Share

Bab - 03. sang mandor marah dengan kecurangannya.

Mereka sudah berkumpul di depan rumah yang masih setengah jadi, Mandor bangunan yang biasa di panggil bang Aji itu menjelaskan tugas mereka ber tiga.

"Buat kalian bertiga yang biasa kerja bangunan seperti ini siapa?" Mandor itu berdiri dengan tegap seraya dia silangkan kedua tangan nya dada.

"Saya bang," Parto tunjuk tangan.

"Kamu nama nya siapa?" tanya Mandor itu.

"Saya Parto boss," jawab Parto cepat.

"Kamu ikut pasang keramik ya, dan yang lain bantu-bantu serabutan dulu, mana yang repot ya itu yang di bantu!" Mandor itu menjelaskan tugas mereka bertiga.

Parto, Bowo dan Roni pun mengangguk paham, dan setelah Mandor pergi mereka pun mulai bekerja.

Parto mulai membantu para senior nya memasang keramik, Roni dan Bowo membantu mengangkat pasir dan batu bata, Bowo sangat bersemangat hingga panas nya terik matahari tidak dia rasakan.

Jam sudah menunjukkan pukul 3 siang menjelang sore, di jam segitu biasanya pekerja di beri waktu untuk istirahat sejenak, mereka menyeduh kopi panas untuk teman istirahat.

"Mas Bowo, nanti bantu angkut keramik yang di sebelah itu ya!" Parto menunjuk tumpukan keramik yang berada di halaman bangunan yang belum jadi.

"Iya mas nanti saya bantu angkut ya," ucap Bowo yang sedang duduk bersandar di tembok bangunan yang belum jadi itu.

"Siap mas," jawab parto teman satu kerjaan nya.

Bowo mengibaskan topi nya sambil dia hisap sebatang rokok yang tinggal separo, hawa sejuk Bowo rasakan dari kibasan topi nya yang membuat nya merasakan kantuk tiba-tiba, di tambah rasa lelah nya menumpuk membuat Bowo tertidur dengan bersandarkan ke tembok bangunan.

Hingga jam istirahat telah usai dan teman-teman kuli Bowo mulai melanjutkan pekerjaan nya, tapi Bowo masih asik merangkai mimpi.

"Mas, Mas Bowo," Parto membangunkan Bowo yang masih tertidur dengan mulut menganga, dia goncang kan kaki Bowo, tapi tak juga bangun, Parto pun pergi meninggalkan Bowo karena teman-teman nya yang lain sudah mulai memegang bagian nya masing-masing, Bowo yang bagian nya serabutan dia hanya bantu-bantu saja dan mengerjakan apa yang mandor perintahkan, kadang dia juga membantu tukang yang sibuk.

Mandor mencari-cari keberadaan Bowo, karena pekerjaan nya mengangkut pasir masih belum selesai, dia melihat semua anak buah nya sudah sibuk bekerja, tapi Bowo masih belum kelihatan juga.

"Roni, mana temen kamu si Bowo?" Mandor Aji menanyakan nya pada Roni yang tengah meringis kepanasan sambil mengangkut pasir.

"Gak tau bang, tadi masih di sana," Roni tunjuk bangunan di mana Bowo tertidur di sana.

Aji langsung menuju ke tempat di mana Bowo tertidur, dia sudah siap dengan tongkat rotan yang selalu dia bawa jika mengecek pekerjaan anak buah nya, Aji ini terkenal dengan Mandor yang galak, hampir rata-rata yang kerja satu tim sama dia pasti banyak yang tidak betah.

Aji menemukan Bowo yang masih tertidur, dengkuran nya pun terdengar keras, Aji meradang, dia mainkan rotan nya di kaki Bowo, tapi reaksi Bowo hanya garuk-garuk dan pules lagi, kali ini Aji berpindah dia main kan rotan nya di lengan Bowo, tapi masih sama, Bowo tetap tidak bangun, sampai akhir nya Aji emosi dan menumpahkan seember air yang berada di samping nya.

BYUUURRRR....

Bowo tampak gelagapan dan bingung, dia sontak terbangun dan mengucek mata nya dengan keras, samar di lihat nya orang yang berdiri dan bertolak pinggang di depan nya, sampai akhir nya dia melihat dengan jelas siapa yang ada di hadapan nya.

