Beranda / Romansa / Dekapan Panas Ceo Arrogant / 59. Tamu Tak di Undang

Share

59. Tamu Tak di Undang

Penulis: Amy_Asya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-19 22:51:24

Melihat bagaimana cara Harry menatapnya, Laura terpaksa tertawa terbahak-bahak agar pria itu lupa dengan apa yang Anna katakan tadi.

“Kau seperti tidak tau wanita saja,” ujar Laura sembari menepuk bahu suaminya. “Semua orang pasti akan bicara seperti itu pada pasangan yang baru menikah, kan?”

Harry menjauhkan tubuhnya lalu mengangguk pelan. “Kau benar juga.”

“Iya. Abaikan saja omong kosong Anna tadi.” Laura masih tertawa seraya menutup mulutnya.

Harry hanya menganggukkan kepalanya. Pria itu segera menginjak pedal gas, dan meninggalkan area parkir kafe milik Anna.

Sementara itu, Laura menghela napas lega melihat Harry kembali terdiam—dan tidak bertanya apa pun lagi.

Dia benar-benar tidak ingin pria itu marah padanya dan menjadi salah paham.

***

“Aku lelah sekali.”

“Kau ingin makan malam di luar?” Harry menoleh, dia menatap Laura yang sedang menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi mobil.

Mereka menghabiskan banyak waktu bermain dengan Leo di taman hiburan tadi.

Sampai
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   87. Kau Tahu Arah Pulangnya, Kan?

    Malam terakhir di Hawaii menyambut mereka dengan langit yang cerah. Bulan purnama tampak begitu jelas di lihat dari balkon kamar pasangan suami istri itu.Laura duduk di kursi rotan—di balkon kamar mereka dengan cardigan tipis, dan membiarkan rambutnya yang tergerai berterbangan karena angin laut.Kini hatinya mulai membaik, ketika dia mulai mencoba menerima kehadiran Harry. Bukan dalam kata biasa tentang kehadiran pria itu, tetapi hadirnya pria itu dalam hatinya.Harry muncul dengan membawa dua kaleng bir yang dingin.“Mau bir?” tawar Harry, sembari menyodorkan satu kaleng bir pada Laura.“Apa kita akan mabuk untuk merayakan malam terakhir di Hawaii?” tanya Laura dengan senyum tipis, yang langsung diangguki oleh Harry.“Hanya satu kaleng, tidak akan membuatmu mabuk.”Laura mengangguk. Dia segera membuka kaleng bir itu dan langsung meminumnya. Kini keduanya menatap laut yang sama.“Laura, apa kau tau? Sebelum da

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   86. Percaya Padaku, Laura

    Meski Laura tak memberikan jawaban pasti, Harry tahu wanita itu akan memberikannya kesempatan dari caranya membalas pelukan.Setelah cukup lama, Harry melepaskan pelukannya. Dia mengusap air mata Laura dengan perlahan, seraya menyunggingkan senyum tipis.“Mau aku buatkan sarapan?” tawar Harry.Meski malu, Laura pun mengangguk. Jujur saja, urusan perut adalah sesuatu yang tidak bisa ditunda.“Mau makan sesuatu?”“Tidak. Aku akan makan apa pun seperti biasanya.”Harry tersenyum lebar. Dia mengusap kepala Laura dengan lembut, sebelum akhirnya pergi menuju dapur. Sementara itu, Laura lagi-lagi tertegun di tempatnya berdiri. Mengapa? Mengapa ini semua bisa terjadi? ***Harry sibuk memecahkan telur ke dalam mangkuk. Sebelumnya, dia sudah memanggang roti, dan sekarang akan membuat telur goreng sebagai menu sarapan mereka.Setelah beberapa menit kemudian, Laura muncul. Wajah wanita itu suda

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   85. Rasa Takut yang Menguar

