Melihat Sienna tak akan lagi melalukan perlawanan. Xander mulai menggerakkan diri dengan tidak sabar.
Sienna yang belum terbiasa kembali melengkungkan punggungnya ke atas saat dorongan demi dorongan terus diberikan menimbulkan sengatan aneh di tubuh. Tekanan yang pas dan kehangatan yang memeluk miliknya mampu membuat Xander semakin melayang. "Sherly, kau akan jadi milikku.." Xander mengusap air yang meniti jatuh di sudut mata wanita di bawahnya. Sienna hanya bisa menatapnya dengan sorot mata kosong. "Aku.. bukan Sherly Tuan!" Sienna menahan dada bidang itu saat lagi lagi Xander hendak mengambil apa yang diinginkannya dari wajahnya. Namun untuk kesekian kalinya tenaganya tak sebanding. Pergelangan tangan Sienna digenggam lalu di letakan kembali di samping kepalanya. "Kau sangat cantik bila sedang resah begini," puji Xander tanpa sadar. Wanita di depannya sangat berkilau seperti berlian. Xander terkekeh melihat Sienna yang kepayahan. Dengan leluasa ia kembali melepaskan sapuan lembut di bibir yang tak berhenti mengeluarkan cacian kepadanya itu. Sienna memejamkan mata. Rasa sakit yang awalnya mendominasi kini hilang digantikan perasaan aneh yang tak ia kenal. Xander melepas genggamannya di pergelangan tangan Sienna. Sekarang tangan kokoh itu menangkup dua keindahan dengan pucuk yang telah mengeras. Meski bibir Sienna menolak, tapi tubuhnya mengatakan hal lain. Dia mulai melayang semakin jauh dengan perbuatan yang sedang Xander lakukan. Sentuhan lembut di bagian itu membuat Sienna hanya sanggup meracau tak karuan, apalagi saat kepala Xander turun dan kembali bertingkah seperti orang yang sangat kehausan. Xander semakin lupa diri, wanita di hadapannya benar benar membuatnya terpesona. Dia terus bergerak tak beraturan dengan tempo sesukanya. Xander mengunci tatapannya jauh ke dalam manik cokelat milik wanita itu. Kepala Sienna bergerak gelisah ke kiri dan kanan. Wajahnya menunjukkan rasa frustasi, Sambil terus menggerakkan pinggulnya. Xander menatap wajah sayu itu dengan senyum puas yang mengembang. "Enak? Heum? Katakan kalau kau menyukainya sayang." Sienna malah mengeluarkan lenguhan yang semakin membangkitkan sisi lain seorang Xander. Xander akhirnya memegang kedua sisi pinggang wanita itu untuk memperdalam tekanan di bawah. "Ssshh...ugh!" Xander memejamkan mata sambil menggeram rendah. Tak pernah dia menemukan perasaan sehebat ini sebelumnya. Perasaan favoritnya itu mendatanginya lebih cepat. Xander membungkukkan tubuhnya, wajahnya kembali bertemu dengan wajah wanita itu. "Aku mau sampai!!" bisiknya tepat di depan mata Sienna dengan wajah yang sudah memerah menahan sesuatu. "Jangan.. di dalam!" pinta Sienna. Namun Xander tak memperdulikan ucapan Sienna. Dia semakin merapatkan diri, bergerak semakin aktif tanpa jeda. Kepalanya terdongak ke atas, bibirnya setengah terbuka. Xander sudah tak kuasa menahan perasaan hebat yang siap menerjangnya saat ini. Dalam satu kali tekanan yang sangat kuat, Xander mendorong miliknya masuk sangat jauh melewati batas yang Sienna punya. Dia menggeram keras, lalu tak lama kemudian Xander berhasil mengeluarkan semuanya di dalam sana. "Argghhh!!!" Satu kecupan di bahu mulus Sienna menjadi penanda berakhirnya permainan Xander. Xander langsung ambruk di samping wanita itu. Bisa Sienna rasakan sesuatu meleleh keluar. Rasanya hangat dan asing. Di tengah perasaan baru ini, ketakutan