LOGINFanny dan Ricko memasuki ruang aula. Mereka melihat keadaan ruang aula yang sudah berubah. Di dalam ruang aula, mereka hanya melihat mereka bertujuh. Mereka saling pandang dengan keanehan di depan mata. Mereka jadi takut untuk masuk lebih ke dalam. Mereka memilih berdiri di depan pintu masuk.
"Syukur deh kamu sudah di sini," ujar Farhan melembut. Farhan memberikan kode pada Tasya untuk membawa Fanny. Tasya yang mengerti kode Farhan segera mendekati Fanny dan Ricko. Sedangkan Mila dan Raya mengikuti Tasya dari belakang. Fanny yang sudah ada firasat buruk bersembunyi di belakang Ricko. Namun langkah yang diambil Fanny lebih lambat dari Tasya. Tasya segera memegang tangan dan menyeret Fanny dari Ricko. Ricko sebagai teman Fanny ikut memegang tangan Fanny satu lagi. Ricko mencium bau yang tidak beres. "Apa apan ini?" tanya Fanny tidak terima. "Kamu ikut aja. Tidak usah banyak tanya," sahut Tasya menyentak tangan Fanny. “Aaa ....” Fanny hampir saja terjatuh jika tidak dipegang sama Ricko dengan erat. "Tasya kamu mau bawa Fanny kemana?" cegah Ricko. Coki dan Doni tanpa disuruh segera menahan tubuh Ricko. Mereka mengapit kedua tangan Ricko di antara mereka. Mau tidak mau Ricko harus melepaskan tangan Fanny dengan terpaksa. "Kamu di sini saja. Diam dan lihat apa yang akan kami lakukan," ujar Doni memainkan alisnya. Ricko memberontak ingin menolong Fanny. Ricko tidak rela Fanny diseret begitu kasar. Dia ingin menyusul dan menyelamatkan Fanny. "Bisa diam nggak sih. Atau kamu mau tangan kamu ini kami patahkan," ancam Coki saat Ricko yang tidak mau diam. Ricko yang ketakutan memilih diam. Doni dan Coki tidak pernah bermain sama ucapan mereka. Ricko tahu batasan diri untuk melawan. Tasya, Mila dan Raya menarik Fanny ke arah tiang yang sudah mereka siapkan. Mereka mencoba mengikat Fanny di tiang yang terus saja memberontak. Mereka sedikit kesulitan mengikat Fanny. "Lepas, lepaskan aku. Apa mau kalian?" tanya Fanny panik terus melawan. "Kamu diam saja. Jika kamu diam, kamu bakalan baik-baik saja," sahut Mila dengan mengikat tangan kanan Fanny. "Tidak! aku tidak mau, lepaskan aku!" teriak Fanny tidak terima. "Plakkk!" Tasya menampar wajah Fanny dengan keras. Kemudian Tasya mengangkat wajah Fanny dengan tangan kirinya yang memiliki kuku panjang. Kuku Tasya kembali menancap di wajah Fanny. Fanny hanya bisa meringis kesakitan karena tubuhnya sudah selesai diikat dengan kuat oleh Raya dan Mila. "Dengar ya culun, lebih baik kamu nurut sama kita-kita. Selama kamu menjadi anak baik, maka kami akan memperlakukanmu dengan baik juga," kata Tasya menepuk pipi Fanny dengan tangan yang satu lagi. "Tidak! Aku tidak mau diikat di sini. Tolong lepaskan aku. Aku mau pulang saja," pinta Fanny memohon. Farhan mendekati mereka berempat karena suara Fanny terlalu berisik. Farhan sangat terganggu dengan suara Fanny. Tasya segera menggeser satu langkah saat Farhan hampir berada di sampingnya. Dia memberikan ruang untuk Farhan. Farhan tanpa basa basi menarik rambut Fanny dengan kuat. "Dengar ya, siapapun tidak boleh pulang malam ini sampai acaranya selesai," kata Farhan tajam dan mengintimidasi. "Tapi, kenapa aku harus diikat begini?" tanya Fanny tidak mengerti. Fanny sekarang sudah menangis. Dia tidak bisa membohongi firasatnya. Dia bisa merasakan hal buruk akan segera menimpanya. Fanny berharap agar Farhan mau membebaskannya. "Kamu mau tau kenapa kamu diikat?" tanya Farhan balik dengan berbisik di telinga Fanny. Fanny menggeleng kepala sebagai jawaban. Jika Fanny sudah tahu, mana mungkin dia berani bertanya. Dia pasti akan mencari cara agar tidak datang. "Arggg!" Fanny mengerang kesakitan karena Farhan semakin menarik rambutnya dengan keras. Wajah Fanny sudah menghadap langit-langit