“Apakah kau ingin berganti di sini?” tanya Alex melihat Bian yang ingin melepas dressnya di hadapan Alex yang membuat darahnya berdesir.Bian mengerjap tak mengerti. “I-iya, memang kenapa?”Alex menepuk dahinya, berkali-kali dirinya sudah menasihati Bian agar bersikap layaknya seorang perempuan dan tidak sembarangan membuka bajunya di depan orang lain, namun tak pernah ia indahkan.Bahkan terkesan masuk telinga kanan keluar melalui telinga kiri.“Oh ayolah, kau kan bukan orang lain. Bahkan kau sudah melihat tubuhku berkali-kali, tak mungkin bukan kau terangsang dengan tubuh imitasi milikku ini?” Bian berkata dengan cuek lantas melepaskan dress dengan santai beserta dalamannya, membuat Alex memalingkan wajahnya dengan kesal.“Terserah padamu, kalau kau tetap bersikap cuek seperti itu jangan salahkan orang lain jika kau nantinya dilecehkan!”“Sudah. Aku sudah selesai ganti baju,” ucap Bian melirik Alex dan merasa heran karena dirinya belum juga berganti, tubuhnya basah kuyup kalau tidak
Malam sudah benar-benar menyapa hingga segala yang bisa dilihat mata berubah menjadi pekat dan kelam.“Sebaiknya kita masuk ke dalam rumah, biasanya akan banyak hewan yang suka berkeliaran di sekitar sini. Jangan sampai kita jadi santapan untuk makan malam mereka,” ajak Alex.Bian terperangah, mendadak kesal dan takut. “Kenapa kau baru bilang sekarang setelah sekian lama kita terdiam di sini?” Ucapnya dengan wajah tertekuk.“Bahkan saking gelapnya tempat ini, aku tidak tahu harus melangkah ke arah mana?!” lanjut Bian.Alex mendesah pelan. “Apakah kau tak membawa ponselmu? Kau bisa menggunakan cahaya flash untuk menerangi jalan.”Bian menggeleng lemah. “Aku lupa membawanya, ponselku ada di dalam paper bag bersamaan dengan baju-bajuku dalam mobil.”“Sudahlah, kita ambil nanti setelah menghidupkan generator listrik untuk pencahayaan. Sebelum itu, kau ikuti aku,” ucap Alex, menyetel arloji di tangannya dan menghidupkan cahaya darinya. Cahaya yang terang layaknya sebuah senter menerangi j
Bian terkejut bukan main ketika bibir Alex menempel di bibirnya yang membuat degub jantungnya berdetak tak karuan bagaikan pacuan kuda. Demi apapun, bahkan Bian sama sekali tak menyadari hal itu karena hatinya begitu sedih karena merasakan kenyataan yang ada.Marah, sedih, kecewa bercampur aduk jadi satu. Apalagi ciuman itu juga merupakan pertama kali baginya. Dan yang membuatnya marah adalah bukan dengan Amara ataupun dengan seorang perempuan, melainkan dengan seorang laki-laki yang telah mencuri ciuman pertamanya.Bian mendorong bahu Alex dengan kedua tangannya yang membuat ciuman mereka terlepas.Bian marah dan langsung memukul dada Alex. “Apa yang telah kau lakukan? Bisa-bisanya kau melakukan ini padaku, dasar kau baji ... “ ucapan Bian terhenti dan disusul dengan suara pekikan.Alex mencengkeram kedua tangan Bian dan di tumpu dengan dijadikan satu di tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya ia sisipkan di belakang kepala Bian lantas menciumnya lagi.Melumatnya dengan pelan yang
Alex menghampiri Bian yang tengah berbaring sambil membaca sebuah buku, setelah perdebatan yang begitu alot yang disertai janji tak akan menyakiti Kiara juga tak akan menggunakan hati dalam menjalankan misinya, Akhirnya Al3x diperbolehkan melanjutkan tugas untuk menghandle Bian.“Alea ... “ Alex menyapa Bian ketika sudah berada di sisi ranjang di mana Bian berbaring.Bian tak menjawab, masih fokus dengan buku di tangannya.“Hari ini kita akan kedatangan seseorang yang akan mengajarkanmu bagaimana menjadi Nyonya Azalea yang anggun. Lalu aku akan memberikan berkas berisi biografi tentang dirinya. Jadi, bersiap-siaplah, kita akan menemuinya di ruang tamu,” ucap Alex.Bian mengangguk, menutup buku di tangannya lantas bangkit kemudian berkata, “Aku mengerti. Kau keluarlah, aku akan ganti baju dan akan menemui kalian di sana,” sahut Bian dingin lalu melangkah menuju kemari namun tangannya dicekal oleh Alex.“Alea, bisakah kita bicara sebentar?” Pinta Alex.Bian menghempaskan tangan Alex kua