membayang di wajah Sienna. Bagaimana ia menjalani hari ke depan yang jelas tidak akan sama lagi. Xander telah mengambil yang paling berharga darinya. Pikirannya mulai berisik memikirkan semuanya. Sienna yang kelelahan akhirnya tak lama kemudian malah ikut tertidur di samping tubuh laki laki itu. *** Malam telah pergi. Pagi yang indah datang menyapa dengan sinarnya yang masuk melalui celah ventilasi ruangan. Xander mengerjapkan kelopak mata indahnya ketika kesadaran telah mendatanginya. Dia membuka mata perlahan, menggerakkannya ke sembarang arah. Namun detik dimana dia menemukan sosok lain di sebelahnya. Wajah Xander langsung berubah syok. "Sial, siapa dia?" tanyanya dengan raut berganti ketegangan. Xander menatap tubuhnya sendiri lalu gantian menatap tubuh wanita itu. Mereka sama sama naked dan Xander barulah bisa menebak apa yang telah terjadi diantara mereka. "Assssh!!" Geramnya semakin panik. Xander mulai menyeret ingatannya semalam. Setelah pulang dari pesta pertunangan adiknya, Xander pulang dalam keadaan tidak sadar. Dan setelahnya ia tidak terlalu ingat apa yang terjadi. "Hey bangun!" Xander mendorong tubuh Sienna yang menjadikan sebelah tangannya sebagai bantal penyangga kepala. Sienna yang belum siap menyambut kesadaran terkejut ketika tubuhnya tiba tiba di bangunkan paksa oleh laki laki itu. Terbangun dengan wajah tak kalah syok, Sienna langsung mencari baju maid-nya dan menutup bagian tubuh depannya dengan kain yang telah robek itu. Mata elang Xander langsung tertuju pada tanda tanda merah di sekujur tubuh wanita itu. Semua sangat jelas terlihat, lalu ketika pandangannya semakin turun ke arah kaki Sienna, Xander menemukan cairan bercampur darah meniti keluar dari sana. Wajahnya seketika menegang syok. "Apa kau baru pertama kali melakukannya?" Sienna yang sejak tadi menunduk menggerakkan kepalanya ke atas ke bawah. Isak tangis terdengar keluar dari bibir mungilnya. Xander langsung mengusap wajah gusar. "Apa yang terjadi semalam? Ceritakan padaku! Aku benar benar tidak mengingatnya!" Xander menarik kepala Sienna agar mau menatapnya. Sedetik kemudian Xander terpana. Wajah yang sudah basah air mata itu terlihat sangat murni dan... Cantik. Namun Xander langsung menggelengkan kepalanya saat sadar dia malah terpesona pada kecantikan wanita ini. "Katakan!" Ulangnya lagi pada Sienna. Sienna akhirnya menceritakan semua detail kejadian yang telah mereka alami semalam. Xander yang menariknya paksa ke ruangan ini dan terjadilah peristiwa kelam itu. "Aku menarik mu kemari? Kau tidak sedang berdusta kan? Jangan jangan kau yang memanfaatkan keadaanku semalam!" Xander emosi dan tak bisa berpikir jernih. Sienna langsung menatap balik Xander dengan muka syok. "Aku? Dasar brengsek! Anda sudah mengambil hartaku yang paling berharga dan anda menuduhku yang memaksa anda?" "Ya, bisa jadi kau sedang ingin menjebak ku!" Plak! Satu tamparan keras tanpa sadar melayang ke wajah laki laki itu. Xander langsung terpaku, begitu pun Sienna. Sienna menatap tangannya yang baru saja lancang melayangkan tamparan itu ke arah majikannya sendiri. Astaga dari mana datangnya keberanian ini. Sienna akhirnya buru buru memakai pakaiannya lagi, di tengah kesedihan dan kehancuran yang tengah melandanya. Sienna harus keluar dari tempat ini segera. Hari sudah semakin merangkak siang. Dia tidak mau Cathy menghukumnya di hari keduanya bekerja