Share

Wanita Sewaan?

last update Last Updated: 2024-05-24 17:44:08

Prosesi pernikahan pun dilakukan. Emily dan Alaric terlihat sangat bahagia dari sudut pandang keluarga dan tamu karena semua orang itu tak tahu dengan sandiwara keduanya.

“Pengantin pria, kamu bisa mencium pengantinmu,” ucap Master Ceremony.

Emily langsung melotot mendengar ucapan Master Ceremony, lantas menatap panik ke Alaric meski senyum masih tersungging di wajah.

“Kamu tidak akan melakukannya, kan!” Emily bicara tanpa suara hanya bibir yang bergerak.

“Ini sandiwara, kita tak bisa mengelak,” balas Alaric.

Emily ingin sekali berteriak mendengar balasan Alaric, bagaimana bisa pria itu mau menciumnya sedangkan mereka sudah sepakat untuk tak melakukan kontak fisik selain berpegangan tangan.

Belum juga Emily sadar dari keterkejutannya. Alaric sudah meraih pinggangnya, lantas menyentuhkan bibir mereka. Emily membulatkan bola mata, meski hanya menyentuhkan tapi tetap saja namanya ciuman.

Semua orang bertepuk tangan atas pernikahan Alaric dan Emily.

Emily kesal karena Alaric menciumnya, dia menatap pria itu tanpa dosa masih bisa tersenyum ke semua orang.

“Lihat saja, aku balas nanti,” gerutu Emily dalam hati.

Semua tamu memberi selamat ke Emily dan Alaric, di saat itulah Emily harus pandai bersandiwara jika sangat bahagia dengan pernikahan itu.

“Aku dengar di luar banyak wartawan, memangnya kamu mengundang wartawan?” tanya Emily penasaran saat keduanya duduk berdua.

“Tidak, tapi mereka datang karena penasaran,” jawab Alaric.

“Penasaran? Kenapa? Kamu bukan anak presiden, untuk apa penasaran dengan pernikahanmu?” tanya Emily cerewet karena penasaran.

Alaric menoleh Emily yang berisik, lantas membalas, “Menurutmu?”

Emily memanyunkan bibir karena Alaric tak menjawab, padahal tinggal bilang saja alasannya apa.

“Rekan bisnisku datang. Sapalah mereka!” ajak Alaric meminta Emily menemui rekan bisnisnya.

“Tukang perintah!” gerutu Emily karena Alaric mulai memperlihatkan sifat otoriter.

Emily melihat Alaric yang meliriknya karena mendengarnya menggerutu, tapi Emily tak peduli.

Emily ikut Alaric menemui rekan bisnis, dia menebak jika itu rekan bisnis penting sampai Alaric yang menghampiri.

“Dia ....” Rekan bisnis Alaric menatap Emily karena berbeda dengan calon yang seharusnya dinikahi Alaric.

“Ini Emi,” ucap Alaric memperkenalkan Emily.

Emily mengulurkan tangan untuk memperkenalkan diri.

“Emily,” ucap wanita itu sambil menjabat tangan rekan bisnis.

Emily melihat tatapan aneh pria itu kepadanya, lantas buru-buru menarik tangannya. Dia menoleh Alaric yang ternyata menatapnya, masa bodoh dengan pria itu yang menganggapnya tak sopan karena menarik tangan dengan cepat, yang jelas Emily tak mau berjabat tangan dengan pria yang menatap aneh kepadanya.

“Aku mau menemui Mami dulu,” ucap Emily ke Alaric.

Pria itu mengangguk mengizinkan Emily pergi. Dia pun sedikit mengangkat gaun bagian depan, lantas pergi ke arah sang mami berada.

Alaric menatap Emily pergi, lantas memandang ke rekan bisnisnya.

“Apa ini? Siapa yang kamu kenalkan lalu siapa yang kamu nikahi?” tanya pria itu.

Alaric mengambil gelas berisi wine dari nampan pelayan, lantas menenggaknya pelan sebelum menjawab pertanyaan rekan bisnisnya.

“Dia lebih baik dari Aster,” jawab Alaric lantas menatap rekan bisnisnya.

“Dia bukan wanita sewaan, kan?”

Alaric menatap tak senang mendengar ucapan rekan bisnisnya itu. Dia hanya menatap tapi langsung bisa membuat rekan bisnisnya panik.

“Aku hanya bercanda, kenapa tatapanmu begitu?”

Alaric masih menatap rekan bisnisnya yang kini sedang menenggak wine. Dia tadi juga melihat bagaimana cara pria itu menjabat tangan Emily.