"Bang Aji, ma...maaf bang saya ketiduran!" kali ini Bowo merunduk ketakutan dengan baju basah kuyup.

"Enak ya kamu, lihat itu teman-teman kamu sudah keringetan semua, kamu malah enak-enakan ngorok di sini, kalau gak niat kerja mending kamu pulang saja sana ke kampung!" Aji tampak sangat marah, mata nya memerah geram.

"Maaf bang Mandor, tolong jangan pecat saya, kalau abang pecap saya, saya mau kerja di mana lagi!" Bowo mengatupkan kedua telapak tangan nya, dia memohon pada Aji agar tidak di pecat, wajah Bowo pun nampak menyesal karena sudah ceroboh.

"Kali ini saya maaf kan, tapi kalau kaya gini lagi kamu saya pecat, sekarang kamu kerja sana, tapi sampai jam 9 malam, buat ganti nya kamu tidur tadi!"Aji langsung pergi meninggalkan Bowo yang masih tertunduk.

Joko dan Parto datang menghampiri Bowo, mereka hanya bisa melihat Bowo dari kejauhan, karena kalau mereka membantu Bowo, yang ada malah jadi panjang urusan nya.

"Mas piye (gimana) kamu gak apa-apa kan?"tanya Parto cemas.

"Gak apa-apa mas, cuman di guyur air sih biasa, kalau di kampung juga kan mainan nya air sama tanah," jawab nya santai.

"Bang Aji memang gitu mas, orang nya keras, sampeyan harus sabar, yang penting jangan sampai tidur di jam kerja!"Joko menimpali.

"Iya mas, ini salah saya juga sih," Bowo memeras kaos nya yang masih basah kuyub.

"Ya udah mas Bowo sekarang ganti baju dulu, terus mulai kerja lagi!" ucap Parto.

"Iya mas."

Bowo melangkah menuju mess dan mengganti baju nya yang basah dengan baju yang kering, setelah beres dia langsung menuju ke tempat kerja nya lagi, Bowo bersemangat lagi, dia bekerja sambil menikmati rokok di tangan nya, seperti yang Mandor nya perintahkan dia bekerja hingga jam 9 malam.

Parto, Joko dan Roni sudah berkumpul karena ingin makan malam, mereka para pekerja mencari makan sendiri-sendiri, untuk ke empat orang ini mereka lebih memilih untuk membeli beras dan masak nasi sendiri, karena di mess di sediakan dapur tapi Hanya ada magickom dan dispenser yang tersedia, teman nya yang lain memilih makan di luar atau beli, mereka bilang lebih praktis, padahal itu lebih boros, tapi Bowo dan ke tiga teman nya yaitu Parto, Roni dan Joko memilih masak nasi tapi lauk beli, dan mereka berfikir itu lebih irit.

"Mas Bowo mana ini?" Roni mencari-cari Bowo yang berada di teras.

"Gak tau juga Ron, mungkin dia masih di Masjid," jawab Parto mengira-ngira.

"Dia rajin banget ibadah nya ya Tok?" tanya Joko yang datang dari dalam rumah.

"Iya Ko, di kampung dia juga rajin azan di musola," tukas Parto.

"Ya sudah kita makan duluan aja yuk, aku udah laper!" sahut Joko yang perut nya sudah krayak kruyuk sejak tadi.

Dan Mereka pergi untuk makan terlebih dulu, selesai makan seperti biasa mereka menghisap rokok sambil ngobrol dan menikmati kopi panas.

Obrolan demi obrolan mereka sudah lalui, cerita keluarga hingga cerita hal yang tidak penting, tapi Bowo masih juga belum datang, Joko sudah menguap, rasa kantuk dalam diri nya sudah tidak dapat di tahan lagi, dia pun lebih dulu masuk, begitu juga dengan Roni dia juga masuk ke kamar untuk beristirahat.

"Mas aku tidur ya," ucap Roni dengan nada lelah.

"Iya Ron, aku nunggu mas Bowo dulu, dia kemana coba," gerutu nya.

"Nggeh mas." jawab Roni dan langsung masuk menyusul Joko....

Parto mulai sedikit cemas karena Bowo belum juga kembali, Parto pun memutuskan untuk mencari Bowo, Parto yang dari kejauhan melihat Bowo masih ngangkutin pasir dia berlari menghampiri Bowo.

