah mulai lusuh dan sedikit robek karena bercampur keringat.

Pak Satpam membaca alamat itu dan dia langsung paham, karena alamat yang di tuju adalah komplek perumahan yang dia jaga.

"Ayo ikut saya bang! ini tukang yang kerja di Blok D ya?" tanya pak Satpam itu seraya menuntun mereka.

"Kami gak tau blok apa pak, pokok nya alamat ini yang di kasih ke kami," jawab Bowo santai.

"Oh ok, ok."

Dan pak Satpam mengantar mereka hingga ke gang, dia tunjukkan tempat itu dan di tinggal nya kembali ke pos Satpam, mereka celingukan lagi dan berjalan menuju deretan bangunan yang belum jadi,dari kejauhan Parto melihat Joko teman nya yang mengajak kerja.

"Joko, ko...woey...," Parto melambaikan tangan nya memanggil Joko yang sedang sibuk mengangkat pasir, lalu Joko menoleh karena merasa ada yang memanggil nya.

"Woey Parto, tunggu sebentar ya!" jawab Joko setengah berteriak.

"Yoi," jawab Parto lega karena sudah beertemu teman nya.

Joko adalah teman Parto waktu kerja nguli juga di Luar Pulau, dan mereka terpisah karena kerjaan nya telah selesai, dan kini Joko menghubungi Parto lagi karena ada kerjaan yang sama, Joko seorang duda yang tidak pernah pulang ke kampung halaman nya, dia hanya merantau dari Kota satu ke Kota yang lain nya.

Sambil menunggu Joko, mereka bertiga duduk-duduk di teras Rumah yang hampir jadi, walau masih berantakan tapi setidak nya cukup untuk berteduh, seperti biasa rokok menemani obrolan mereka, tapi beda dengan Roni, dia tidak merokok.

Bowo menatap semua bangunan itu, dalam benak nya berfikir, ada yang salah dengan penempatan salah satu bangunan ini.

karena menurut Bowo bangunan itu menutup akses jalan menuju gang sebelah nya, padahal jika di bikin jalan akan memudahkan para penghuni komplek yang tinggal di blok itu tanpa harus berputar.

"Mas Bowo," Parto mengagetkan Bowo yang tengah melamun.

"Iya mas, ada apa?" Bowo terperangah.

"Malah ngelamun, mikir opo toh?" tanya Parto yang posisinya sudah bersandar di tembok.

"Gak ada mas, saya cuma ngelihat bangunan ini aja," jawab Bowo datar.

"Nih rokok, jangan ngelamun nanti kesambet!"sahut Parto asal juga.

Bowo mengambil nya satu batang dan menyalakan nya, dia hisap dan melepas nya dengan lega, seperti biasa Bowo pandai memainkan asap rokok yang dia keluarkan dari dalam mulut nya dengan bentuk lingkaran-lingkaran.

Setelah menunggu beberapa jam lama nya akhir nya Joko istirahat juga, dengan langkah yang lelah Joko menghampiri mereka ber tiga.

"Maaf ya Tok lama," ucap Joko yang biasa memanggil Parto dengan sebutan Tok.

"Gak apa-apa Kok."

Joko menyalami Parto, Bowo dan Roni, lalau dia duduk di antara mereka dan ikut menyalakan sebatang rokok yang dia ambil milik Parto.

"Ini satu kampung ya mas sama si Partok?" tanya Joko pada Roni dan Bowo.

"Iya mas," jawab Bowo dan Roni kompak.

"Ini adek Ipar saya Ko, Parto menunjuk Roni, dan ini tetangga saya, biasa teman satu tongkrongan di kampung," sembari menunjuk pada Bowo.

"Oh oke oke mas, tapi ya gini kerjaan nya mas, jadi kuli," ucap Joko agak malu-malu.

"Kalau saya kerja apa saja gak masalah mas, yang penting halal," jawab Bowo santai.

"Saya tadi sudah bilang sama mandor kalau ada mas bertiga, kata mandor saya habis istirahat bisa langsung ikut kerja, untuk tidur nanti bareng-bareng di sana mas, Joko menunjuk Sebuah Rumah besar di ujung jalan, itu Rumah milik boss, tapi di pakek untuk mess, sekarang kita ke sana yuk!" Joko berdiri dan melangkah terlebih dahulu.

Pekerja yang membangun Perumahan itu cukup banyak hanya saja mereka di bagi tim, tiap tim ada 10 orang yang memiliki tugas sendiri-sendiri.

"Mari masuk mas!"Joko mengajak mereka masuk.

"Gede amat ini Rumah Ko?" tanya Parto yang memperhatikan isi rumah itu.

"Nama nya juga Rumah nya Boss, ya pasti bagus dan besar Tok," jawab Joko santai.

"Ini kamar kita ber empat, itu lemari kecil buat tempat pakaian,"Joko menunjukkan kamar tidur mereka, di kamar itu hanya ada kasur lantai tanpa bantal dan selimut, maka dengan segera mereka meletakkan tas di pojok ruangan dan berganti pakaian ala kadar nya saja, Bowo mengganti pakaian nya dengan kaos bahan tanpa lengan dan celana pendek saja, dia sudah terbiasa dengan Panas matahari, jadi buat nya itu tidak masalah, Setelah beres semua Joko membawa mereka ber tiga menemui Mandor nya

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status