Share

Episode Balas Dendam Salah Kaprah [1]

Maxim bisa menangkap kekagetan di mata gadis itu. Kendra, begitu nama yang tadi didengarnya, nyaris tidak bernapas selama beberapa detik. Matanya terbelalak memandang ke arah lelaki itu. Tentu saja ucapan Maxim tadi sudah mengejutkan gadis ini.

“Bapak ... yang tadi berada di dalam mobil keren itu? Eh ... maksud saya di Chevrolet Colorado?” Meski agak tersendat, gadis itu berhasil juga menuntaskan kalimatnya.

Maxim mengangguk. “Ya, itu saya.”  Lalu dia menambahkan, “Jangan panggil saya ‘Bapak’! Cukup nama saja.”

“Baik,” kata Kendra sembari mengangguk.

Lelaki itu tidak berniat menjelaskan bahwa dia baru saja hendak membuka pintu dan keluar dari kendaraannya ketika mendadak ada seorang gadis yang memilih untuk berkaca di jendela mobilnya. Maxim tadi meninggalkan Buana Bayi untuk bertemu sebentar dengan ibunya yang sedang berada di rumah sakit, tidak jauh dari kantornya. Tentunya setelah Rossa menelepon tentang penundaan makan siang mereka. Juga seseorang yang menggantikan perempuan itu untuk menemui Maxim.

“Oh, ini benar-benar memalukan.” Gadis itu menutup wajahnya dengan kedua tangan. Namun posisi itu hanya bertahan kurang dari tiga detak jantung. Karena setelahnya Kendra menegakkan tubuh dan menurunkan tangannya. “Maaf, tadi itu memang kejadian yang konyol,” ucapnya dengan wajah memerah.

Maxim tidak tertarik untuk berbasa-basi saat ini. Terutama setelah apa yang dilakukan Rossa. Namun  dia tetap harus memiliki sedikit sopan santun. Menurut tebakannya, Kendra pasti belum sempat mengisi perut.

“Kamu mau pesan apa?” Maxim menyodorkan buku menu yang berada di dekatnya. “Silakan pilih yang kamu suka. Saya yang akan mentraktirmu,” tegasnya. Lelaki itu kemudian sibuk membaca daftar makanan yang tersedia. Ketika sudah memantapkan pilihan, pria itu memanggil pramusaji.

Maxim memesan satu porsi lontong medan dan caramel ice blended coffee. Sementara Kendra jelas terlihat tidak nyaman meski berusaha keras untuk menutupinya. Tadinya Maxim bahkan mengira jika gadis itu tidak akan memesan apa-apa. Akan tetapi, Kendra ternyata punya keberanian juga untuk memilih tekwan dan milkshake cokelat almond.

“Apa Mbak Rossa sudah menjelaskan kalau saya yang akan menggantikannya hari ini?” tanya Kendra. Gadis itu jelas tidak ingin Maxim memandangnya seperti  orang aneh.

“Sudah,” balas Maxim pendek. Tamunya tampak tidak puas dengan jawaban singkatnya. Meski demikian, Maxim tidak peduli. Sebab, hal itu sama sekali bukan masalahnya. Kendra dan Rossa yang harus menyelesaikan persoalan itu.

“Sebelumnya, saya benar-benar minta maag karena datang terlambat. Saya akan mulai menjelaskan tentang Dating with Celebrity. Acara ini....”

Stop! Saya lebih suka jika saat ini kita makan dulu dengan tenang,” sergah Maxim cepat. “Barulah setelah itu kita akan membahas masalah yang sudah membuat saya dan kamu harus berada di sini.”

Meski tampak tidak nyaman, Kendra akhirnya hanya mengangguk. Dan itu cukup melegakan Maxim. Saat ini dia sudah kelaparan dan tidak akan bisa bertoleransi mendengar penjelasan Kendra tentang acara reality show itu. Sehebat apa pun penjelasannya. Apalagi dia tahu bahwa cita rasa makanan yang sudah dipesannya tidak akan memuaskan. Namun  kadang orang harus mengesampingkan selera pribadi demi tujuan tertentu, kan? Itulah yang sedang dilakukan Maxim saat ini.

Keduanya berdiam diri dan disibukkan dengan pikiran masing-masing hingga lebih sepuluh menit setelahnya, menunggu pesanan mereka tiba. Maxim sebenarnya tidak terlalu suka makan di tempat itu. Menurutnya, makanan di restoran itu sama sekali tidak enak. Akan tetapi, kali ini adalah pengecualian. Semacam hukuman untuk Kendra yang sudah berani datang terlambat. Meski sebenarnya Maxim lebih suka jika dia bisa menghukum Rossa yang sudah membatalkan janji seenaknya.

