Share

Bab 2 - Godaan

Setelah upacara pernikahan selesai, Davina mengikuti langkah dari pria yang kini sudah menjadi suaminya untuk memasuki ruangan VVIP di hotel bintang lima Dawson group.

Begitu memasuki ruangan, matanya langsung terpaku oleh luas kamar dengan segala furniture mewah di dalamnya.

'Wow.' Davina berseru takjub dalam hati. Ia takut-takut untuk menyentuh lampu meja berwarna emas dengan hiasan kristal di sekelilingnya.

Semoga saja tangannya yang bar-bar tak bertindak ceroboh karena gugup dan membuat kristal-kristal itu rontok dengan sendirinya.

Usai menyentuh, Davina tersadar ada sorot yang mengawasi. Dia pun langsung mengangkat pandangan, melihat sepasang netra hitam gelap itu tengah menatapnya dalam.

Kaget, Davina tersentak dan langsung membuang pandangan ke arah lain. Dia dengan gugup langsung berujar, “A-aku akan mandi terlebih dahulu…”

Sebelum melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, sekali lagi, Davina menatap punggung pria yang telah menjadi suami sah baginya di mata negara. Pria itu masih menatapnya diam, tapi kemudian menganggukkan kepala setuju sebelum berjalan ke arah balkon.

Itu adalah interaksi pertama mereka sejak pertama bertemu.

Melihat pria itu kemudian menghidupkan rokok dan mengepulkan asapnya ke udara, Davina cepat-cepat masuk ke dalam kamar mandi. Kentara jelas suaminya sedang tidak ingin diganggu.

Tak butuh waktu lama, Davina keluar mengenakan jubah mandi yang disediakan pihak hotel. Matanya terusik oleh sosok tampan yang telah berpindah dari balkon menuju sofa. Pria itu duduk sambil memangku laptop dengan jemari yang menari-nari di atas tuts keyboard.

‘Dia bahkan tetap bekerja di hari pernikahannya. Tak heran dia dinobatkan sebagai pengusaha muda sukses tahun ini.' Davina meneliti wajah tegas yang tengah serius menatap layar laptop.

Lalu tiba-tiba, manik yang tadi mengarah ke layar laptop bergeser ke arahnya, membuat Davina tersentak kaget. Hal itu diikuti dengan suara layar laptop yang ditutup dengan keras dan tubuh tinggi menjulang yang berjalan menghampirinya.

‘A-apa yang akan dia lakukan?’ batin Devina dengan jantung berdebar cepat.

Saat pria itu hanya berjarak satu langkah dari dirinya, Davina menahan napas. Tapi kemudian, dia menyadari pria itu hanya melewatinya tanpa kata dan masuk ke dalam kamar mandi.

BRAK!

Pintu terbanting menutup.

‘A-ah … dia hanya mau ke kamar mandi,’ pikir Davina seraya menghela napas. Dia pun kembali menatap ke depan, pada ruangan di hadapan. 'Sekarang, apa yang harus kulakukan.'

Tidur duluan akan sangat tidak sopan, tapi berdiri terus juga sangat konyol.

Akhirnya, Davina memutuskan duduk di sofa seraya berusaha merapikan rambutnya yang setengah basah.

Seiring waktu berjalan, Davina mulai menguap. Hari ini terlalu melelahkan baginya, mengingat tadi di pesta dia harus terus memasang wajah bahagia dengan penuh paksaan.

Tanpa sadar, pandangan Davina menatap ranjang king size yang sengaja dipersiapkan pihak hotel untuk menyambut para pengantin. Sprei putih bersih itu dihiasi taburan kelopak bunga mawar merah membentuk hati dan di bagian tengahnya diletakkan dua angsa yang saling mengait—dibentuk dari handuk.

Pemandangan itu seketika memicu rona merah di pipi Davina, pikiran memalukan muncul begitu ia mengingat bahwa malam ini seharusnya malam pertama baginya bersama sang suami.

'Tidak! Aku tidak boleh membayangkan hal seperti itu!’ Gadis itu menepuk-nepuk wajahnya. ‘Ayolah, Davina, jangan lupa. Pria itu tidak menyukai wanita!’

Berusaha menepiskan pikiran buruk itu, dia pun meraih remote TV dan gegas menekannya.

