LOGIN"Tidak! Tidak! Tidak! Aku tidak mau, lepaskan aku!" teriak Fanny kembali.
Fanny mencoba menggerakkan tangan dan tubuhnya kembali secara kasar. Dia mencoba meloloskan diri. Mana mungkin dia akan tinggal diam diperalat seperti boneka. "Mau kamu teriak sampai bisu tidak akan ada yang menolong kamu. Dan kamu juga tidak akan bisa melepaskan diri dari ikatan kami," kata Tasya memutari Fanny sekilas. Setelah itu Tasya, Mila dan Raya mengikuti langkah Farhan. Sebelum meninggalkan Fanny, Mila menyempat diri mengambil kacamata Fanny dan menaruh di atas kepadanya sebagai hiasan. Setelah itu mereka ikut mendekat ke arah Vicky. Mereka sudah tidak sabar menunggu teman yang lain datang. Fanny tahu apa yang katakan Tasya benar. Tidak akan ada yang akan menolongnya. Satu-satunya harapan dia adalah Ricko, tapi Ricko juga sedang ditahan sama Coki dan Doni. Fanny kembali menangis meratapi nasibnya yang malang. "Kalian kalau jalan hati-hati dong. Jangan sampai menghapus mantranya," tegur Vicky melihat mereka berjalan yang santai. Mereka berempat melihat ke arah kaki mereka yang menginjak pola mantra. Mereka bergeser dan berjalan lebih dengan hati-hati agar tidak menginjak pola mantra lagi. Vicky bangun dan membetulkan kembali pola mantra dengan arang kayu khusus yang terbuat dari kayu misterius. "Nanti kalian harus menjauh dari pola ini. Ritual pemanggil ini akan gagal jika pola mantra ini terhapus," kata Vicky menjelaskan sambil memperbaiki pola mantra. "Terus ada yang lain?" tanya Farhan. "Ada, dan ini lebih gawat. Jika nanti ada bagian pola yang terhapus maka aku tidak bisa sepenuhnya lagi menahan tubuh Fanny yang sudah dirasuki. Sekarang aku akan menjelaskan bagaimana cara kerjanya dulu. Kalian dengarkan aku baik-baik. Jangan sampai ada yang terlewatkan," terang Vicky. Mereka mengangguk kepala setuju. Mereka patuh apa yang dikatakan Vicky. Vicky lah yang menjadi peran utama ritual pemanggil. Jadi mau tidak mau mereka harus mendengar arahan Vicky. "Langkah pertama sudah selesai. Kita sudah buat pola mantra, perlengkapan dan juga tumbal. Nanti saat kita memulainya, kita harus menyalakan ketujuh belas lilin itu," tunjuk Vicky pada lilin yang melingkari Fanny. "Kemudian aku akan mencoba memanggil arwah gentayangan. Selama proses ini aku harap tidak ada yang mengganggu aku sedikitpun. Karena aku butuh konsentrasi." "Selanjutnya semua lilin akan mati sendiri jika ritual pemanggil berhasil dilakukan. Jika telah selesai kita sudah bisa bertanya kepada mereka. Kalian semua paham," sambung Vicky. Semuanya pada mengangguk mengerti. Sejauh itu mereka masih paham. Bagi mereka ritual pemanggil ini sangatlah mudah. "Tapi, jika sampai pola terhapus seperti yang aku bilang tadi, maka arwahnya akan sulit dikendalikan. Nanti tugas kalian adalah menggambar ulang pola sesuai pola yang aku buat. Kalian tidak boleh menambahkan setitik garis pun, karena itu akan sangat berpengaruh. Kemudian, jika kalian belum selesai melukis garis yang telah dihapus dan ada lilin yang menyala, maka kalian harus bagi-bagi tugas. Harus ada yang melukiskan pola kembali dan yang mematikan lilin yang menyala. Pengendalian arwah tergantung pada jumlah lilin yang menyala, semakin banyak lilin yang menyala maka semakin sulit dikendalikan. Kalian harus meniup atau memengang sumbu lilinnya supaya lilin tidak menyala. Selama itu aku tidak bisa bergerak dulu karena aku harus menjaga mantra tetap stabil," terang Vicky secara detail. "Terus apa yang akan terjadi jika semua lilin menyala?" tanya Raya penasaran. "Jika itu terjadi, maka arwah gentayangan akan lepas kendali dan proses ritual pemanggil bisa dibilangkan gagal karena kita belum memutuskan