Alex membaringkan Bian di atas ranjang kemudian memberikan obat penghilang nyeri padanya yang ia ambil dari kotak obat beserta sebotol air mineral.“Minumlah!” Titah AlexTanpa menjawab, Bian mengambilnya dan langsung meminum obat itu lantas berkata, “Aku sudah meminumnya, kau sudah bisa pergi.”Dingin dan datar, seakan tak pernah berinteraksi dengan Alex sebelumnya dan kembali ke awal lagi.Alex menghirup nafas dalam-dalam dan menghembuskannya kasar, ia begitu kesal dengan sikap Bian yang mendorongnya jauh seakan mereka merupakan orang asing.“Alea, aku tahu kau marah, Kau bisa memarahiku ataupun memukulku jika kau mau, tapi jangan bersikap begini. Aku mohon, katakan sesuatu padaku,” ucap Alex mengiba.“Bukankah sudah aku katakan bahwa di antara kita tak ada hubungan apapun, dan aku sudah menyuruhmu untuk melupakannya. Selain statusku sebagai tawanan, kita tak sedekat itu. Jadi, jangan berdelusi bahwa kita berada dalam tahap saling mencintai karena aku tahu semua itu adalah omong ko
Acara berlangsung dengan lancar, kini mereka tinggal menunggu reaksi dari Barma. Arshaka juga sudah mengirimkan mata-mata terbaik yang disebarkan di seluruh penjuru kota.Pesta yang juga diselenggarakan khusus untuk segenap relasi dan koleganya juga untuk memperluas jaringannya. Apalagi kehadiran Jordan Orwell Moses dengan pengakuannya akan cucunya Arshaka serta penyerahan untuk mengakuisisi seluruh perusahaan dari kakek buyutnya, Gabriel Orwell Moses semakin membuat orang-orang yang hadir berdecak kagum dan sebagian pula semakin segan terhadapnya.Setelah berunding dengan Alex, Arshaka pulang dengan Alana. Sedangkan Alex bertugas untuk mengantarkan Bian ke tempatnya dengan selamat.Alex pergi dengan diiringi oleh banyak pengawal untuk memastikan keselamatannya, karena setelah ini mereka harus ekstra waspada akan situasi dan kondisi apapun.Karena tak ada yang tahu, dari mana dan bagaimana Barma akan muncul meskipun Arshaka sudah menempatkan banyak mata-mata.“Tuan Bian, sepertinya ada
Alex langsung menghubungi para pengawalnya. “Apa yang terjadi?” Tanyanya dengan geram.“Kita diserang, Tuan. Kami akan mencoba menghalangi laju mereka agar Tuan bisa secepatnya pergi ke tempat yang aman,” ucap Kepala pengawal.“Kalau begitu, segera gunakan planing B!” titah Alex kemudian melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi.“Alea, kencangkan sabuk pengamanmu!” Seru Alex, matanya fokus memperhatikan jalanan.Bian menuruti perkataan Alex dan langsung mengencangkan sabuk pengamannya dengan perasaan cemas.Kendaraan melaju membelah jalanan yang tak begitu ramai meninggalkan para pengawalnya yang sedang baku tembak dengan pasukan musuh.Alex tetap melajukan kendaraannya masih dengan kecepatan tinggi hingga di perempatan jalan dua buah truck telah menunggu kedatangannya.Dan ketika kendaraan yang ditumpangi oleh Alex dan Bian melintas, kedua truck itu mengejar mereka beserta beberapa kendaraan lain yang mengikuti.Bian melihat ke belakang, ketika menyadari mereka diikuti Bian sed
“Cepat siram bedebah itu!” titah lelaki berperawakan tinggi dengan sorot mata tajam, tak lupa senyum miring yang menghiasi bibirnya melihat seorang tawanan yang terikat di kursi di depannya.“Baik, Bos,” jawab anak buahnya lalu mengambil air yang telah disediakan di sebuah ember dekat kakinya itu lantas menyiramkannya secara kasar.Serta merta lelaki yang ditawan itu tersadar dari pingsannya lantas terbatuk-batuk hingga matanya memerah lantas menatap tajam ke arah lelaki yang sedang tertawa menatap dirinya.Suara tawa menggelegar memenuhi sudut ruangan, begitu puas dan terdengar mengerikan tanpa penyesalan.“Barma!”Tawanya semakin kencang manakala ia mengetahui bahwa lelaki di depannya itu mengenali dirinya.“Ya, ini aku. Apa kau terkejut berada di sini? Aku harap kau senang berada di sini, anggap saja rumah sendiri,” ucap Barma dengan senyum mengejek.Barma lantas berjalan mendekat, mengangkat tangannya lantas mengangkat dagu sang tawanan. “Kau memang anjing kesayangan Arshaka yan