Share

Siasat Mira

Author: Agus Irawan
last update Last Updated: 2025-07-06 15:01:03

Pesawat mendarat di landasan bandara Soekarno-Hatta pukul 01.20 dini hari. Tidak ada penyambutan, tidak ada wartawan. Hanya seorang pengacara keluarga yang menunggu dengan mobil hitam di area privat.

Abian menuntun Hana keluar dari terminal. Perut Hana mulai terlihat membesar, dan langkahnya perlahan. Tak banyak kata yang diucap, tapi genggaman tangan mereka cukup kuat untuk mengusir seluruh kecemasan yang mengendap selama berbulan-bulan. “Setelah ini,” kata Abian pelan di dalam mobil, “kita tidak lari lagi.”

Hana menoleh padanya, menahan air mata. “Kita hadapi semuanya... demi anak kita, dan demi Alena.”

Sementara di kediaman Adiyaksa, di ruang tengah rumah besar keluarga Adiyaksa, Felia duduk di hadapan Tania dan pengacara keluarga. Ia menyerahkan flashdisk dan amplop coklat berisi tangkapan layar pesan, bukti transfer, dan rekaman suara yang menyebutkan intervensi Mira dalam hukum dan kehidupan pribadi Abian serta Hana. “Aku tahu ini tidak akan menghapus semuanya, tapi... aku ingin
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dari Tunangan Pura-pura, Jadi Istri Kesayangan sang Tuan   Kenyataan Telah diketahui

    Sore itu Hana menelpon suaminya, Abian. Ia tampak bingung antara harus keluar sendiri atau diam-diam tanpa pengawalan, ia diliputi rasa gelisah setelah beberapa kali mendapat terror dari orang yang sama sekali tidak dikenalnya. 'Halo Bi... kamu masih di mana?' tanyanya melalui panggilan seluler. Di seberang sana Abian menjawab, ia baru saja bertemu dengan Raka Supradja. 'Iya Hana... ada apa sayang? Apa ada masalah?' 'Bi, aku mau keluar sebentar boleh?' 'Mau ke mana? Nanti di antar sopir ya... bodyguard juga akan ikut mengawal kamu, aku masih di jalan ini kejebak macet.' 'Ya sudah baik, aku di antar sopir dan bodyguard saja... kamu jangan khawatirkan aku ya, bye sayang...' Hana lantas mengakhiri panggilan itu, dan bersiap pergi. Alena pun ikut bersamanya karena ia akan bertemu Felia, bukan orang lain. Sore menjelang malam, Hana keluar dari vilanya di antar sopir pribadi dan dibelakang satu mobil seorang bodyguard yang di sewa Abian untuk pengamanan. Satu jam perjalanan

  • Dari Tunangan Pura-pura, Jadi Istri Kesayangan sang Tuan   Mencari Bukti

    Di ruang tengah, suara detik jam terdengar begitu jelas sunyi yang menegangkan ketika dua pria itu berhadapan. Abian berdiri tegak, mengenakan kemeja hitam tanpa jas, menatap pria paruh baya yang kini duduk di hadapannya. Tatapan mereka saling bertaut, tatapan keduanya seperti ingin saling mendominasi berusaha saling menundukkan.Raka Surapradja meneguk teh yang disediakan, lalu tersenyum samar."Aku tidak datang untuk menimbulkan kerusuhan," ucapnya perlahan. "Hanya ingin memastikan bahwa keluarga Adiyaksa membayar lunas dosa-dosa masa lalu mereka."Abian menyipitkan mata. “Dosa siapa? Ayahku? Kakekku? Atau kau hanya menutupi kegilaanmu sendiri dengan menyebut ‘balas dendam’?”Raka tidak langsung menjawab. Ia mengeluarkan selembar foto lama dari dalam sakunya, memperlihatkan wajah-wajah yang pernah bersama dalam satu masa Calista, Mira, dan seorang pria muda yang diyakini sebagai ayah Hana."Calista mencintai orang yang salah, Abian. Dan aku hanya memperjuangkan kebenaran yang tak p