    Suasana seketika menjadi sunyi. Suara badai seolah tak terdengar lagi, saat Laura mendengar pengakuan Harry yang mengejutkan.Laura langsung menggeleng dengan pelan. “Jangan. Jangan katakan … hal seperti itu, Harry.”“Kenapa, Laura?” tanya Harry dengan nyaris berbisik. “Apa karena pernikahan kita ini hanya pernikahan kontrak? Atau karena kita sudah sepakat untuk tidak saling melibatkan perasaan masing-masing? Tapi, kenyataannya, aku menyukaimu. Sejak kita tiba di sini , aku merasa … nyaman di dekatmu. Aku tidak ingin memendamnya lagi.”Laura segera berdiri, dan membelakangi Harry. “Kita tidak bisa seperti ini. Bukan seperti itu perjanjiannya, Harry.”“Tapi, aku tau kau juga punya perasaan yang sama denganku, kan?”Laura menggigit bibir bawahnya. Diam adalah jawabannya.Harry mendekat, tetapi kali ini dia tidak menyentuh Laura seperti biasanya—memberikan wanita itu ruang untuk rasa aman. “Katakan padaku jika aku salah. Katakan pad

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   84. Isi Hati Harry

    Harry bertanya setelah diam beberapa saat, ketika menyadari perubahan raut wajahnya Laura. “Apa sesuatu yang sangat penting?” Laura mengangguk pelan. Sesuatu yang akan Caroline sampaikan waktu itu adalah hal yang sangat penting baginya. Dengan begitu, dia bisa tahu apa alasan ayah serta ibunya mengabaikan dirinya selama ini.Harry menghela napas panjang dengan senyum tipis. Pria itu juga segera meletakkan ponsel, lalu memiringkan tubuh hingga bisa melihat wajah Laura yang tampak resah.“Kau akan menemui keluargamu?” tanya Harry, menebak.“Sebelum kita pergi ke Hawaii aku pergi pagi-pagi sekali. Kau ingat?”Harry mengangguk pelan. Namun, dia tidak ingin bertanya, dan akan menunggu Laura meceritakan semuanya sendiri tentang apa yang sebenarnya terjadi.“Pagi itu aku menemani Caroline untuk membantunya mencari Sam, menemui pria itu di villa nya.”“Kau menemui si keparat itu lagi?” Nada bicara Harry terdengar tinggi, tentu

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   83. Mau ke Vermont?

    Prediksi cuaca benar-benar terjadi. Sejak pagi, langit mendung begitu gelap, dan di sore hari barulah angin bertiup kencang disertai dengan hujan yang begitu deras. Kalau sudah seperti ini, tidak ada lagi yang bisa mereka lakukan, kecuali bermain ponsel, dan ... tidur. “Laura, kemari!” Harry memanggil wanita yang sedang bermain ponsel di atas sofa, sembari menepuk ranjang di sebelahnya. “Ada apa?” “Kemari, bukankah kau bilang ingin melihat Vermont?” Mendengar nama Vermont, Laura segera beranjak tanpa banyak berpikir. Dia mendekat dan ikut berbaring di samping Harry. Membuang semua rasa canggung dan malunya, Laura ikut melihat ke arah ponsel Harry. Mata wanita itu langsung melotot—takjub ketika melihat foto pertama yang Harry tunjukkan padanya. “Ternyata Vermont benar-benar indah, bahkan lebih indah daripada iklan yang sering aku lihat di media.”

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   82. Hobby Baru Harry

    Laura dan Harry benar-benar menikmati liburan mereka di Hawaii. Pasangan suami istri itu menghabiskan banyak waktu untuk bermain di pantai. Kadang mereka berenang bersama, bermain selancar air, atau memancing. Beberapa hari yang lalu, Harry menghubungi orang resort dan meminta alat pancing karena Laura terus saja merengek—meminta untuk memancing. Dan setelah mendapatkan alat pancing yang mereka inginkan, mereka sering memancing untuk menghabiskan hari-hari di pulau pribadi ini. “Harry!” Harry mendongakkan kepalanya. Jari-jari yang tadinya sedang sibuk di atas laptop pun berhenti. Dia memandang Laura yang sudah mengenakan topi dengan kening berkerut. “Kau mau memancing lagi?” Laura mengangguk antusias. Meskipun dia hanya dapat satu hingga tiga ikan, tetapi Laura tetap ingin pergi lagi dan lagi. “Aku ingin makan ikan sekarang.” “D

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status