Lelaki itu menyembunyikan senyumnya diam-diam saat melihat Kendra hanya mampu menelan tiga sendok tekwan sebelum akhirnya menyerah. Sementara Maxim sendiri harus berjuang keras menghabiskan setengah porsi makanan yang dipilihnya.

“Sudah bisa saya mulai sekarang? Sekali lagi, saya mohon maaf karena datang terlambat. Mbak Rossa berhalangan hadir karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan dan sama sekali tidak bisa ditinggalkan,” Kendra mulai bicara. Maxim yakin perempuan itu sedang berimprovisasi mencari alasan. “Sekarang, saya akan menjelaskan tentang acara Dating with Celebrity yang akan Anda ikuti.

“Tidak perlu!”

Bibir Kendra terbuka mendengar ucapan Maxim. “Maaf, maksudnya?”

Maxim menegakkan tubuh, menghapus segala ekspresi ramah yang bisa dibaca oleh manusia dari wajahnya. Matanya menatap Kendra dengan tajam. Ekspresi itu sudah dilatihnya selama bertahun-tahun dan selama ini sukses besar untuk mengintimidasi seseorang.

“Saya tidak ingin mendengar penjelasan apa pun tentang kencan konyol yang digagas oleh bosmu itu,” sahut Maxim dengan nada dinginnya yang sudah terkenal itu.

“Hah?” Bibir Kendra terbuka. Pupil mata gadis itu pun membesar.

“Apanya yang ‘hah’? Kamu sudah mendengar dengan jelas apa yang saya ucapkan tadi. Kamu sama sekali tidak salah dengar. Saya memang tidak tertarik dengan kencan dengan bantuan makcomblang yang kalian usahakan itu.”

Maxim menyaksikan Kendra menggigit bibir dengan gugup. Dia berani bertaruh jika gadis itu sedang bertarung dengan dirinya sendiri. Antara ingin menumpahkan protes di depan Maxim atau berusaha untuk bersabar.

“Pak Maxim....” Kendra berusaha bersikap formal.

“Maxim saja,” tegas lelaki itu. “Dan tak perlu pakai ‘Anda’.”

“Begini ... Maxim....” Kendra mulai bicara lagi, agak kaku saat menyebut nama lelaki itu.. “Saat ini di kantor saya sedang ada masalah. Katakanlah, chaos. Cukup merepotkan dan agak berbahaya. Dan orang yang bisa menyelesaikannya hanya Mbak Rossa. Karena sedang banyak hal yang harus diurus, mungkin Mbak Rossa lupa menghubungi kamu tepat waktu. Setelahnya, saya terpaksa diminta menggantikan beliau di saat-saat terakhir. Semuanya bisa dibilang serba mendadak.” Kendra berdeham pelan. Maxim melipat kedua tangan di depan dada dan bersandar senyaman mungkin.

“Lalu? Apa hubungannya dengan saya?” Maxim memandang Kendra.

Gadis itu terkesan tidak nyaman diperhatikan seperti itu. Terbukti, Kendra bergerak-gerak di tempat duduknya. Mungkin berusaha mencari posisi paling nyaman baginya.

“Ini situasi pelik yang tidak bisa dihindari. Saya tahu kalau kamu pasti merasa kesal. Karena terpaksa menunda makan siang. Selain itu, Mbak Rossa malah mengutus orang lain. Tapi, saya bisa memberi penjelasan yang cukup detail.” Gadis itu membuka messenger bag-nya yang cukup besar dan mengeluarkan setumpuk kertas dari dalamnya.

“Simpan saja kertas-kertasmu itu! Saya tidak akan tertarik.” Maxim menggeleng.

Kendra mengabaikan kata-kata Maxim. “Dating with Celebrity ini salah satu acara reality show yang sangat sukses. Sejak pertama ditayangkan, ratingnya stabil. Meskipun sampai saat ini belum ada pasangan yang berhasil bertahan hingga menikah. Tapi saya rasa acara ini sudah....”

“Kamu tidak mendengar kata-kata saya tadi, ya? Saya sama sekali tidak tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang acara yang tidak bermanfaat seperti itu. Apalagi sampai harus terlibat di dalamnya. Sama sekali tidak!” ucap Maxim dengan nada tegas. “Apa pun yang kamu katakan, takkan bisa membuat saya berubah pikiran.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status