Home / Romansa / Dating with Celebrity / Kesan Pertama yang Tak Menggoda [3]

Share

Kesan Pertama yang Tak Menggoda [3]

Author: Indah Hanaco
last update Last Updated: 2021-05-11 17:24:19

“Oke, saya berangkat sekarang, Mbak. Oh ya, saya bisa minta nomor ponsel Maxim?”

Rossa mengangguk cepat sambil menuliskan sederet angka di atas secarik kertas. “Semoga makan siangnya berjalan lancar. Kemarin Maxim bilang ada restoran yang enak di sekitar kantornya. Mudah-mudahan dia tidak bohong,” cetus Rossa, setengah berkelakar.

Senyum Kendra langsung lenyap begitu dia membalikkan tubuh untuk meninggalkan ruangan Rossa. Sebenarnya dia ingin sekali berteriak di depan perempuan itu agar tidak memintanya menggantikan siapa pun untuk makan siang. Apalagi dengan kondisi seperti saat ini, terlambat. Karena itu artinya, Kendra akan menghadapi kesulitan. Meski dia tak tahu seberapa besarnya.

Kendra tahu bahwa Rossa sedang sibuk, tapi dia tidak bisa membayangkan ada yang melupakan janji makan siang dengan cara seperti itu. Rossa bahkan tidak menunjukkan isyarat penyesalan karena harus menunda pertemuan. Bahkan boleh dibilang jika Rossa tidak ambil pusing apakah laki-laki bernama Maxim ini akan marah karenanya.

Kendra hanya melambai ketika Neala menanyakan sesuatu. Telinganya sedang enggan bekerja sama. Menolak untuk mendengarkan kata-kata di sekitarnya. Karena sedang berkonsentrasi pada monolog di benaknya sendiri yang riuh rendah.

Gadis itu tidak bisa melukiskan perasaannya yang kacau balau. Dia punya firasat bahwa dirinya akan berhadapan dengan kesulitan besar. Rasa pengar mendadak meninju kepala Kendra. Gadis itu hanya mampu melakukan satu hal di saat genting seperti itu, berdoa.

“Ya Tuhan, beri aku pertolonganMu agar hari ini tak terlalu mengerikan.”

Lalu, dia menghabiskan beberapa saat dengan mengajukan permohonan lain pada Tuhan. Berdoa supaya orang bernama Maxim itu adalah tipe lelaki super baik yang tidak keberatan dengan kehadiran Kendra yang menggantikan Rossa. Berdoa semoga Maxim tergolong penyuka jam karet yang selalu terlambat datang ke sebuah acara. Berdoa semoga Maxim mengajaknya makan di tempat yang menyediakan makanan lezat dan tidak langsung mengusirnya.

Sebelum menstarter mobil, Kendra memanfaatkan ponselnya untuk mencari data tentang pria bernama Maxim ini. Dalam sekejap internet menyajikan beragam informasi. Lelaki berkulit putih yang wajahnya mengingatkan Kendra pada Criss Angel tanpa aksesori itu, terlihat ramah. Setidaknya, itulah yang ditunjukkan oleh foto. Apalagi profesinya sebagai kepala departemen penjualan sekaligus salah satu perancang sepatu prewalker untuk Buana Bayi.

Nama Buana Bayi bukanlah nama yang asing untuk Kendra meski dia belum memiliki anak. Mendapati fakta kalau dia akan berhadapan dengan perancang sepatu bayi, rasanya jauh lebih melegakan. Dibanding jika harus menemui atlet atau bintang sinetron terkenal.

“Semoga si perancang sepatu ini punya hati yang lembut. Kalau tidak, mana mungkin tertarik dengan dunia bayi, kan?” Kendra menghibur diri sendiri seraya menyalakan mesin mobilnya. Pemikiran yang sangat aneh, tapi Kendra tidak sempat mengoreksinya.

Gadis itu merasa tegang sepanjang perjalanan. Untungnya kondisi jalan raya cukup bersahabat, tidak membuat dirinya kian panik. Hanya saja Kendra gerah dan berkeringat karena cuaca yang panas dan pendingin mobilnya yang tidak bekerja entah sejak kapan.