"Mas Bowo, saya kira mas lagi di Masjid eh gak taunya masih di sini," Parto geleng-geleng melihat Bowo.

"Ini saya lembur mas, ganti nya tadi siang, sama bang Mandor di suruh lembur sampai jam sembilan mas," jawab Bowo yang masih ngos-ngosan.

"Oalah mas, ya wes kalau gitu mas, tapi apa mas udah makan?" tanya Parto serius.

"Belum mas, ini ngerokok aja udah nikmat kok, nanti aja lah sekalian kalau udah selesai baru aku makan mas,"sahut Bowo yang klepas klepus dengan rokok di ujung bibir nya.

"Semangat mas Bowo, saya tak istirahat duluan ya mas!" ucap Parto seraya meninggalkan Bowo sendirian.

"Iya mas monggo (silahkan)."

Bowo pun kembali melanjutkan kerjaan nya, sesekali dia istirahat untuk menyeruput kopi yang di pesan nya dari warung kecil yang ada di sekitar tempat pembangunan, biasa lah ya warung dadakan, Bowo mulai memutar otak nya, sambil duduk menikmati kopi dan rokok sendirian, Bowo juga memperhatikan rumah-rumah gedong yang ada di sekitar nya.

("Semoga aku punya rumah kayak gitu, gede, apik (bagus) biyar ibu ku seneng")Bowo bicara dalam hati sambil meniupkan asap rokok ke udara.

Dia bingung ini sudah jam berapa, karena jam tangan dan ponsel tulalit nya dia tinggal di dalam tas, karena menurut nya kalau kerja sambil pakai jam tangan itu sangat ribet, apa lagi bawa-bawa ponsel, itu justru semakin mengganggu, untuk melihat jam, Bowo pergi ke warung kopi.

"Mbak, sekarang jam berapa ya?" tanya Bowo pada seorang penjaga warung.

"Eh...mas Bowo, jam setengah sepuluh mas,"jawab gadis yang biasa di panggil Murni.

"Oh iya makasih mbak," sahut Bowo dan pergi begitu saja.

Karena di rasa sudah cukup malam, maka Bowo memutuskan untuk beristirahat dan menyelesaikan nya lagi besok, dia merapikan peralatan dan menyimpan nya kembali di tempat peralatan bangunan, lalu Bowo kembali ke mess dan beristirahat.

Pagi itu seperti biasa Bowo, Roni, Joko dan Parto sarapan terlebih dulu sebelum mulai bekerja.

"Semalam pulang jam berapa mas Bowo?"tanya Joko pada Bowo.

"Saya pulang jam setengah sepuluh mas," jawab Bowo sembari cengar cengir.

"Hari ini jangan sampai ketiduran lagi mas!" sahut Parto.

"Iya mas,"

"Nanti mas kena guyur lagi...ha..ha..ha..ha," Roni tertawa terbahak, dan mereka larut dalam tawa.

Di tengah asik nya mereka berbincang,Mandor Aji datang untuk memberikan sebuah pengumuman.

"Hayo kumpul...kumpul...kumpul...hari ini akan ada boss besar pemilik rumah yang kita bangun, jadi tolong kerjanya yang serius hari ini!"sambil petentang petenteng Aji memberi pengumuman anak buah nya.

"SIAP BANG MANDOR"

Sahut mereka serempak, dan Aji pun pergi lagi untuk melihat pembangunan yang lain nya, Aji memandori dua tim, masing-masing tim terdiri dari 10 orang,dan mereka mengerjakan pembangunan sebuah rumah di setiap tim nya.

"Mandor kerja nya cuman nyuruh doang, huh...,"keluh salah seorang pekerja.

"Ya gitu bang Aji, bayaran kita gak pernah beres,tapi kerjaan harus selalu beres,"keluh salah seorang lagi.

"Maksud nya gimana mas?"tanya Bowo yang mendengar keluha mereka.

"Ya selama kita kerja ikut bang Aji, bayaran kita gak pernah bener mas, tidak sesuai dengan perjanjian, kita kan di sini borongan mas, tapi bayaran kita gak sama dengan upah pemborong pada umum nya,"sahut salah seorang bapak-bapak yang sudah setengah baya.

"Kok gitu ya mas?"Bowo tampak memikirkan sesuatu.

