Home / Romansa / Dekapan Panas Ceo Arrogant / 41. Gara-gara Laura

Share

41. Gara-gara Laura

Author: Amy_Asya
last update Huling Na-update: 2025-03-05 23:03:59

"Harry, kenapa kau diam saja?" cecar Austin lagi. "Bagaimana dengan pertanyaan Dominic? Kau memaksa sekretaris-mu untuk menjadi istrimu?"

“Brengsek!” Harry memaki Austin. Pria itu mengusap wajahnya karena tiba-tiba saja merasa gugup. "Aku bukan pria seperti itu. Kami menikah karena memang sudah waktunya," sanggah Harry, tampak menyakinkan kedua temannya.

Austin masih tampak belum puas dengan jawaban-jawaban yang diberikan oleh temannya itu. "Jadi, kalian benar-benar saling mencintai, kan? Ini bukan pernikahan "palsu", kan, Harry?"

Begitu juga dengan Dominic. Bedanya pria itu hanya diam dan mengamati gerak-gerik Harry yang jelas terlihat gelisah.

"Kurasa kau mulai mabuk, Austin? Pertanyaanmu tak masuk akal!" Harry kembali mengambil botol wine dan menuangkannya ke dalam gelas.

Dia tak mau jika Austin terus-menerus membahas tentang dirinya dan juga Laura.

Maka dari itu, Harry berusaha untuk mengalihkan perhatiannya sendiri, d
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   92. Di mana Laura?

    Laura menatap kosong pada butiran salju yang jatuh, dan meleleh membasahi kakinya yang telanjang. Dia pergi dari rumah Keluarga Green seperti orang yang kehilangan akal, hingga lupa dengan kakinya yang tak memakai apa pun. Dia duduk di halte bus seperti orang yang kehilangan arah, bukan hanya pulang, tetapi juga arah hidup yang entah ke mana. Setelah ini ... harus ke mana lagi dia pulang? Masih adakah tempat yang bisa disebut sebagai rumah? Apa masih ada orang yang bisa dia percaya setelah semua pengkhianatan yang berkali-kali? Ponsel milik Laura bergetar, membuat wanita itu menoleh untuk melihatnya. Sebelumnya, nama Harry terus muncul di layar ponsel. Namun, Laura memilih untuk mengabaikannya begitu saja. Bukan karena tidak suka, dia hanya terlalu takut dengan semua pertanyaan yang mungkin akan pria itu tanyakan padanya. Laura butuh waktu. Butuh udara untuk bisa bernap

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   91. Bukan Bagian Keluarga Green

    “Antonio!” panggil Tuan Green saat melihat putra sulungnya pergi hendak menyusul Laura. Antonio berhenti dan langsung berbalik—menatap Tuan dan Nyonya Green dengan perasaan benci. Ini semua karena keegoisan kedua orang tuanya, karena mereka juga sekarang Laura pergi entah ke mana. “Kalian belum puas menyakiti Laura?” teriak Antonio. Wajahnya memerah, menandakan jika dia begitu marah. Kali ini, semua orang yang ada di rumah tidak ada yang bisa dimaafkan, termasuk Caroline. Nyonya Green menatap putranya dengan bingung. “Apa maksudmu? Dia pergi dari rumah untuk kembali ke rumah suaminya. Lalu apa yang kami lakukan hingga harus menyakitinya?” “Kau mabuk, Antonio?” tanya Tuan Green yang masih duduk dengan tenang, bahkan setelah melihat Laura pergi dengan kondisi berantakan tadi. “Apa kalian tidak bisa meminta Caroline untuk menutup mulutnya?" Antonio menatap orang tuanya secara bergantian dengan

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   90. Jangan Pergi!