Kendra akhirnya agak lega saat menerima W******p dari Rossa yang memberitahukan bahwa Maxim sudah setuju akan menunda makan siang mereka hingga pukul satu. Juga nama restoran yang sudah dipilih lelaki itu. Ketika akhirnya Kendra memasuki halaman parkir gedung perkantoran yang dituju, rasa leganya sangat luar biasa.

Kendra berusaha menerapkan prinsip Rossa yang ingin serba cepat itu hingga cukup menyesatkan dan membuat lelah. Seperti biasa, segala yang serba cepat justru tidak sesuai dengan dirinya. Kendra seorang yang ceroboh. Dia terpaksa kembali ke tempat parkir karena ponselnya tertinggal di mobil.

Benda berukuran kecil tapi terbukti sangat vital untuk segala aktivitasnya itu sangat sering tertinggal. Dalam waktu setahun terakhir ini, Kendra bahkan sudah mengganti ponsel hingga tiga kali. Gadis yang sedang terburu-buru itu kembali panik saat menyadari bahwa dia bahkan belum melihat penampilan teranyarnya.

Dengan udara yang panas, keringat yang menyerbu, dan sudah berjam-jam silam dia menyapukan bedak di wajah, Kendra sudah bisa menebak performanya. Tidak ingin kembali ke mobilnya yang sudah ditinggalkan cukup jauh, Kendra mendekat ke sebuah mobil double cab yang terparkir tidak jauh dari pintu masuk.

Sesaat, perempuan itu terperangah saat menyadari bahwa mobil itu adalah favoritnya, Chevrolet Colorado yang gagah. Mobil impian yang sangat ingin dimilikinya untuk menggantikan sedan butut yang umurnya tak akan panjang itu.

“Semoga suatu hari aku mendapat rezeki nomplok yang memungkinkan untuk memiliki mobil ini,” gumam Kendra dengan suara lirih.

Setelah melihat ke segala penjuru dan memastikan tidak ada yang memperhatikan tingkahnya, Kendra membungkuk. Dia baru saja hendak merapikan rambutnya dengan bantuan kaca jendela si Colorado yang gelap itu. Tiba-tiba, kaca jendela itu malah bergerak turun, membuat Kendra melompat mundur saking kagetnya. Astaga, mobil itu ternyata berpenumpang!

“Apa kamu tidak bisa masuk ke toilet dan berdandan di sana?” tegur orang yang berada di dalam mobil. Lelaki itu hanya menurunkan kaca jendelanya beberapa sentimeter hingga Kendra tak bisa melihat wajahnya. Itu adalah keputusan yang luar biasa bijak bagi gadis itu.

Kendra belum pernah merasa malu separah itu. Dia buru-buru menunduk, menggumamkan kata maaf yang tidak jelas, sambil buru-buru kabur dari tempat itu. Gadis itu setengah berlari menuju pintu masuk. Sesuai saran pemilik Chevrolet Colorado tadi, Kendra menuju toilet. Mencuci muka dan merapikan rambutnya di sana mungkin bisa meluruhkan rasa malunya juga.

Setelah merasa penampilannya tidak terlalu mengerikan, Kendra akhirnya ke luar dari toilet. Gadis itu sekali lagi membaca alamat restoran yang diberikan Rossa. Restoran yang menyediakan makanan Indonesia itu berada di lantai lima. Kendra pun bergegas menuju lift.

Saat melewati pintu masuk restoran, Kendra menjadi bingung karena ada beberapa orang pria sedang duduk sendirian. Meski dia sudah melihat sekilas wajah Maxim di internet, tapi Kendra tidak berani memastikan seperti apa tampilan asli pria itu. Tidak punya jalan lain, Kendra hanya bisa menelepon.

“Halo, selamat siang. Saya Kendra, dari The Matchmaker. Saya....”

“Saya ada di meja nomor dua puluh dua,” balas sebuah suara datar. Setelahnya hubungan telepon diputus begitu saja tanpa basa-basi. Kendra melongo dan cuma mampu menatapi layar ponselnya untuk sesaat. Memastikan bahwa pria bernama Maxim itu memang sudah mematikan telepon dengan tidak sopan.