“Emi itu istriku, kuharap kamu memperlakukannya hormat sama seperti memperlakukanku.” Alaric bicara dengan penekanan ke pria di depannya.

Di sisi lain. Emily memilih bergabung dengan sang mami dan adiknya yang sedang menikmati hidangan.

“Di mana Claudia?” tanya Emily tak melihat sahabatnya.

“Tadi bilang mau ke toilet.” Evano menjawab pertanyaan sang kakak.

Emily mengangguk-angguk mendengar jawaban Evano, lantas mengedarkan pandangan.

“Di mana Archie, bukankah tadi dia ada di sini?” tanya Emily mencari sepupunya.

Emily melihat Evano mengedarkan pandangan, hingga adiknya itu mengedikkan bahu.

“Mami, kuenya enak? Suapi.” Emily bersikap manja ke sang mami.

“Kamu ini, sudah nikah masih minta suap.”

Emily tertawa kecil mendengar sang mami menggerutu, meski begitu wanita paruh baya itu tetap menyuapinya.

“Disuapi Mami tuh bikin makanan yang masuk mulut lebih enak,” ujar Emily memuji agar sang mami terus menyuapinya.

“Alasan.”

Emily menikmati makan disuapi sang mami, bahkan minta lagi sampai dirinya puas. Menjadi anak perempuan satu-satunya dalam keluarga besarnya, membuat Emily manja karena perhatian semua orang tertuju kepadanya.

Saat sedang makan disuapi sang mami, tiba-tiba saja ada yang memeluknya, membuat Emily sangat terkejut begitu juga dengan sang mami dan adiknya.

Alaric yang juga kebetulan sedang menoleh Emily, begitu terkejut ada pria yang memeluk erat istrinya itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (12)
goodnovel comment avatar
Voni Oktavia93
sapa ya yang main meluk emi dari belakang lancang sekali dia
goodnovel comment avatar
Devi Pramita
siapa itu yg kurang ajar main peluk emi ya
goodnovel comment avatar
wardah
hayo sopo seng meluk aduh bikin q panik ini
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Ekstra Part 2

    Vano baru saja selesai rapat saat membaca pesan dari Sabrina. Dia sangat terkejut membaca pesan dari Sabrina hingga terburu-buru meninggalkan tempat rapat begitu selesai, membuat semua orang sampai keheranan.Vano pergi ke rumah sakit. Dia mencari Sabrina di poliklinik, hingga bertemu dengan sang bibi.“Bi, Sabrina dan Mami ke sini?” tanya Vano.“Dia di ruang inap, tadi sudah diperiksa dan karena tekanan darahnya rendah serta dia pusing dan mual, jadi aku menyarankan untuk rawat inap,” jawab sang bibi.Vano sangat panik mendengar jawaban sang bibi.“Dia dirawat di ruang mana?” tanya Vano dengan wajah panik.Sang bibi tersenyum melihat kepanikan Vano, lalu memberitahu di mana Sabrina sekarang.Vano pergi ke ruang inap dengan terburu-buru, hingga akhirnya bertemu Sabrina yang berbaring lemas dengan selang infus terpasang di tangan.“Bagaimana kondisinya, Mi?” tanya Vano saat menghampiri Sabrina.“Dia baik, kamu jangan cemas,” jawab Oma Aruna.“Baik apanya, dia sampai dirawat seperti ini,

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Ekstra Part 1

    Sabrina duduk sambil menikmati cokelat hangat pagi itu, hingga satu tangannya yang bebas dari cangkir, digenggam sampai jemarinya bertautan dengan tangan lain. Sabrina menoleh Vano, melihat suaminya itu tersenyum sambil menggenggam erat tangannya. Vano duduk di samping Sabrina yang duduk di bangku panjang. Mereka berlibur di pantai, menikmati kebersamaan mereka setelah sah menjadi suami-istri. “Kamu tidak pesan kopi?” tanya Sabrina sambil menyandarkan kepala di pundak Vano. “Sudah, tinggal menunggu datang saja,” jawab Vano lalu memiringkan kepala hingga menyentuh kepala Sabrina. Keduanya saling bersandar satu sama lain, menatap hamparan pasir putih bersamaan dengan deburan ombak yang menghantam pantai. “Kamu yakin tidak masalah tinggal sama mami?” tanya Vano memastikan. Sabrina mengerutkan alis mendengar pertanyaan Vano. “Kenapa masih tanya lagi?” tanya Sabrina keheranan. Dia mengangkat kepala dari pundak Vano, lalu memandang suaminya itu. “Ya, aku hanya memastikan saja, takut

