Share

04. Perasaan

Masih haruskah mengintip dasar hati, kalau kenyataannya dia masih cinta mati?

๐Ÿƒ๐Ÿƒ๐Ÿƒ

DARIPADA memusingkan perasaan mantan pada dirinya yang sekarang. Dia lebih memilih pusing memikirkan perasaannya sendiri yang tak kunjung menemukan titik terang.

Sembilan tahun memang panjang. Sangat panjang, sampai cukup untuk membuat seseorang berubah secara signifikan.

Aji atau Galih, jika memang orang yang sama, jelas-jelas dia telah berubah drastis. Dia makin tampan, makin dewasa, makin gagah, mempesona, dan satu lagi dia sangatlah mapan. Lahir di keluarga kaya raya dan kini malah menjadi bosnya.

Bagaimana Dara bisa lepas dari pesonanya, jika dalam sembilan tahun terakhir otaknya hanya memikirkan keadaan mantan kekasihnya?

Dara tidak benar-benar bisa move on dari Aji. Move on bagaimana, kalau setiap malam dia masih suka galau sendiri. Dia yang memilih memutus hubungan, tapi dia juga yang menyesal setengah mati.

Apakah ada yang lebih mengenaskan nasibnya daripada seorang Dara?

Dara mendesah kasar. Dia percaya jodoh tidak akan ke mana dan kembalinya Aji di hidupnya benar-benar menyakinkan bahwa pria itu adalah jodohnya.

Jadi, dia hanya perlu merendahkan harga diri, meminta maaf atas kejadian sembilan tahun lalu, dan mulai mengajak Aji kembali seperti dulu. Jika tidak bisa sebagai pacar atau calon suami, sebagai teman pun sudah cukup.

Begitu jam kantor usai, Dara berniat menjalankan misinya itu. Galih keluar dari ruangannya dan Dara mengikuti langkahnya tanpa ragu. Teman-temannya sudah pulang lebih dulu, Dara terbiasa pulang terlambat untuk mengejar pekerjaannya yang belum kelar dan itu benar-benar menjadi kesempatan emas, karena Galih belum keluar dari ruangannya juga saat itu.

"Saya minta maaf," kalimat pertama yang keluar dari mulut Dara begitu keduanya berada di lift yang sama.

"Apa kesalahanmu?" Nada suaranya bak air mengalir dari pegunungan, tenang, dan menghanyutkan. Namun suaranya juga terdengar dingin hingga sanggup membekukan perasaan.

Dara menelan ludah susah payah, tampak menimang-nimang sebelum lanjut mengatakannya. "Maaf karena hari itu saya memilih mengakhiri semuanya."

Dara bisa melihat pria itu menegang di tempatnya berdiri. Lift masih berjalan, sebentar lagi mereka sampai lobi. Dia tidak punya banyak waktu, jika dia tidak segera berbicara lagi.

"Saya benar-benar sedang kacau saat itu. Mungkin kamu membenci saya setelah peristiwa waktu itu, tapi sebagai salah satu staf kamu sekarang, saya ingin berbaikan dengan kamu."

Galih menoleh. "Hanya itu yang mau kamu katakan?"

Dara mengangguk.

"Baiklah, akan saya perjelas semuanya sekarang. Saya tidak pernah membencimu. Saya belajar banyak hal setelah peristiwa itu dan saya mengerti, semua yang kamu lakukan waktu itu memang benar untuk saya, karena kenyataannya saya memang tidak bisa setia setelah kamu mengakhiri hubungan kita."

Pintu lift terbuka, Dara menahan dirinya untuk keluar lebih dulu, karena ia merasa kalimat Galih masih menggantung di udara.

"Dan saya harap, kamu tidak begitu terpaku dengan masa lalu kita, karena saya tidak bisa berjanji untuk kembali lagi denganmu."

Apa maksudnya itu?

Jika sesuai pendapat teman-temannya tadi siang, Galih jelas masih memiliki rasa padanya. Walau mungkin hanya setipis kertas dan lebih dominan amarah, tapi pria itu masih menyimpan nama Dara di dasar hatinya.

Galih keluar, Dara mengejar. Langkah Dara memelan begitu melihat sesosok wanita yang ia kenal cukup baik menghampiri Galih dan langsung mencium pipinya.

Samar-samar, Dara masih bisa mendengar percakapan mereka.

"Menunggu lama?"

"Lumayan," Wanita itu melirik Dara dan menunjuknya dengan terang-terangan, "kamu kenal sama dia?"

Galih mengerling sekilas sebelum mengangkat bahunya. "Dulu sekolah kami sebelahan, dia adik kelasku."

"Hanya itu?"

Galih mengangguk.

"Yah, aku juga nggak yakin cewek jelek dan miskin kayak gitu mantan pacarmu, sih. Nggak level banget sama kamu soalnya."

Ada yang sakit, tapi tidak berdarah. Dara memegangi jantungnya agar tidak melompat keluar. Matanya menatap Galih yang menarik wanita itu memasuki sebuah mobil yang ia kenal baik milik Felicia, anak divisi marketing yang memang dari awal masuk tidak pernah menyukai Dara.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status