"Ya udah kita berangkat yuk! nanti bang Aji malah marah-marah lagi!"ajak Joko pada semua teman-teman nya.

Dan mereka bersama-sama menuju rumah yang sedang mereka bangun, canda tawa menghiasi langkah mereka para pejuang rupiah untuk anak-anak dan istri nya, untuk keluarga kecil mereka.

Setiba mereka di lokasi, dengan semangat pagi mereka memulai pekerjaan nya,seperti pada umumnya mereka Fokus dengan bagian nya masing-masing, seperti hal nya Bowo, dia pun masih bertugas mengangkut pasir bersama dengan Roni, sambil bekerja Bowo memikirkan keluhan para pekerja soal upah yang tidak sesuai, Bowo pun penasaran ingin tau, upah mereka di kemanain sama Mandor nya.

Dia berinisiatif untuk menanyakan pada sang Mandor, tapi dia masih menimbang-nimbang lagi dan memikirkan berkali-kali, karena pasti akan ada resiko yang dia tanggung nanti nya.

"Kerja yang bener ya kalian semua, kalau boss besar datang kalian harus kerja lebih keras lagi, jangan leta lete (seenak nya sendiri)," tiba-tiba Mandor Aji datang dan teriak-teriak mengomando agar mereka bekerja lebih keras lagi.

IYA BANG...

Dengan serempak mereka menjawab nya, terkecuali pekerja yang berada di atas, mereka tidak menjawab karena tidak mendengar dengan jelas instruksi dari Mandor nya.

Selang beberapa jam berlalu suasana tempat pembangunan rumah hanya terdengar mesin-mesin Bor,ketokan palu, suara gergaji, suara cangkul beradu dengan pasir dan semen dan suara-suara khas pekerjaan bangunan, tanpa ada suara obrolan dari mereka.

Sebuah mobil mewah dengan harga milyaran berhenti di depan rumah tersebut, sontak pandangan para pekerja tertuju pada mobil mewah itu, seorang laki-laki dengan tubuh tinggi kekar, kulit bersih, rambut kelimis turun dari mobil mewah itu, dengan kaca mata hitam nya dia terlihat sangat keren, ada juga seorang perempuan berambut panjang, postur tinggi bak pragawati, kulit putih bersih, wajah cantik, hidung mancung dan bibir merah merona, dengan dress sedengkul tanpa lengan dia juga turun dari mobil tersebut, pasangan yang sangat serasi, mereka lah sang pemilik rumah mewah yang sedang Bowo dan teman-teman nya kerjakan.

Nampak dari kejauhan mereka sedang ngobrol dengan Aji sang Mandor bangunan, Bowo yang hanya kuli biasa, dia cuma bisa memandangi dari kejauhan mereka bertiga, Bowo memperhatikan gerak gerik si Mandor yang terlihat sedang mendapat komplain dari si pemilik rumah, entah komplain tentang apa tidak ada yang tau, hanya saja dari wajah sang Mandor terlihat serius dan tegang.

Setelah beberapa menit mereka ngobrol,Aji pun kembali pada pekerja nya, sedangkan sang pemilik rumah sudah pergi dengan cepat nya.

Gubrakk...

Aji tiba-tiba menendang ember kosong bekas adonan semen dan pasir, hal itu membuat para pekerja nya kaget.

"Bre*gs*k,"Aji tampak geram.

"Ada apa bang kok marah-marah?"tanya Bowo yang berhenti mengayunkan cangkul nya.

"Diam kamu!"Aji malah tambah marah ketika Bowo bertanya.

"Iya maaf bang!" Bowo pun kembali mencangkul tumpukan pasir di depan nya.

Pekerja yang lain pun kembali melanjutkan pekerjaan nya, karena Aji orangnya memang seperti itu, jadi yang sudah tau kelakuan sang Mandor, mereka memilih diam saja.

Hal yang membuat si pemilik rumah komplain yaitu lama nya penggarapan, karena menurut sang Mandor pembangunan rumah itu bisa di selesaikan dalam jangka waktu tiga bulan, tapi kenyataan nya malah lebih dari tiga bulan, dan sampai saat ini terhitung 4 bulan lebih, hal itu terjadi karena ada nya pengurangan pekerja, tapi biyaya borongan tetap di jumlah orang yang telah di sepakati sebelum nya antara Mandor dan si pemilik rumah....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status