  • Dari Tunangan Pura-pura, Jadi Istri Kesayangan sang Tuan   Penjaga Untuk Hana

    Rumah keluarga Adiyaksa dijaga ketat sejak pagi. Petugas keamanan dari perusahaan dikerahkan atas perintah Devan sendiri. Setelah paket ancaman diterima malam sebelumnya, Abian tidak ingin mengambil risiko sedikit pun. Apalagi saat ini Hana sedang ada di rumah. Hana duduk dengan Alena di pangkuannya. Anak itu masih belum mengerti apa yang sedang terjadi, hanya merasakan ketegangan di sekitar orang-orang dewasa yang berada di lingkungan tempat tinggalnya. Abian berdiri sambil berbicara di telepon dengan suara tertekan. “Saya ingin semua keamanan diperketat apalagi keamanan untuk Hana, dan putri saya Alena. Kalian harus cari Raka Surapradja. Cari juga semua properti atas nama itu dalam dua puluh tahun terakhir.” Ia menutup telepon, kemudian menatap Hana. “Kita akan bawa anak-anak ke vila aman yang sudah disiapkan. Ini mungkin hanya gertakan, tapi aku tak mau ambil risiko.” Hana menggenggam tangannya. “Aku tidak akan lari, Bi. Tapi aku juga tak akan biarkan orang gila itu menyentuh a

  • Dari Tunangan Pura-pura, Jadi Istri Kesayangan sang Tuan   Ancaman yang Nyata

    Hana memandangi surat misterius di tangannya. Surat itu dikirim tanpa nama, tanpa alamat pengirim, dan tanpa jejak elektronik. Namun yang paling mengganggunya adalah foto tua hitam putih yang jelas menunjukkan ibunya Calista di masa muda. Garis tinta merah menyilang wajahnya, seolah menjadi peringatan… atau ancaman. “Ini bukan hanya tentang kita lagi,” gumam Hana sambil duduk di ruang kerja rumahnya. Abian masuk, membawa secangkir teh. “Kamu belum istirahat?” Hana menyerahkan surat itu. “Seseorang mengingatkan kita… bahwa cerita Mama belum selesai.” Abian membaca isinya, matanya menajam. “Akar dari kehancuranmu belum dicabut... Ini bukan ucapan acak. Ini ditulis oleh orang yang tahu terlalu dalam tentang masa lalu keluargamu.” “Dan itu berarti... bukan Mira. Tapi seseorang yang mengenal Mama sejak dulu,” bisik Hana. Abian mengangguk. “Kita harus menyelidiki. Dari awal. Dari tempat Mama pernah tinggal, sekolah, dan semua lingkaran sosialnya.” Sementara di rumah yang sudah

  • Dari Tunangan Pura-pura, Jadi Istri Kesayangan sang Tuan   Pengkhianat Paman

    Abian membanting map itu ke meja kerjanya. Suara kerasnya menggema, membuat Hana yang sedang mengatur dokumen hak asuh Alena terkejut. “Ada apa?” tanya Hana cepat, melangkah untuk menenangkan suaminya. Lalu Abian menatapnya, matanya merah karena emosi yang ditahan. Ia mengangkat selembar dokumen dari laporan investigasi internasional yang baru saja ia terima tertulis jelas di sana. Nama Reno Adiyaksa, pamannya. Adik dari Devan Adiyaksa. Tercatat melakukan transfer dana melalui rekening penampung milik Mira sejak dua tahun terakhir. Hana menatap wajah muram Abian, tanpa bisa berkata-kata. “Paman Reno...” gumamnya. Abian mengangguk. “Dia… dia selama ini bermain di belakang kita, menusuk keluarganya sendiri demi membantu Mira. Bahkan menggunakan perusahaan cangkang untuk memuluskan aliran dana ke luar negeri. Ini bukan cuma pengkhianatan biasa, Han. Ini... pengkhianatan dalam keharmonisan keluarga kita.” Sementara di rumahnya, Reno duduk di balkon rumah mewahnya, menyeruput kopi s

  • Dari Tunangan Pura-pura, Jadi Istri Kesayangan sang Tuan   Hadirnya Saksi

    Suasana ruang rapat di kantor pengacara keluarga Adiyaksa sangat tenang pagi itu. Tapi ketegangan tidak bisa disembunyikan. Di ujung meja, duduk seorang pria berusia awal empat puluhan. Wajahnya tirus, kulitnya pucat, dan tangannya gemetar ketika ia menandatangani dokumen perlindungan saksi.Namanya adalah Rendra Surya mantan teknisi laboratorium rumah sakit tempat hasil tes DNA Alena yang dulu dimanipulasi.“Terima kasih sudah datang,” ucap seorang pengacara keluarga Adiyaksa, yang bernama Ibu Melani.Rendra mengangguk kaku. “Saya... sudah lama ingin bicara. Tapi saya takut. Mira bukan orang sembarangan. Dia tahu cara membuat orang seperti saya hilang tanpa jejak.”Abian duduk di samping pengacara, mencatat setiap kalimat Rendra. Di seberang, Felia hadir sebagai bentuk pengakuan bahwa dia bersedia menjadi saksi melawan ibunya.“Beritahu kami dari awal,” kata Felia pelan.Rendra menarik napas panjang. “Empat tahun lalu, saya menerima amplop berisi uang dari seseorang yang mewakili Mir

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status