aula akibat ulah Farhan. Kemudian Farhan semakin mendekatkan bibirnya ke telinga Fanny. "Dengar baik-baik. Malam ini, aku dan teman-teman aku ingin melakukan ritual pemanggil arwah kebakaran tiga puluh tahun yang lalu." Fanny menggeleng ketakutan. Fanny takut terhadap hal yang berbau ghaib. Fanny sering merasakan mereka yang mendekatinya. Dia sudah cukup trauma terhadap hal tersebut. Sekarang Farhan semakin menakutinya. "Dan tugas kamu di sini itu sebagai tumbalnya. Atau bisa dibilang, tubuh kamu nanti akan dirasuki sama arwah gentayangan itu," bisik Farhan tersenyum jahat. Fanny semakin menangis ketakutan. Dia hanya bisa menangis tanpa bisa meminta tolong kepada siapapun. Usahanya untuk berontak tidak menghasilkan hasil sedikitpun. Farhan melepaskan jambakan pada rambut Fanny. Farhan rasa sudah cukup memberi peringatan buat Fanny. Dia meninggalkan Fanny dan berjalan mendekati Vicky yang sudah duduk di depan Fanny yang diikat di tengah pola mantra. "Bagaimana? Apa kamu sudah siap?" tanya Farhan. "Semuanya sudah beres," jawab Vicky bangga. "Tidak! Tidak! Tidak! Aku tidak mau, lepaskan aku!" teriak Fanny kembali. Fanny mencoba menggerakkan tangan dan tubuhnya kembali secara kasar. Dia mencoba meloloskan diri. Mana mungkin dia akan tinggal diam diperalat seperti boneka. "Mau kamu teriak sampai bisu tidak akan ada yang menolong kamu. Dan kamu juga tidak akan bisa melepaskan diri dari ikatan kami," kata Tasya memutari Fanny sekilas. Bersambung ...."Ayo masuk," ajak Coki.Semuanya mulai memasuki gerbang yang sudah dibuka. Mereka merasa asing sama sekolah sendiri. Menurut mereka suasana sekolah sangat berbeda ketika pagi hari atau malam lainnya."Sebenarnya kita mau ngapain sih?" tanya Abian setelah berada di pekarangan sekolah."Kamu dan kalian semua masuk saja. Nanti kalian juga akan tau. Tidak usah banyak tanya," jawab Doni cuek.Doni dan Coki mengeluarkan satu botol cairan dari saku mereka. Mereka berjalan berlawanan arah, ke pinggir gerbang masing-masing. Mereka menuangkan sedikit cairan itu lalu menutup botol itu kembali. Setelah itu mereka meletakkan botol itu di balik semak-semak yang ada di samping gerbang. Botol itu adalah pemberian Vicky yang sudah dilengkapi mantra pembatas. Itu berfungsi agar seluruh gedung sekolah memiliki perlindungan. Supaya para arwah tidak melewati pekarangan sekolah."Ayo jalan," perintah Doni dan Coki.***Dalam perjalanan ke kelas tiba-tiba Sonya kebelet pipis. Sonya sudah tidak tahan lagi u
Tasya, Mila dan Raya mulai menyalakan semua lilin tersebut. Mereka berjalan hati-hati agar tidak merusak pola mantra yang telah mereka gambar. Mereka menatap puas setelah lilin menyala semua."Kamu dengarkan, jika kamu mau Fanny selamat maka kamu cukup diam dan nikmati saja oke," kata Doni menepuk pipi Ricko.Ricko terpaksa mengangguk mengikuti perintah Doni. Ricko tidak mau Fanny celaka. Sedangkan Doni dan Coki melepaskan tangan Ricko setelah Ricko tidak melawan mereka lagi. Mereka kembali berjalan mendekat ke arah Vicky. "Sekarang aku akan memulai melakukan ritual pemanggil. Kalian sudah bisa menjauh," perintah Vicky.Farhan dan lainnya segera mundur sejauh tiga meter. Setelahnya mereka memperhatikan apa yang dilakukan oleh Vicky. Mereka tidak akan melewatkan kesempatan melihat proses pemanggilan."Hem … hem ... hem …. Hem ... hem ... hem …. Hem ... hem ... hem …."Guman Vicky atau lebih tepatnya sedang membaca mantra dengan menutup mata. Vicky sudah fokus membaca mantra tanpa gang