Kendra menghela napas, terpenggal antara kesal dan tidak berdaya. Namun dia memantapkan hati, menyadari ini sudah menjadi tugasnya. Pramusaji mengantar Kendra ke meja yang dimaksud. Seorang pria jangkung segera berdiri di depannya sambil mengulurkan tangan. Kendra menyambutnya seraya memperkenalkan diri.

“Silakan duduk!” kata Maxim dengan suara yang sama sekali tidak ramah. Mendadak, Kendra meyakini itu menjadi semacam firasat buruk. Sepertinya tidak ada sosok pria ramah yang menjadi perancang sepatu prewalker yang ada di benaknya tadi. Maxim yang asli adalah pria jutek yang jauh dari sikap menyenangkan.

“Kamu terlambat tujuh menit. Tapi saya berusaha maklum. Karena sepertinya kamu benar-benar ke toilet untuk berdandan.”

Kata-kata Maxim membuat benak Kendra kosong untuk sesaat. Dan ketika akhirnya memorinya kembali, Kendra sangat ingin ada gempa bumi dahsyat yang membuatnya punya alasan untuk meninggalkan pria itu. Dan segera berlari menuju pintu darurat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
wkwkkw mati kutu langsung Ken
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dating with Celebrity   Epilog

    Seperti dugaan Sean, Maxim meradang sepulang dari Singapura dan mendapati kekasihnya sudah berkantor di tempat Sean. Lelaki itu berusaha keras membuat Kendra mempertimbangkan tawaran untuk bergabung di Buana Bayi. Ketika ditolak, Maxim mulai mengomel. Dia bahkan merasa bahwa Kendra sok idealis. Juga pemilik The Matchmaker yang sudah membuat keputusan tidak masuk akal. Bla bla bla.Kendra sampai merasa pelipisnya berdenyut. Padahal, gadis itu sudah berjuang untuk memberi tahu Maxim dengan bahasa seringan mungkin. Dia pun sengaja menunda mengabari sang kekasih setelah Maxim kembali bekerja di hari Senin. Kendra mendatangi ruang kerja Maxim setelah jam kantor usai.Awalnya, Maxim begitu senang karena pacarnya datang berkunjung. Namun begitu diberi tahu bahwa Kendra sudah empat hari bekerja di kantor Sean, Maxim pun langsung menunjukkan kekesalannya. Lelaki itu juga tak senang karena Kendra tak mengatakan apa pun saat didesak Rossa untuk mengundurkan diri. Sean yang menyus

  • Dating with Celebrity   Langkah Baru [6]

    Kendra terpana mendengar kata-kata Sean barusan. “Kamu ... apa?”Sean tidak buru-buru menjawab. Lelaki itu bersandar di kursinya dengan gaya santai. “Sebelumnya, aku cuma bilang kalau aku melakukan ini bukan karena Maxim. Tapi karena kamu sendiri, Ken.”Kendra yang tak paham maksud lelaki itu, mengerutkan glabelanya. “Maksudmu?”“Begini. Selama kamu mewakili The Matchmaker, aku menilai bahwa kamu adalah orang yang berkomitmen pada pekerjaan. Punya kemauan keras juga. Contoh nyata yang tak terbantahkan adalah bagaimana kamu bisa membujuk Maxim sehingga akhirnya bersedia mengikuti acara kencan yang masih diejeknya sebagai acara norak sampai detik ini. Buatku, itu adalah poin plus, Ken.”“Aku boleh menganggap itu sebagai pujian?” gurau Kendra.“Tentu saja! Karena itu memang pujian, kok!” sahut Sean. “Nah, sekarang kita sampai pada poin utamanya, yaitu tawaran pekerjaan yang

  • Dating with Celebrity   Langkah Baru [5]

