Share

Bab 9

Penulis: Fitriyani
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-31 12:47:46

 

Sebuah undangan berwarna merah hati, cukup membuat Alya tercekat. Rasa bahagia yang tengah menyelimuti diri, perlahan sirna. Terlebih, yang memberikan undangan adalah si calon pengantin pria langsung.

 

Rei menghela napas, masih tak percaya jika dirinya akan segera menikah dengan orang yang tak pernah ia cinta.

 

"Selamat Pak, In Syaa Allah. Saya dan teman-teman, akan menyempatkan diri untuk datang."

 

Tenggorokan Alya, terasa kering. Berusaha tetap tegar, walau badai tengah menerjang hatinya.

 

Rei menatap Alya dengan tatapan sendu, tak mau mendengar kata selamat atau apa pun. Yang berkenaan dengan pernikahannya.

 

"Ada yang perlu saya bicarakan, tolong nanti menghadap ke ruangan!" titah sang Direktur, lantas melenggang pergi. 

 

Santi, yang berada tidak jauh dari tempat Alya. Menemukan satu keganjilan, dari tatapan mereka. Seperti sudah saling mengenal satu sama lain.

 

"Ada urusan apa kamu sama si Boss?" tanya Santi, niat untuk mengorek hubungan mereka semakin membuncah.

 

Alya mengangkat bahu, "Hanya urusan kerjaan, kamu pikir apa lagi?" 

 

Tak peduli dengan tatapan membunuh dari Santi, Alya tetap melangkah gontai. Masuk ke ruangan sang mantan, sama saja membawa hatinya ke masa kelam.

 

Rei memijat kening, rencana pernikahan ini tak boleh terjadi. Namun, jika ia menolak. Habislah keluarga mereka!

 

"Langsung aja, Bapak mau apa lagi manggil saya?" tanya Alya, begitu sampai di ruangan.

 

Rei meneguk saliva, ingin mengucap satu kata perpisahan pada wanita pujaannya.

 

"Maaf," sahutnya, sambil merutuki diri. Sebab, begitu pengecut.

 

"Untuk?" Alya masih berdiri, rasa benci membuatnya enggan untuk bersitatap langsung.

 

"Ap-apa boleh, aku meluk kamu?" Rei bertanya, jantungnya semakin berdebar kencang. Menunggu jawaban dari Alya.

 

Alya menatap heran, seminggu lagi sang mantan akan melepas masa lajang. Bersama wanita lain, tapi, kenapa ia malah meminta pelukan kepadanya?

 

Gelengan tegas Alya lemparkan, "Maaf Pak, saya tidak bisa mengabulkan permintaan Bapak. Kalau sudah tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, saya mohon undur diri."

 

"Untuk yang terakhir kali, Al. Sebagai tanda perpisahan, juga permintaan maaf dariku."

 

"Dua tahun kamu menghilang, dan sekarang. Kamu minta peluk? Kamu sadar nggak sih? Akan ada banyak orang yang terluka, atas keinginan kamu yang nggak masuk akal ini!"

 

Rei menghempaskan diri, jika meminta dengan baik tak diberi. Apa salahnya, ia memaksa?

 

Alya tetap berdiam di tempat, menunggu sang mantan membuka mulut.

 

Pria bertubuh tegap, memutuskan untuk bangkit dari kursi. Menahan napas, sebab apa yang akan dia lakukan. Mungkin saja membuat Alya murka.

 

Selangkah dua langkah, dan kini seolah tak ada jarak di antara mereka. Alya sendiri dapat menghirup dengan jelas, aroma parfum dari orang yang masih ia cinta.

 

Tiba-tiba saja, Rei memeluk Alya. Cukup erat, hingga membuat wanitanya sedikit susah untuk mengatur napas.

 

Tanpa perlawanan, Alya diam dan membiarkan Rei memeluknya. Buliran bening, jatuh berhamburan dari pelupuk mata keduanya.

 

"Maaf ... Akulah orang yang telah menorehkan luka di hatimu, Al.  Pergi tanpa memberi kabar, dan saat kita dipertemukan. Aku pura-pura nggak kenal, hanya untuk membunuh semua rasa. Tapi, aku kalah. Aku jelas belum bisa mengganti kamu dengan yang lain," tukas Rei, masih dengan posisi memeluk.

 

Rei menghapus air mata dengan kasar, "Peluklah aku Al, dan makilah aku. Atas segala rasa sakit yang sudah kamu alami."

 

Alya masih diam, tak tau harus menjawab apa. Di satu sisi ia benci, tapi, di sisi lain ia juga merindukan akan sosok Rei yang sudah mengisi relung hatinya.

 

Cklek! Pintu ruangan terbuka, tampak satu orang wanita dengan seorang pria muda. Seketika berdiri mematung, melihat pemandangan di depan.