di tempat ini. Sienna sadar dia masih membutuhkan pekerjaan ini untuk biaya pengobatan sakit ibunya. Mengenyahkan semua perasaan kacaunya. Sienna akhirnya berdiri dengan baju yang sudah tampak compang camping dimana mana. Xander menarik tangannya ketika Sienna sudah hampir melangkah pergi meninggalkannya. Pria itu mengambil kemejanya dan memakaikannya tanpa bersuara ke tubuh Sienna. "Orang orang akan melihat apa yang seharusnya tidak mereka lihat!" kata Xander akhirnya setelah berhasil mengancingi kemejanya di tubuh itu. Dia menatap Sienna yang masih menangis. Sienna menghapus air matanya. Dia menatap balik pria yang telah merenggut mahkotanya itu dengan tatapan penuh kebencian. Mereka saling mengunci tatapan dengan pikiran yang sama sama kacau."Sherly!!" Xander langsung membeku dengan wajah tegang."Apa yang sedang kamu lakukan, Xander!?" Lagi pertanyaan yang sama kembali meluncur dari bibir Sherly. Wanita itu mendekat dan semakin mempertipis jarak diantara dirinya dan laki laki yang masih memeluk Sienna di atas ranjang.Sejenak tatapan Sherly sempat tertuju pada baju pasien Sienna yang terbuka di bagian atas. Terdapat tanda kecup merah mengitari leher jenjang wanita itu. Sherly langsung mengepalkan tangan dengan dada yang mulai bergemuruh."Aku..." Xander langsung kehilangan kata. Dia hanya bisa melengoskan wajah ke arah lain saat menyadari tatapan penuh selidik dari Sherly."Turun Xander, ini sangat tidak pantas dilihat!" Sherly hampir menjerit saking kesalnya melihat Xander malah tetap bertahan di tempatnya setelah ia kepergok basah."Pelankan suaramu Sherly, kamu akan membangunkan tidur Sienna!" desis Xander sambil membawa arah pandangannya kembali ke arah sahabatnya itu. Bisa ia lihat wajah Sherly sudah memerah seperti
Tangan besar Xander mengusap pipi, pelan seringan kapas. Sienna bukannya tak menyadari usapan itu, hanya saja dia terlalu lemah untuk hanya sekedar melawan sentuhan yang diberikan Xander."Masih dingin, heum?" bisikan parau di dapat Sienna setelah laki laki itu merendahkan sedikit kepalanya.Xander menarik pelan dagu mungil, hingga wajah wanita itu kini terlihat lebih jelas. Mata itu masih terpejam rapat, tangannya yang meremat baju Xander semakin menguat. Tanpa perlu menjawab. Xander bisa merasakan tubuh itu masih menggigil karna kedinginan."Buka matamu, Sienna." titah Xander dengan suara yang sudah berubah serak.Mata cantik itu terbuka perlahan sesuai permintaannya. Xander terpaku, mengikat netranya pada setiap goresan ciptaan Tuhan di hadapannya. Sienna sangat cantik, dan dia sudah menyadari itu dari awal pertemuan.Bibir mungil yang pucat itu masih saja terlihat menggoda, bahkan ketika Sienna menggerakkannya pelan untuk menciptakan ruang di sela selanya. Xander hanya mampu menegu
"Kenapa kamu hanya diam, hah?!" Sherly tersentak ketika gelegar suara laki laki itu terdengar begitu nyaring sampai memekakan kedua telinganya. "Xander ka..mu..." Terbata Sherly mengatupkan bibirnya rapat rapat, berusaha menahan nyeri yang mendatanginya saat melihat sikap Xander yang begitu emosional. Air mata Sherly jatuh tanpa bisa dibendung lagi. Untuk pertama kali dalam sejarah persahabatan mereka. Xander telah berani meninggikan suara kepadanya. Dan lagi yang membuatnya muak adalah alasannya pun sama seperti yang Jack lakukan sebelumnya. Wanita bernama Sienna. Wanita sialan itu lah penyebab utama perubahan sikap Xander ini! Sherly sekarang sadar, Sienna sudah menjadi duri yang nyata dalam hubungannya dengan kakak beradik keluarga Lauther. Lihatlah, Xander atau pun Jack sampai bisa memarahinya hanya untuk membela wanita itu. "Aku sudah melihat semuanya lewat cctv, kenapa kamu mengubah temperatur suhu di ruangan freezer? Kamu pasti tahu kan Sienna ada disana? Aku ingat bet