kontrak ritual pemanggil. Seharusnya lilin tidak boleh menyala sebelum proses penutup selesai," jawab Vicky. "Berarti selama polanya tidak terhapus, maka tidak akan ada masalahkan?" tanya Farhan memastikan. "Iya, itu benar," sahut Vicky. "Kalau begitu, nanti semua orang harus menjauhi pola mantra sejauh tiga meter. Tidak ada yang boleh mendekat," kata Farhan memperingati. Mereka mengiyakan perkataan Farhan. Jika mereka tidak mendekat, maka pola itu tidak akan tersentuh. Itu yang mereka pikirkan. "Terus, bel itu untuk apa?" tanya Tasya lagi. Vicky melihat bel yang ada di posisi yang akan dia duduki nanti. "Itu fungsinya untuk menggantikan arwah gentayangan. Jika kita bunyikan bel maka arwah yang ada di dalam tubuh Fanny akan terlempar keluar dan akan digantikan sama arwah yang lain," jawab Vicky. "Tapi untuk jaga-jaga kalian berdua ambil arang ini. Arang ini hanya ada tiga. Aku pegang satu, kamu satu dan Tasya satu," ujar vicky. Vicky memberikan arang itu pada Farhan dan Tasya. Vicky kemudian berjalan kembali ke arah pola mantra. Vicky duduk pada posisinya semula. Farhan dan Tasya menerima arang itu tanpa bertanya lebih lanjut. Mereka segera menyimpan arang tersebut agar aman. "Apa sekarang sudah bisa dimulai? sebelum lainnya datang?" tanya Vicky. "Ayo kita mulai," jawab mereka semangat. Bersambung ...."Ayo masuk," ajak Coki.Semuanya mulai memasuki gerbang yang sudah dibuka. Mereka merasa asing sama sekolah sendiri. Menurut mereka suasana sekolah sangat berbeda ketika pagi hari atau malam lainnya."Sebenarnya kita mau ngapain sih?" tanya Abian setelah berada di pekarangan sekolah."Kamu dan kalian semua masuk saja. Nanti kalian juga akan tau. Tidak usah banyak tanya," jawab Doni cuek.Doni dan Coki mengeluarkan satu botol cairan dari saku mereka. Mereka berjalan berlawanan arah, ke pinggir gerbang masing-masing. Mereka menuangkan sedikit cairan itu lalu menutup botol itu kembali. Setelah itu mereka meletakkan botol itu di balik semak-semak yang ada di samping gerbang. Botol itu adalah pemberian Vicky yang sudah dilengkapi mantra pembatas. Itu berfungsi agar seluruh gedung sekolah memiliki perlindungan. Supaya para arwah tidak melewati pekarangan sekolah."Ayo jalan," perintah Doni dan Coki.***Dalam perjalanan ke kelas tiba-tiba Sonya kebelet pipis. Sonya sudah tidak tahan lagi u
Tasya, Mila dan Raya mulai menyalakan semua lilin tersebut. Mereka berjalan hati-hati agar tidak merusak pola mantra yang telah mereka gambar. Mereka menatap puas setelah lilin menyala semua."Kamu dengarkan, jika kamu mau Fanny selamat maka kamu cukup diam dan nikmati saja oke," kata Doni menepuk pipi Ricko.Ricko terpaksa mengangguk mengikuti perintah Doni. Ricko tidak mau Fanny celaka. Sedangkan Doni dan Coki melepaskan tangan Ricko setelah Ricko tidak melawan mereka lagi. Mereka kembali berjalan mendekat ke arah Vicky. "Sekarang aku akan memulai melakukan ritual pemanggil. Kalian sudah bisa menjauh," perintah Vicky.Farhan dan lainnya segera mundur sejauh tiga meter. Setelahnya mereka memperhatikan apa yang dilakukan oleh Vicky. Mereka tidak akan melewatkan kesempatan melihat proses pemanggilan."Hem … hem ... hem …. Hem ... hem ... hem …. Hem ... hem ... hem …."Guman Vicky atau lebih tepatnya sedang membaca mantra dengan menutup mata. Vicky sudah fokus membaca mantra tanpa gang