 

Rei dan Alya, belum sadar dengan kehadiran dua orang di belakang mereka. Hingga satu tepukan tangan, membuat keduanya bergegas melepas pelukan.

 

Davin tersenyum getir, sebuah fakta baru cukup menikam hati, "Tolong jelaskan, sebenarnya ada hubungan apa antara Kakak dan Alya?"

 

Mey menatap Alya dari bawah hingga ke atas, kebencian sedang menyelimuti hatinya.

 

"Bebb, dia siapa? Jangan-jangan, wanita ini mantan kamu itu ya?" Mey bertanya, membuat Davin semakin penasaran.

 

Rei dan Alya, tak berani untuk berbicara apa pun. Perihal hubungan mereka berdua, terlalu sakit bila harus diungkit kembali.

 

Davin mendengus kasar, kenapa pula Kakak dan pujaan hatinya seolah sepakat untuk tetap bungkam, "Tolong jelaskan, Al!" Davin memohon dengan lirih, berharap ada titik terang atas keganjalannya selama ini.

 

Alya menggeleng lemah, serta merta menghapus laju tangis yang ia rasa begitu menikam hati.

 

"Hanya Kakakmu, yang berhak menjelaskan semua ini!"

 

Alya melempar pandangan pada Rei, harapan besarnya kini tertuju pada sang mantan.

 

"Betul, kamu dan Rei pernah pacaran? Bahkan sempat mau nikah?" Mey bertanya, begitu gemas melihat ketegangan di antara mereka.

 

Alya berhitung dengan situasi, jika ia berkelit. Rasanya sudah tak mungkin, terlebih sekarang ada Davin di hadapannya.

 

Mey mengguncang tubuh Alya, menuntut penjelasan lebih darinya.

 

"I-iya, aku ... Dan Rei pernah pacaran, juga gagal menikah."

 

Davin menghembuskan napas dengan berat, sebuah pengakuan dari Alya. Membuat dirinya limbung, bagaimana mungkin. Ia mencintai wanita, yang jelas-jelas adalah mantan sang Kakak.

 

"Aku ... Aku kecewa sama kamu Al," ucap Davin, lantas berlalu pergi meninggalkan ruangan yang terasa pengap.

 

Alya menutup mata, sudah menebak bahwa pria muda itu akan marah. Biarlah! Toh ia sendiri sadar, bahwa diri tak pantas bersanding dengan Davin.

 

"Kamu .... Kelilipan lagi Al? tanya Santi, saat Alya telah keluar dengan mata sembab.

 

Alya menggeleng lemah, sama sekali tak berniat untuk menjawab pertanyaan apa pun dari Santi.

 

Hubungannya dengan Davin, hancur lebur bahkan sebelum cinta mereka dimulai.

 

Entah ke mana Davin sekarang? Akankah rasa kecewa membuat dirinya berpaling? 

 

"Mbak Alya, ada Pak Putra juga Bu Vita di Kantin. Katanya, mereka ingin bertemu dengan Mbak," ucap Security, menambah beban baru dalam dirinya.

 

Santi dan Alya bertukar pandang, masih tak menyangka jika staff biasa seperti Alya. Menjadi sorotan terkini.

 

Alya beranjak dari kursi, bergegas menemui mereka. Berharap, tak terjadi hal apa pun pada dirinya nanti.

 

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dear Mantan   Bab 34

    "Oooh, jadi ... kamu dan Alya, clbk? Memanfaatkan situasi di saat aku nggak ada, bravo! Kalian memang pasangan serasi, dilihat dari sisi mana pun." Davin, mendelik tajam. Tak sangka, hari kedua akan kepulangannya justru disambut dengan kabar duka.Sang Mama, menatap nanar. Ia mengusap wajah, takut kedua putranya akan kembali berkelahi. Seperti yang sudah-sudah, hanya karena wanita miskin di depannya."Davin, maafkan Kakak. Bagaimana pun, yang namanya cinta nggak bisa dipaksa. Biarkan kami bahagia!" Rei, menekan tiap kata. Ia sudah berjanji, akan mempertahankan hubungannya dengan sang pujaan walau apa yang terjadi nanti.Davin tersenyum getir, "Bagaimana bisa, kalian kembali berhubungan? Bukankah Alya, sudah menikah?"Rei menarik napas, bersiap merangkai kata. Apa pun tanggapan Davin, ia sama sekali tak peduli!"Mer