Setelah mematikan panggilan. teleponnya. Xander langsung meninggalkan area rumah sakit.Dia memacu cepat kendaraannya membelah jalanan lengang di hadapannya. Dada Xander bergemuruh hebat, wajah tampannya menunjukkan kemarahan dan rasa gelisah yang pekat. Xander terlihat tak sabar ingin segera sampai di tempat yang dituju.Setelah mendengar langsung betapa fatalnya keadaan Sienna. Xander jadi tak bisa tenang. Dia ingin mencaritahu sendiri kebenaran tentang siapa sebenarnya orang yang sudah berani menaikan suhu di ruang freezer sampai menjadi minus seperti itu."Sial, jika memang ada yang sengaja mencelakai Sienna, aku tidak akan pernah memaafkannya!" dengusnya marah sambil mengepalkan tangannya kuat kuat di pegangan kemudi.Tak lama mobil yang Xander bawa pun akhirnya sampai di kediamannya. Xander turun dengan tergesa dari mobilnya dan langsung berjalan masuk ke arah teras rumah."Dimana Pierre?" tanyanya pada pengawal yang membantu membukakan pintu rumah untuknya."Tadi saya melihat P
Xander berlari cepat menuruni anak tangga. Dia melesat keluar dari rumah besar itu melalui pintu di bagian belakang.Dengan langkah yang sangat lebar dan terlihat tergesa. Xander akhirnya sampai di tempat tujuan."Pierre, kenapa belum dibuka?" Dengan nafasnya yang terlihat terengah-engah, Xander menatap panik ke arah Pierre."Pintunya macet Tuan!""Dasar tidak becus, minggir!" Tangan Xander menyentak tubuh Peter yang berada di depan pintu dengan tak sabar.Sekuat tenaga Xander menarik pegangan pintu di depannya. Nadi nadi di lehernya sampai tertarik keluar saat Xander mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menggeser pintu besi itu."Brengsek! Ayo terbukalah!" Makinya kesal.Brak!Akhirnya pintu terbuka setelah perjuangan keras yang dilakukannya. Xander masuk dan langsung tercengang hebat menemukan pemandangan memilukan di hadapannya. Tubuh wanita yang sejak tadi ia khawatirkan tampak sedang terbujur kaku mencium dinginnya lantai di dalam ruangan itu."Sienna!!" Xander langsung mengham
Wanita dalam ruang freezer terlihat bergerak gelisah dalam tidurnya. Dia terbangun ketika merasakan perubahan esktrim pada suhu ruangan yang sedang ditinggalinya."Kenapa dingin sekali..." Sienna mengusap usap tengkuknya sendiri saat merasakan hawa di sekitarnya kian mencekam. Sienna akhirnya bangun dan memaksakan diri untuk berjalan ke arah pintu besi yang masih terkunci.Tangannya terulur dan mulai menarik kuat handel pintu di depannya. "Sialan, masih terkunci. Buka pintunya. Tolong siapapun yang ada di luar sana, tolong buka pintunya!" Teriakan Sienna menggema di dalam ruangan.Air matanya kembali jatuh saat Sienna menyadari tidak ada siapapun yang akan menolongnya kali ini. Tempat ini jauh dari bangunan rumah utama. Mustahil rasanya jika seseorang akan masuk ke dalam gudang penyimpanan bahan makanan malam malam begini."Tuan Xander, buka pintunya!" Sienna tahu usaha dan teriakannya sia sia. Tapi dia masih belum mau menyerah. Dia tidak mau mati konyol disini. Dia masih ingin hidup