Share

Bab 3 - Malam Pertama

Davina menatap ngeri senyum sinis disertai mata yang menatapnya nyalang.

"Bu-bukankah kamu …"

Ia tak sempat meneruskan kalimatnya, bibirnya telah dibungkam dan dilumat cepat dan dalam oleh bibir milik Lucas.

"Hmm …"

Davina berusaha keras untuk mendorong tubuh yang menindihnya. Namun sulit … sentuhan hangat di bibirnya seakan membuat seluruh tubuhnya hingga tak bertenaga.

Ia mendesis tajam saat bibir pria itu beralih menuruni lehernya, meninggalkan jejak hangat dan basah kemerahan yang mencerminkan gairah dan gelora. Terus turun sampai akhirnya menyentuh satu dari dua titik sensitif yang berada di dadanya, memaksanya untuk mendesah nikmat.

Tindakan itu membuat Davina mendelik, menghempas logikanya akan deretan kabar buruk yang beberapa hari lalu ia baca dari situs-situs online.

'Jurnalis gila mana yang membuat berita sampah seperti itu! Mana mungkin seorang pria yang menyimpang bertindak seperti ini?!'

“Ngghh …”

Davina hanya mampu menggeliat resah saat jubah mandi yang dikenakannya meluncur turun dari balik bahu, tubuhnya telah dibuat lemah tidak bertenaga setelah Lucas berkali-kali menyerang titik sensitifnya.

Bahkan saat lengan kekar itu mengurung tubuhnya di atas ranjang, Davina hanya terdiam di bawah sorot dingin, seolah-olah terhipnotis oleh setiap tindakan yang pria itu lakukan.

Dari sesuatu yang Davina rasakan mengeras dan terus menggesek bagian bawahnya, dia tahu, Lucas mulai terbakar gejolak gairah. Pria itu bergerak lebih intens untuk menyentuh, membelai, serta memuja setiap jengkal kulit putihnya yang terekspos.

"Akh! Jangan …," rintih Davina tertahan.

Ia melenguh panjang saat bagian sensitifnya disentuh dengan lembut. Akal sehatnya seketika tenggelam di bawah dominasi gairah hingga tidak menyadari saat desahan tiba-tiba saja mengalun merdu dari bibirnya. Suara mendayu yang untuk pertama kali ia dengar seumur hidupnya.

Desahan itu membuat mata Lucas memancarkan kilatan nafsu. Selagi tangannya sibuk bergerilya di bawah sana, bibirnya mendarat di leher Davina, meninggalkan cetakan dalam berwarna kemerahan layaknya bunga yang merekah.

Melihat mahakaryanya, Lucas mendengus puas, terlebih saat setiap tindakannya membuat Davina semakin lama semakin lepas kendali.

“H-hentikan …,” pinta Davina dengan mata berair. Dia sadar ada yang salah karena otaknya mulai menjelma seperti kertas putih, kosong.

Namun, Lucas tidak berhenti. Jari-jari tangannya yang bermain di inti tubuh Davina malah berubah semakin cepat, membuat ekspresi Davina berubah panik.

“Tidak … tidak! H-hentikan! Henti–”

Tubuh gadis itu mendadak terangkat, merasakan ada sesuatu yang mendesak keluar. Satu tetes air mata mengalir, sampai akhirnya kedua tangan Davina menutup mulutnya, mencoba menahan lenguhan panjang keluar selagi tubuhnya menggelinjang hebat.

"Ahh …" Erang gadis itu panjang, menyambut pelepasan pertamanya.

Detik berikutnya, tubuh Davina pun melemas dan agak terbanting ke tempat tidur. Sementara itu, Lucas menarik keluar kedua jarinya sebelum berkata, “Tubuhmu … begitu sensitif.” Manik gelapnya beralih menatap Davina yang tampak setengah tak sadar. “Sudah waktunya.”

Tidak satu pun ucapan Lucas masuk ke telinga Davina, wanita itu terlalu sibuk menenangkan dirinya dan mendengar detak jantungnya yang begitu cepat. Napasnya terengah-engah dan bulir keringat mengalir menuruni pelipisnya.

‘Apa … itu tadi?’ tanya Davina dengan polos, tak percaya tubuhnya bisa merasakan sesuatu yang begitu intens.

Saat kesadarannya perlahan kembali, Davina berniat untuk bangun. Namun, belum sempat dia melakukan itu, mendadak kedua kakinya ditarik ke pinggir tempat tidur, membuatnya kaget.

Dengan tenaga yang ada, Davina menopang tubuhnya dengan siku tangan untuk melihat apa yang terjadi. Sontak, matanya membola kala melihat Lucas tengah memposisikan dirinya di antara pangkal paha gadis itu.

“A-apa yang kau lakukan?” tanya Davina lagi dengan panik.

Lucas membalas, “Apa lagi?” Pria itu menyeringai sebelum menjawab, “Melakukan malam pertama.”

Dan dia mengentakkan tubuhnya, membuat Davina terkesiap, merasakan nyeri yang luar biasa di inti tubuhnya.

Mulut gadis itu terbuka, tapi tidak ada suara yang keluar.

Matanya membola, dan air mata pun mulai turun membasahi pipinya.

Melihat hal itu, Lucas memberikan kecupan lembut di salah satu bulir air mata yang turun di wajah Davina dan berkata, “Tahan, dan kau akan segera menyukainya.”

*****

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status