Tak disangka, layar televisi menampilkan berita tentang pernikahannya dengan Lucas. Namun, sorotan utama adalah suami barunya itu.

Dikatakan oleh pembawa berita bahwa pernikahan calon pewaris Dawson Group itu dengan putri satu-satunya keluarga Carter telah berhasil menghapus rumor yang selama ini beredar, bahwa Lucas Dawson adalah penyuka sesama jenis

"Rumor, katanya?" gumam Davina dengan senyum tak berdaya. “Padahal, itu memang benar adanya.”

"Apa yang kau lihat?"

Davina terkejut dengan suara yang muncul dari arah belakangnya, ia terlalu serius dengan tontonan di depan mata hingga tak menyadari kehadiran Lucas yang sudah keluar dari kamar mandi!

Davina buru-buru mematikan televisi dan melemparkan remote ke sofa. Dia masih memunggungi Lucas.

"Eh, tidak. I-itu …" Davina berniat mengelak, tapi kemudian helaan napas terdengar. Masih lebih baik jujur. "B-berita tadi menampilkan rumor mengenai dirimu yang ….” Dia tak enak melanjutkan.

"Kau mempercayai rumor sampah seperti itu?" tukas pemilik suara itu sinis.

Sontak, Davina berdiri dan berbalik. “B-bukan … maksudku—”

Namun, ucapannya terhenti saat pandangannya dihadapkan langsung dengan dengan dada bidang telanjang, serta bagian pinggang yang hanya dibalut handuk putih—pemandangan yang memamerkan tubuh kekar dengan deret otot yang tercetak rapi di perut seorang Lucas Dawson.

Davina mendelik kaget dan buru-buru memalingkan wajahnya yang merah padam ke arah lain. Ia beringsut mundur, tapi gerakannya segera terhenti.

Lucas menarik pergelangan tangan Davina, lalu dengan gerakan cepat, sebelah tangan pria itu melingkar ke pinggang tubuh ramping sang gadis, mengikis jarak di antara keduanya. Jemari Lucas terayun untuk mengelus rahang Davina dan mengangkat dagu wanita itu dengan kasar, memaksa Davina untuk menatapnya.

"Apa kau penasaran?"

Pertanyaan yang diiringi nada mengejek dan senyum sinis itu membuat Davina melebarkan matanya, takut.

"Ti-tidak," sahutnya terbata.

Hati Davina menjerit panik, ia berusaha keras untuk melepas tangan kekar Lucas yang mencoba untuk turun menyusuri pinggulnya. Meski tubuhnya terbalut oleh jubah mandi, tapi sentuhan itu mampu membuat tubuh Davina meremang.

"A-apa yang kau lakukan? Lepaskan aku." Davina menggeliat. Menarik tubuhnya agar lepas dari dekapan erat itu.

Namun yang terjadi justru sebaliknya, pria itu menghempas tubuhnya ke atas ranjang.

“Ah!”

Davina memekik kaget. Kemudian, saat ingin bangun, Lucas telah berada di atasnya–mengungkungnya.

"Kenapa? Takut?"

"Tidak," sergah Davina bergetar. "Lebih baik kau segera kenakan pakaianmu," alihnya dengan wajah dibuang ke samping.

Pria itu mendengus kasar. “Lalu kenapa menghindar?”

Davina menggertakkan gigi dan berbalik menatap Lucas. “Kau masih setengah telan–” Dia langsung menutup mulutnya lagi dan kembali membuang wajah. “G-gunakan saja pakaianmu!”

Reaksi Davina membuat sudut bibir Lucas semakin meninggi. Rona merah di wajah manis itu, bibir yang digigit gugup menggemaskan, juga dua tangan yang terapit di depan dada seperti seorang hamster yang ketakutan dimangsa.

Tidakkah dia menggoda?

Lucas pun semakin mengimpit tubuh Davina, membuat wanita itu memekik kaget. Kemudian, dia mendekatkan wajahnya dan berbisik di telinga wanita itu, "Bukankah ini malam pertama kita?" Desah suara berat itu.

Tangannya menarik lepas tali pengikat dari jubah mandi di tubuh yang bergetar di bawah dekapannya.

"Jadi, untuk apa mengenakan pakaian jika kita akan membukanya lagi?"

*****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status