  • Dear Mantan   Bab 33

    "Lelah." Alya menghela napas panjang, menatap sekeliling rumah. Sepi, pastilah kedua orangtuanya sedang berada di luar.Rey ikut masuk, memejamkan mata akibat rasa lelah yang sama. Belum lagi untuk menghadapi kedua mempelai, amat mengesalkan."Eh, kamu kok, nggak pulang?" Alya bertanya, heran juga kesal."Santai dululah, aku juga capek. Bikinin minum atau apa kek!" Alya mendengkus, sikap bossynya muncul kembali. Meski begitu, ia tetap melangkah menuju dapur.Teringat akan Jimmy dan Risma, tampak serasi dilihat dari sisi manapun. Wajar jika ia cemburu, mereka belum lama bercerai. Terlebih dengan penolakan Laura, amat menikam hati."Nih," ujarnya. Meletakan segelas air putih, "Sorry, hanya ada itu."Rei tak peduli, menghabiskan minumannya dengan tandas. Begitu lega, bisa sedikit mengobati

  • Dear Mantan   Bab 32

    "Loh, kamu ... Ada undang mereka, sayang?" Jimmy bertanya, menatap Risma. Istri barunya, menuntut jawaban dengan rasa tak sabar.Alya berdiri tegak. Tangan ia biarkan bergelayut manja pada pria di sampingnya, Rei Saputra. Siapa sangka, takdir akan mempertemukan mereka kembali pada kondisi berbeda.Pesta megah. Dengan hingar-bingar musik, menjadi hal paling memuakan untuk Alya. Masih pantaskah ia cemburu? Wajarkah? Padahal, perceraian mereka belum lama. Jimmy berlaku seakan tak sabaran, ingin kembali mereguk indah seorang wanita."Iya dong, sayang. 'Kan Alya juga pernah jadi bagian kita," sahut Risma. Mengelus dada pujaan hati, yang akhirnya bisa ia dapatkan jua."Begitu, yasudahlah. Pastikan, pasangan khianat itu tidak berbuat kerusuhan." Ucapan Jimmy, cukup telak membuat hati Alya terkoyak bukan main.

  • Dear Mantan   Bab 31

    "Masih pagi, dan kamu ... Udah rajin banget buat datang ke sini? Ck!" Alya mendengkus sebal, terpaksa menyambut sang tamu yang tak diundang itu.Pria di depannya mengendikan bahu, cuek. Lantas meletakan dua plastik, yang berisi makanan dan minuman. Ia belum sarapan, itu sengaja dilakukan demi melakukan pendekatan.Tanpa malu, Rei menyantap sekotak makanan untuk dirinya. Mengabaikan tatapan tidak suka dari wanita, di depannya."Duduklah, temani aku makan!" titahnya, mendongak demi melihat sang pujaan.Alya memejam, merasa takdir amat kejam. Ia yang terus mencoba move on, justru terus-menerus dipertemukan dengan si tersangka utama."Aku nggak laper!" sahutnya, terpaksa duduk. Dengan mulut yang sesekali menguap."Yakin?" Rei bertanya, lantas membuka bungkusan plastik.

  • Dear Mantan   Bab 30

    Keluarga Mey masih berduka. Pria asing yang tak mereka sukai, bahkan memilih untuk tidak menunjukan diri. Demi menghindari pertikaian, apalagi Rei dan keluarganya selalu ada. Meski benci, kecewa, mereka tetap hadir karena ikatan yang masih jelas terukir.Air mata, menjadi satu-satunya bukti. Bahwa telah kehilangan orang yang dicinta, dan Mey. Amat menyesal, sempat memutukan kabur demi keegoisannya sendiri.Ia tahu betul, penyesalan tak akan bisa membuat sang Papa kembali. Kini, hanya untaian doa dan kata maaf. Untuk semua hal yang pernah terjadi, meski berat tetap harus dijalani bukan?"Setelah ini, apa rencanamu selanjutnya Rei?" tanya sang Mama, mendesah resah. Menatap anak, yang selalu ia kekang selama hidup."Entahlah, Ma. Kita pikirkan nanti, setelah duka ini berjalan lama." Ia hendak melangkah. Namun, dicegah Papanya yang heran a

  • Dear Mantan   Bab 29

    Tiga bulan pencarian, akhirnya Mey ditemukan dalam keadaan mengkhawatirkan. Dengan hanya mengenakan daster lusuh, ia duduk di rumah besar sang suami. Justru seperti orang asing, mereka yang menatap wanita itu seakan tak percaya akan perubahan tersebut.Bahkan, Mama Rei. Sempat berteriak histeris, meski akhirnya ia memeluk menantu tersayang. Menghujaninya dengan permintaan maaf, sebab mengabaikan segala kesakitan yang telah dirasa oleh seorang Mey."Cepat katakan, Mey. Siapa dia?" tunjuk sang suami sah, pada pria asing di sampingnya.Kini, semua tatapan memandang lekat pada pria yang disinyalir membawa Mey kabur. Mereka membenci, bahkan mengutuk!Mey, merasa tenggorokannya makin tercekat. Mimpi buruk saat anak buah Rei, bisa mempertemukan tempat persembunyiannya.Tubuhnya makin me

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status