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Akhir

    “Nggak mau pulang. Mau bobok sama Om Vano!” Athalia merengek menolak pulang saat kedua orang tuanya mengajak selepas pulang setelah pesta. Vano hanya mengusap tengkuk melihat kelakuan absurd keponakan satunya itu. Alaric sampai pusing, kenapa anaknya sampai bandelnya seperti itu. “Pulang beli es krim, ya.” Emily membujuk agar Athalia mau pulang. “Nggak mau!” Athalia menolak sampai memeluk kaki Vano. Sabrina menahan tawa dengan kelakuan Athalia, lalu dia ikut membujuk. “Papa mau beli bunga sama balon, Thalia nggak mau ikut?” tanya Sabrina ke Athalia. Athalia langsung menoleh ke sang papa, hingga melihat ayah dan ibunya terkejut mendengar ucapan Sabrina. “Ah, benar. Papa dan mama mau beli bunga, kamu nggak mau ikut?” tanya Emily mengiakan ucapan Sabrina. Athalia tiba-tiba bangun dan melepas kaki Vano, kemudian menggandeng tangan ibunya. “Ayo! Nanti kamarku harus dikasih bunga-bunga,” celoteh Athalia. Alaric dan Emily lega karena Athalia mau dibujuk, akhirnya mereka mengajak p

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Hari Pernikahan

    Mereka masih menautkan bibir, sampai terlena hingga sejenak lupa akan status mereka sekarang.Sabrina melepas pagutan bibir mereka, lalu sedikit mendorong dada Vano agar menjauh darinya.“Airnya sudah panas,” ucap Sabrina sambil masih menunduk karena malu.Vano mematikan mesin pemanas air, lantas kembali memandang Sabrina.Sabrina menatap Vano, melihat wajah pria itu yang merah mungkin dia juga.“Sekadar ciuman boleh, tapi jangan melebihi batas,” ujar Sabrina mengingatkan.Vano langsung mengulum bibir sambil memulas senyum.“Aku tidak mau kita berhubungan sebelum menikah. Kamu paham maksudku, kan?” tanya Sabrina kemudian agar Vano tak salah paham dengan ucapannya.“Hm … ya, tentu,” balas Vano sedikit canggung karena dia terlalu impulsif. Dia tentunya takkan marah dengan keinginan Sabrina yang mencoba menjaga diri sampai mereka benar-benar sah menjadi suami istri.Van

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Jangan Khilaf

    Setelah bertunangan, Vano dan Sabrina sering menghabiskan waktu bersama di akhir pekan. Mereka jarang jalan di tempat umum karena Raditya melarang, pria tua itu takut kalau terjadi sesuatu lagi dengan Sabrina, padahal ada Vano yang menjaganya. Seperti hari ini, mereka berada di apartemen menonton film seolah berada di bioskop. Vano duduk sambil melingkarkan tangan di belakang pundak Sabrina, sehingga gadis itu bisa bersandar di dadanya. “Besok Mami mengajak fitting gaun untuk pernikahan kita,” ucap Vano sambil melihat ke film yang sedang mereka tonton. Sabrina sedang mengunyah snack, lalu menoleh ke kalender yang ada di meja hias. Tak terasa sudah dua bulan semenjak mereka bertunangan, pantas saja Oma Aruna sudah ingin melakukan fitting baju. “Iya,” balas Sabrina menoleh sekilas ke Vano. Mereka kembali fokus ke film, hingga ponsel Sabrina yang ada di meja berdering. Sabrina menegakkan badan, lalu mengambil benda pipih itu dan melihat sang papa yang menghubungi. “Papa telepon, aku

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Hari Pertunangan

    Hari pertunangan Sabrina dan Vano pun tiba. Pertunangan mereka diadakan di rumah Vano sesuai dengan kesepakatan Raditya dan Opa Ansel.Malam itu halaman samping rumah disulap menjadi tempat pesta untuk pertunangan yang terlihat romantis. Acara itu didatangi keluarga terdekat dan rekan kerja Sabrina di divisinya.“Rumah Pak Vano ternyata sangat besar,” celetuk salah satu staff yang datang.“Pastilah, perusahaannya saja besar. Lupa kalau dia anak pemilik perusahaan,” timpal yang lain.“Iya, lupa,” balas staff itu sampai membuat yang lain tertawa.Sabrina keluar bersama ayahnya memakai gaun elegan hingga membuatnya tampak begitu cantik.Vano sudah menatap tanpa berkedip saat melihat Sabrina. Dia tak menyangka kalau hari ini tiba lalu tinggal menunggu hari lain yang luar biasa tiba.Sabrina tersenyum saat melihat Vano menatapnya, hingga akhirnya mereka berdiri berhadapan untuk melakukan prosesi pertunan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status