"Tidak! Tidak! Tidak! Aku tidak mau, lepaskan aku!" teriak Fanny kembali.Fanny mencoba menggerakkan tangan dan tubuhnya kembali secara kasar. Dia mencoba meloloskan diri. Mana mungkin dia akan tinggal diam diperalat seperti boneka."Mau kamu teriak sampai bisu tidak akan ada yang menolong kamu. Dan kamu juga tidak akan bisa melepaskan diri dari ikatan kami," kata Tasya memutari Fanny sekilas.Setelah itu Tasya, Mila dan Raya mengikuti langkah Farhan. Sebelum meninggalkan Fanny, Mila menyempat diri mengambil kacamata Fanny dan menaruh di atas kepadanya sebagai hiasan. Setelah itu mereka ikut mendekat ke arah Vicky. Mereka sudah tidak sabar menunggu teman yang lain datang.Fanny tahu apa yang katakan Tasya benar. Tidak akan ada yang akan menolongnya. Satu-satunya harapan dia adalah Ricko, tapi Ricko juga sedang ditahan sama Coki dan Doni. Fanny kembali menangis meratapi nasibnya yang malang."Kalian kalau jalan hati-hati dong. Jangan sampai menghapus mantranya," tegur Vicky melihat mer
Fanny dan Ricko memasuki ruang aula. Mereka melihat keadaan ruang aula yang sudah berubah. Di dalam ruang aula, mereka hanya melihat mereka bertujuh. Mereka saling pandang dengan keanehan di depan mata. Mereka jadi takut untuk masuk lebih ke dalam. Mereka memilih berdiri di depan pintu masuk."Syukur deh kamu sudah di sini," ujar Farhan melembut.Farhan memberikan kode pada Tasya untuk membawa Fanny. Tasya yang mengerti kode Farhan segera mendekati Fanny dan Ricko. Sedangkan Mila dan Raya mengikuti Tasya dari belakang.Fanny yang sudah ada firasat buruk bersembunyi di belakang Ricko. Namun langkah yang diambil Fanny lebih lambat dari Tasya. Tasya segera memegang tangan dan menyeret Fanny dari Ricko. Ricko sebagai teman Fanny ikut memegang tangan Fanny satu lagi. Ricko mencium bau yang tidak beres."Apa apan ini?" tanya Fanny tidak terima."Kamu ikut aja. Tidak usah banyak tanya," sahut Tasya menyentak tangan Fanny. “Aaa ....” Fanny hampir saja terjatuh jika tidak dipegang sama Ricko
"Bughhh!"Tasya mendorong Fanny ke dinding toilet dengan kasar. Mereka saat ini sedang ada di toilet wanita. Tasya berserta dua temannya memojokkan Fanny, Mila dan Raya. Mereka sengaja menyeret Fanny ke dalam toilet agar tidak dilihat oleh guru. "Sreeet ….""Akhhh ... Tasya, tolong lepaskan. Kepala aku sakit," pinta Fanny mencoba melepaskan rambutnya dari tangan Tasya.Tasya menjambak rambut Fanny dengan keras. Dia tidak peduli jika Fanny mengaduh kesakitan. Bahkan tangan Tasya satu lagi ikut menekan pipi Fanny dengan keras."Dengar ya kutu buku. Awas saja kalau kamu tidak datang malam jum'at nanti. Aku pastikan, kamu bakalan lebih sengsara dari sekarang," ancam Tasya melotot tajam.Fanny tidak berani menjawab. Fanny ingin sekali memilih tidak datang. Tapi itu bukan jawaban yang bisa membuat Tasya puas. Jadi Fanny hanya bisa menangis ketakutan dan kesakitan tanpa suara."Kamu dengar tidak!" bentak Tasya lebih keras di depan muka Fanny."Iya … iya… aku de… de ... dengar," jawab Fann
Farhan memasuki ruang kelas diikuti dengan teman-temannya. Dia masuk dengan sengaja membuat keributan. Kakinya menendang kursi yang berada di dekat pintu. Farhan ingin semua perhatian tertuju padanya tanpa harus memanggil mereka satu persatu.Banyak orang yang takut sama sikap semena-mena Farhan. Hal itu dikarenakan Farhan adalah anak kepala sekolah. Selain itu Farhan juga tidak akan segan melukai orang jika ada yang buat masalah dengannya. Para siswa dan siswi memilih menjauhi Farhan dan teman-temannya sebisa mungkin. Mereka tidak mau menjadi mereka sebagai target bully."Kalian dengarkan aku baik-baik," kata Farhan dengan suara pelan memulai pengumumannya.Semua teman-teman Farhan berdiri di belakangnya yang berada di dekat meja guru. Tasya malah duduk di atas meja guru tanpa sopan santun. Dia menatap semua teman sekelas dengan seringai."Malam jum'at lusa, aku ingin kalian semua datang ke sekolah. Kalian harus datang jam delapan malam, tidak boleh telat sedetik pun. Awas saja jika