"Tidak! Tidak! Tidak! Aku tidak mau, lepaskan aku!" teriak Fanny kembali.Fanny mencoba menggerakkan tangan dan tubuhnya kembali secara kasar. Dia mencoba meloloskan diri. Mana mungkin dia akan tinggal diam diperalat seperti boneka."Mau kamu teriak sampai bisu tidak akan ada yang menolong kamu. Dan kamu juga tidak akan bisa melepaskan diri dari ikatan kami," kata Tasya memutari Fanny sekilas.Setelah itu Tasya, Mila dan Raya mengikuti langkah Farhan. Sebelum meninggalkan Fanny, Mila menyempat diri mengambil kacamata Fanny dan menaruh di atas kepadanya sebagai hiasan. Setelah itu mereka ikut mendekat ke arah Vicky. Mereka sudah tidak sabar menunggu teman yang lain datang.Fanny tahu apa yang katakan Tasya benar. Tidak akan ada yang akan menolongnya. Satu-satunya harapan dia adalah Ricko, tapi Ricko juga sedang ditahan sama Coki dan Doni. Fanny kembali menangis meratapi nasibnya yang malang."Kalian kalau jalan hati-hati dong. Jangan sampai menghapus mantranya," tegur Vicky melihat mer
Fanny dan Ricko memasuki ruang aula. Mereka melihat keadaan ruang aula yang sudah berubah. Di dalam ruang aula, mereka hanya melihat mereka bertujuh. Mereka saling pandang dengan keanehan di depan mata. Mereka jadi takut untuk masuk lebih ke dalam. Mereka memilih berdiri di depan pintu masuk."Syukur deh kamu sudah di sini," ujar Farhan melembut.Farhan memberikan kode pada Tasya untuk membawa Fanny. Tasya yang mengerti kode Farhan segera mendekati Fanny dan Ricko. Sedangkan Mila dan Raya mengikuti Tasya dari belakang.Fanny yang sudah ada firasat buruk bersembunyi di belakang Ricko. Namun langkah yang diambil Fanny lebih lambat dari Tasya. Tasya segera memegang tangan dan menyeret Fanny dari Ricko. Ricko sebagai teman Fanny ikut memegang tangan Fanny satu lagi. Ricko mencium bau yang tidak beres."Apa apan ini?" tanya Fanny tidak terima."Kamu ikut aja. Tidak usah banyak tanya," sahut Tasya menyentak tangan Fanny. “Aaa ....” Fanny hampir saja terjatuh jika tidak dipegang sama Ricko
"Bughhh!"Tasya mendorong Fanny ke dinding toilet dengan kasar. Mereka saat ini sedang ada di toilet wanita. Tasya berserta dua temannya memojokkan Fanny, Mila dan Raya. Mereka sengaja menyeret Fanny ke dalam toilet agar tidak dilihat oleh guru. "Sreeet ….""Akhhh ... Tasya, tolong lepaskan. Kepala aku sakit," pinta Fanny mencoba melepaskan rambutnya dari tangan Tasya.Tasya menjambak rambut Fanny dengan keras. Dia tidak peduli jika Fanny mengaduh kesakitan. Bahkan tangan Tasya satu lagi ikut menekan pipi Fanny dengan keras."Dengar ya kutu buku. Awas saja kalau kamu tidak datang malam jum'at nanti. Aku pastikan, kamu bakalan lebih sengsara dari sekarang," ancam Tasya melotot tajam.Fanny tidak berani menjawab. Fanny ingin sekali memilih tidak datang. Tapi itu bukan jawaban yang bisa membuat Tasya puas. Jadi Fanny hanya bisa menangis ketakutan dan kesakitan tanpa suara."Kamu dengar tidak!" bentak Tasya lebih keras di depan muka Fanny."Iya … iya… aku de… de ... dengar," jawab Fann
Farhan memasuki ruang kelas diikuti dengan teman-temannya. Dia masuk dengan sengaja membuat keributan. Kakinya menendang kursi yang berada di dekat pintu. Farhan ingin semua perhatian tertuju padanya tanpa harus memanggil mereka satu persatu.Banyak orang yang takut sama sikap semena-mena Farhan. Hal itu dikarenakan Farhan adalah anak kepala sekolah. Selain itu Farhan juga tidak akan segan melukai orang jika ada yang buat masalah dengannya. Para siswa dan siswi memilih menjauhi Farhan dan teman-temannya sebisa mungkin. Mereka tidak mau menjadi mereka sebagai target bully."Kalian dengarkan aku baik-baik," kata Farhan dengan suara pelan memulai pengumumannya.Semua teman-teman Farhan berdiri di belakangnya yang berada di dekat meja guru. Tasya malah duduk di atas meja guru tanpa sopan santun. Dia menatap semua teman sekelas dengan seringai."Malam jum'at lusa, aku ingin kalian semua datang ke sekolah. Kalian harus datang jam delapan malam, tidak boleh telat sedetik pun. Awas saja jika