    “Oke. Memangnya kamu kira aku ini laki-laki bawel yang akan melapor ini-itu pada Maxim? Nanti juga dia akan tahu,” kata Sean. “Tapi memang berita ini bikin aku kaget setengah mati. Tidak menyangka ada drama baru hanya karena kamu dan Maxim berpacaran. Lalu, masih ditambah lagi dengan Aiden. Ck ck ck.” Sean geleng-geleng kepala.“Itu bukan salahku,” Kendra membela diri, merujuk pada Aiden.Sean menyeringai. “Kamu ternyata penuh pesona ya, Ken. Aku tak bisa membayangkan seperti apa reaksi Maxim kalau dia tahu bahwa ada laki-laki kelas kakap yang jadi pesaingnya. Siap-siap saja diikuti pengawal pribadi yang akan memastikan kamu tidak diganggu oleh laki-laki mana pun,” guraunya.Kendra mencebik tapi akhirnya dia malah tertawa. Gadis itu merasa geli membayangkan Maxim yang pencemburu itu mengetahui jika ada pria lain yang menyukai Kendra. Namun di sisi lain, Kendra tahu Maxim sudah berjuang untuk sedikit berubah sehingg

  • Dating with Celebrity   Langkah Baru [4]

    Pertanyaan Sean itu mengagetkan Kendra. Tadinya dia mengira lelaki itu menelepon cuma untuk menganggunya karena Maxim sedang berada di Singapura. Atau sekadar memamerkan hubungan dengan pasangan kencan pilihan Sean di acara Dating with Celebrity yang masih berlanjut hingga kini.“Kamu tahu dari mana?” Kendra balik bertanya. Dia merasa heran karena Sean bisa mengetahui informasi itu.“Bisakah kamu datang ke kantorku, Ken? Kurang nyaman kalau harus bicara di telepon. Sementara sepuluh menit lagi aku harus bertemu dengan salah satu klien,” pinta Sean. “Aku punya waktu luang di atas jam tiga.”Kendra menjawab tanpa pikir panjang, “Oke. Aku akan ke kantormu. Mumpung sedang jadi pengangguran dan tak punya jadwal meeting dengan klien,” guraunya.“Sip, kutunggu ya, Ken.”“Eh iya, tolong jangan dulu ngomong apa pun soal ini pada Maxim ya, Sean,” sergah Kendra sebelum l

  • Dating with Celebrity   Langkah Baru [3]

    Setelah meninggalkan mantan kantornya, Kendra langsung pulang. Dia sempat mampir ke supermarket untuk berbelanja beberapa kebutuhan. Gadis itu juga membeli camilan dalam jumlah lumayan banyak. Mungkin dia akan menghabiskan satu minggu ke depan dengan bersantai di depan televisi sembari menikmati aneka makanan kecil.Selama ini, Kendra memang ingin mencari pekerjaan yang sesuai dengan disiplin ilmunya. Namun, itu menjadi cita-cita yang sengaja ditangguhkannya. Hingga detik ini, Kendra sama sekali belum serius berusaha untuk mencari pekerjaan lain di luar The Matchmaker. Akan tetapi hari ini dia harus menghadapi kenyataan yang sama sekali tak pernah terbayangkan. Jauh lebih mudah berimajinasi bahwa dirinya akan meninggalkan The Matchmaker atas keinginan sendiri, bukan karena dipaksa untuk membuat pilihan.Membayangkan dia sudah resmi menjadi pengangguran, Kendra pun menjadi luar biasa cemas. Mendadak, masa depannya terlihat buram dan gelap. Apa yang akan dilakukann

  • Dating with Celebrity   Langkah Baru [2]

    Kendra meninggalkan kantor The Matchmaker dengan kehebohan di belakangnya. Karena gadis itu memang tak menyembunyikan fakta yang sebenarnya. Dia tak mau kelak pengunduran dirinya malah diikuti dengan tuduhan ini-itu yang sama sekali tak benar. Karena tentunya Kendra tak lagi ada di biro jodoh itu untuk membela diri.Paling tidak, Kendra merasa berhak memberi tahu kebenaran versi dirinya. Terserah saja jika dianggap sikapnya kekanakan. Apakah setelah ini Rossa akan berkoar-koar tentang versinya yang bisa saja berbeda, itu masalah lain. Kendra tak mau memikirkan hal itu dan memusingkan sesuatu yang tak bisa dikontrolnya.“Kamu betul-betul harus mengundurkan diri?” Neala masih tak percaya. Kendra sengaja mengajak Neala dan Pritha ke ruang rapat supaya mereka bisa bicara bertiga dengan leluasa. Gadis itu merasa berutang penjelasan pada keduanya, orang-orang terdekat Kendra di The Matchmaker.“Iya. Untuk apa aku bohong?” komentar Kendra dengan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status