Share

Lagi dan Lagi

Ryu menahan kesalnya saat membaca pesan yang masuk ke ponselnya. Bagaimana tidak, pesan itu di kirim oleh sepupunya. Yang tidak lain adalah anak dari adik sang papa yang sejak dulu menjadi saingannya untuk menduduki kursi CEO di perusahaan utama milik keluarga Erlangga.

JACKY :

[Kuharap hari ini kau bekerja dengan sungguh-sungguh. Karena mulai besok pagi, kursi CEO Erlangga Sejahtera akan jatuh ke tanganku.]

Genggaman tangan Ryu mengerat hingga terlihat otot-otot pergelengan tangannya yang menonjol dengan begitu besar dan kekar. Jelas jika dia sangat tidak suka dengan kiriman Jacky.

Sudah sejak lama Jacky ikut campur masalah perusahaan itu. Padahal dia sendiri sudah mendapatkan bagian, yaitu mengelola cabang perusahaan yang ada di Amerika. Meskipun tidak sebesar Erlangga Sejahtera, tapi perusahaan itu juga perusahaan keluarga Erlangga yang cukup maju.

‘Sampai kapanpun, aku tidak akan menyerahkan perusahaan ini pada orang serakah sepertimu,’ batin Ryu penuh tekad.

 Perusahaan itu adalah harga diri Ryu, dia yang sudah berjuang untuk membesarkan perusahaan yang hampir bangkrut karena ulah sepupunya itu. Dan kini tidak akan dia serahkan begitu saja pada orang yang tidak punya tekad berjuang.

Ryu terdiam beberapa saat, dia larut dalam pikirannya tentang pesan Jacky dan langkah apa yang akan dia tempuh untuk menghadapi sepupunya itu. Sampai akhirnya dia disadarkan dengan Galuh yang ternyata masih berada di ruangannya.

“Maaf, Pak. Saya pamit kembali ke meja saya.”

Ryu seketika menoleh ke arah Galuh yang berdiri tidak jauh dari tempatnya. Dia tatap gadis manis dengan rambut panjang sepunggung itu. Dia tampak berpikir keras tanpa mengalihkan pandangannya dari Galuh.

Sedangkan Galuh yang di tatap atasannya dengan begitu dalam merasa risih dan sedikit takut. Matanya bergerak gelisah, mencoba melihat dirinya sendiri untuk memastikan apa yang salah pada dirinya.

‘Kenapa pak Ryu menatapku seperti itu? Apa ada yang salah denganku?’ gumam Galuh dalam hatinya.

“Nanti malam kamu ikut saya,” ucap Ryu tanpa mengalihkan pandangannya dari Galuh. Sedangkan Galuh yang mendengar perkataan sang atasan yang mendadak pun terlihat bingung. Pasalnya, Ryu sendiri yang meminta jadwalnya untuk nanti malam di kosongkan. Bahkan, baru saja dia memberitahukan akan hal tersebut.

Dengan kening berkerut dalam, Galuh bertanya, “maksudnya bagaimana, Pak?”

“Nanti malam kamu ikut dengan saya. Saya tidak menerima penolakan,” jawab Ryu dingin dan serius.

“I-iya ta-tapi ... kita mau ke mana, Pak? Bukannya jadwal Anda bertemu dengan perusahaan Leon sudah di undur dua hari lagi?”

Tidak langsung menjawab, Ryu justru semakin dalam dan tajam menatap Galuh yang membuat gadis itu bergidik ngeri. “Bukan untuk pertemuan dengan perusahaan manapun. Tapi, temani saya ke acara keluarga.”

Kedua mata Galuh mengerjap beberapa kali. Mencoba memahami jawaban yang di berikan oleh Ryu padanya. Pertemuan keluarga, yang benar saja.

“Tap—“

Baru saja hendak mengeluarkan penolakan, suara Galuh seketika menghilang kala Ryu memotongnya dengan tegas.

“Saya tidak menerima penolakan jenis apapun. Satu jam lagi kita berangkat, dan saya harap kamu tidak melarikan diri,” tukas pria berwajah dingin itu.

Setelah mengatakan hal tersebut, Ryu beranjak dari duduknya dan berjalan menuju pintu kamar mandi yang berada di sisi kiri ruangan. Meninggalkan Galuh dengan segala pertanyaan yang mulai muncul dan memenuhi otaknya.

***

Galuh kembali ke meja kerjanya, sepanjang jalan dia memikirkan apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa secara tiba-tiba sang bos mengajaknya ke acara pertemuan keluarganya. Padahal sebelumnya, Hellena datang dan berada di ruangan Ryu cukup lama.

“Kenapa harus aku sih? Kan dia punya kekasih,” gumam Galuh. Pikirannya terus menebak-nebak alasan Ryu mengajaknya bukan Hellena.

Meskipun Galuh sudah cukup lama bekerja dengan Erlangga, dan sedikit tahu tentang keluarga tersebut, tapi tetap saja hal seperti ini menurutnya tidak baik. Dia dan Ryu sama-sama mempunyai kekasih. Dan acara keluarga bukanlah acara umum. Yang sembarang orang bisa datang tanpa tujuan tertentu.

Apalagi pertemuan keluarga Erlangga. Keluarga berlevel tinggi yang tidak sembarangan orang bisa masuk ataupun berurusan dengan mereka.

“Apa aku tanya saja ya sama Shaka. Siapa tahu dia tahu, kenapa bos Ryu tidak mengajak Hellena.”

Akhirnya Galuh pun mencoba mengirimkan pesan kepada kekasihnya yang kebetulan bekerja sebagai manager Hellena.

[Shaka, apa kamu tahu tentang pembicaraan bos Ryu dengan Hellena tadi?]

Pesan tersebut langsung terkirim kepada Shaka. Tidak butuh waktu lama, balasan dari Shaka masuk ke ponsel Galuh.

[Kata Hellena, Ryu mengajaknya ke pertemuan keluarga. Tapi, Hellena ada pemotretan yang tidak bisa dia tinggal.]

Benar dugaan Galuh. Jika Hellena pasti lebih memilih pekerjaannya di banding acara pertemuan tersebut. Makanya Ryu mencari orang lain untuk di ajak pergi.

“Pasangan serasi. Sama-sama gila kerja dan hobi meremehkan orang lain,” gerutu Galuh.

Bukan sekali dua kali Ryu dan Hellena seperti ini. Mereka sama-sama mementingkan pekerjaan yang entah kapan selesainya. Di banding dengan hal-hal penting lainnya. Satu lagi, mereka sedikit egois dan tidak suka di atur.

[Sayang, besok aku harus menemani Hellena ke Bali untuk syuting film terbarunya.]

Satu pesan kembali masuk dari Shaka dan itu cukup menimbulkan kerutan dalam di kening Galuh. “Ke luar kota lagi?” gumam Galuh menatap deretan huruf kiriman sang kekasih.

Kesal, tapi tidak mampu berbuat apa-apa. Yang bisa dia lakukan hanya menghela nafas panjang guna meredam rasa kecewa yang kembali menyeruak di dadanya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status