    Harry merasa tidak tenang sejak kepergian Laura tadi, apalagi sampai saat ini wanita itu belum membalas pesannya sama sekali.“Mungkin urusannya belum selesai,” lirih Harry mencoba menenangkan diri sendiri.Namun, sepertinya semua itu tidak benar-benar bisa menenangkan dirinya. Sudah beberapa kali dia mencoba menghubungi Laura, tetapi wanita itu tidak juga menjawabanya.“Apa dia lupa caranya mengangkat telepon?” Harry begitu kesal, tetapi jauh di dalam hatinya dia merasa kalut.Entah mengapa pikirannya tidak tenang. Apalagi dia tahu Laura pergi menemui kakaknya untuk mencari tahu tentang masa lalunya.Apa wanita itu baik-baik saja?Menunggu, adalah kegiatan yang membosankan, tetapi Harry tak punya pilihan lain karena Laura yang memintanya untuk tidakmenghampirinya.Namun, ini sudah lebih dari lima jam. Matahari juga hampir condong di ufuk barat. Jadi, harus berapa lama lagi Harry menunggu?Laura tidak membalas pesannya, tidak juga menjawab teleponnya.“Aku harus mencarinya!” Harry se

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   89. Dunia Laura yang Hancur

    “Kau pasti berbohong, kan, Carol?” tanya Laura dengan wajah tak percaya. Detik berikutnya, wanita itu tertawa keras.Dia memang tahu jika ayahnya sangat membencinya, tetapi Laura sama sekali tidak menyangka jika Caroline akan mengatakan hal seperti ini.“Memangnya wajahku terlihat seperti pembohong?”Laura menggeleng—dia masih tidak percaya. “Kau bicara omong kosong, Carol. Aku tidak mau mendengar kekonyolanmu lagi!”Akhirnya, Laura berdiri. Dia segera mengambil tas yang ada di atas meja untuk segera pergi meninggalkan Carol. Dia tidak mau mendengar apa pun yang kakaknya katakan lagi.“Kau mau ke mana, Laura?”“Aku akan pulang. Aku sudah membuang waktu hanya untuk omong kosongmu saja.”Laura melangkahkan kakinya, tetapi baru satu langkah Caroline kembali menghentikannya.“Kalau kau anggap aku pembohong, tanyakan saja pada Antonio.”Laura menoleh, dia menatap Caroline yang tampak sangat serius. Wanita it

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   88. Fakta Tentang Laura

    Laura duduk dengan gelisah—menanti kedatangan Caroline yang sudah terlambat tiga puluh menit.Mereka berdua sudah sepakat untuk bertemu di salah satu kafe yang dekat dari kediaman Keluarga Green.Selain untuk menjaga rahasia ini, Laura juga belum ingin bertemu dengan ayah dan ibunya. Apalagi jika harus mendengar mereka memohon untuk membuat Harry membantunya.Lagi-lagi Laura melihat jam yang ada di ponselnya. Dia sudah menyiapkan ponsel di atas meja—membuat rekaman sebagai bukti, jaga-jaga jika suatu saat nanti Caroline menyangkal kembali ucapannya hari ini.Satu jam berlalu. Wanita bermata biru itu masih setia menunggu kedatangan kakaknya. Dia harus tahu semuanya hari ini juga.Dua jus jeruk sudah hampir kandas, Laura tampak begitu frustrasi. Menghubungi Caroline juga tidak ada jawaban atau balasan sama sekali.Sampai akhirnya, ketika Laura hendak berdiri—meninggalkan kafe barulah dia melihat sosok yang perutnya sudah sedikit me

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   87. Kau Tahu Arah Pulangnya, Kan?

    Malam terakhir di Hawaii menyambut mereka dengan langit yang cerah. Bulan purnama tampak begitu jelas di lihat dari balkon kamar pasangan suami istri itu.Laura duduk di kursi rotan—di balkon kamar mereka dengan cardigan tipis, dan membiarkan rambutnya yang tergerai berterbangan karena angin laut.Kini hatinya mulai membaik, ketika dia mulai mencoba menerima kehadiran Harry. Bukan dalam kata biasa tentang kehadiran pria itu, tetapi hadirnya pria itu dalam hatinya.Harry muncul dengan membawa dua kaleng bir yang dingin.“Mau bir?” tawar Harry, sembari menyodorkan satu kaleng bir pada Laura.“Apa kita akan mabuk untuk merayakan malam terakhir di Hawaii?” tanya Laura dengan senyum tipis, yang langsung diangguki oleh Harry.“Hanya satu kaleng, tidak akan membuatmu mabuk.”Laura mengangguk. Dia segera membuka kaleng bir itu dan langsung meminumnya. Kini keduanya menatap laut yang sama.“Laura, apa kau tau? Sebelum da

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status