Tujuh hari berlalu acara tahlilan yang ke tujuhpun sudah terlaksana malam tadi, Setiap hari Ai selalu menanyakan papa dan mamanya yang tak pernah lagi di lihatnya, gadis kecil itu akan merajuk dan hanya Arya yang bisa membuatnya berhenti merajuk.
Saat ini di ruang keluarga sudah ada dua keluarga, yang tak lain keluarga Alm. Aryo dan orang tua Lily. Mereka sama-sama meminta hak asuh Ai, putri semata wayang pasangan Aryo Bimantara dan Lily Prisilia.
Keduanya merasa memiliki hak penuh dalam mengasuh Ai, perdebatanpun sedang berlangsung di ruang tamu keluarga Bimantara.
"Jeng tolong biar Ai sama kami, kami cuma punya Lily anak semata wayang kami, sekarang dia teah tiada, kami tak memiliki penerus lagi, hanya Ai satu-satunya, jadi saya mohon pengertiannya, kalian mau menyerahkan pengasuhan Ai pada kami!" ucap Melisa ibu Lily.
"Maaf jeng bukannya kami serakah, hanya saja selama ini Ai tinggal dengan kami, dia juga cucu pertama kami, kami tak ingin jauh darinya, kita bisa sama-sama bergantian mengurus Ai jeng!" jawab ibu Sandra.
Keduanya bersikeras ingin Ai bersama mereka, akhirnya Ai dibawa babysitternya ke ruang utama menemui oma dan neneknya yang sedang cekcok mulut.
Ai mengalungkan tangannya pada leher Ina sang babysitter, Ai menatap orang-orang yang di kasihinya, mata bulatnya berkedip-kedip lucu, rambutnya di kepang dua dengan ikat rambut berwarna merah, Ai sangat cantik, perpaduan papa dan mamanya.
Sedang Arya dia baru saja tiba, dia tidak mengetahui jika di ruang utama masih dalam suasana tegang. "Assalamualaikum" ucap Arya yang baru saja membuka pintu.
"Waalaikumsalam" jawab semua yang ada di ruangan itu.
"Lo ada tante dan Om Liam!" kata arya mendekat dan menyalim keduanya.
"Duduk nak" perintah papa A*i. Yang kemudian melanjutkan ucapannya, "Begini, tante dan om Liam menginginkan hak asuh penuh atas Ai, begitu juga mama kamu, menurutmu bagaimana?"
Arya menatap Ai yang masih nempel pada gendongan Ina, ikut prihatin pada gadis kecil itu, dia belum memahami apapun tapi sekarang dia menjadi rebutan orang-orang yang di kasihinya.
"Tante, Om, Mama, Papa, Ai hanya gadis kecil aku mohon jangan memperebutkannya, karna itu akan berpengaruh pada kesehatan mentalnya nantinya."
"Asal kalian tau Aryo menyerahkan hak asuh Ai pada saya" lanjutnya memberi keterangan.
"Omong kosong, Aryo meninggal sebelum kamu kembali, bagaimana mungkin kamu mengatakan jika Aryo menyerahkan Ai padamu!" ucap kesal Melisa yang tak terima.
"Ina, bawa Ai masuk" perintah Arya dan Ina langsung membawa Ai ke kamarnya.
"Ini kalian lihat sendiri!" Arya menyerahkan hape dan mulai memutar Vidio rekaman yang ada di dalamnya.
Mereka terkejut ternyata itu adalah peristiwa kejadiaan sebelum kematian keduanya. Ibu Sandra dan ibu Melisa kembali menangis mengingat anak mereka.
"Dan ini, ini hasil otopsi mereka!" kata Arya menyerahkan amplop ke hadapan mereka. Satu persatu membaca dan terkejut ternyata mereka di bunuh.
"Huhuhu mereka membunuh anak kita pa, mama tidak terima pa, mereka harus mati, mama berharap mereka segera di makan cacing tanah, mama gak terima, mama sumpahi mereka hidup menderita." berbagai sumpah serapah di ucapkan ibu Sandra benar-benar geram, kenapa banyak penjahat berkeliaran di luar sana.
Sedang ibu Melisa dia terlihat sudah tegar, mala wajahnya terlihat menggeram menahan emosi, "Arya kamu harus mencari pembunuh putriku dan adikmu, kamu harus membunuh mereka dengan cara yang sama bila perlu lebih sadis." ucap ibu Melisa yang terlihat jelas jika dia menahan amarahnya karna wajahnya sudah merah padam.
Sandra terdiam dari tangisnya dia berbalik menatap besannya, "Apa kamu bilang Arya yang harus mencari pembunuh mereka, apa kamu ingin Arya juga celaka, kamu berharap anakku yang satu lagi juga tiada, hah?" omel mama Arya.
"Ssstt ma jangan emosi terus" kata papa A*i menenangkan istrinya.
"Gimana mama gak emosi dia ingin Arya balas dendam pa, mama gak ingin kehilangan anak mama lagi!" sentak ibu Sandra.
"Ngomong sama kamu dari tadi membuat naik darah tinggi saya! Ayo pa kita pulang, dan kamu Arya didik Ai dengan baik!" ucap Ibu Melisa.
"Pak A*i kami pamit ya" pak Liam merasa tak enak karna istrinya sudah membuat ulah di keluarga itu.
"Hati-hati pak" jawab pak A*i.
"Kita bicara di ruang kerja Arya" kata papa A*i. "Dan mama sebaiknya istrirahat di kamar, biar di antar Iyem ya." Sandra hanya mengangguk menanggapi ucapan suaminya.
Arya mengikuti sang papa yang berjalan terlebih dahulu ke ruang kerjanya. Mereka duduk berhadapan, "Papa yakin kamu sudah mulai mencari tau tentang mereka." ucap papa A*i to the point.
"Papa benar, aku menyelidiki berapa mafia yang ada di Daerah ini, agar aku mudah menyelidikinya satu persatu." jawab Arya.
"Apa tidak sebaiknya kita lapor yang berwajib?" saran papa A*i.
"Jangan dulu pa, bukti belum cukup, Arya akan mengurus semuanya, papa jangan khawatir." dalih Arya.
"Bagaimana dengan tugasmu? Bukankah cutimu tinggal tiga hari lagi? Tiga hari tidak cukup Arya untukmu menyelidiki semuanya." kembali sang papa keberatan dengan apa yang akan Arya lakukan.
"Pa untuk sementara aku mengajukan bebas tugas, sebelum masalah ini selesai aku tidak akan tenang pa, aku mohon, papa jangan mengkhawatirkan aku, aku pasti bisa menjaga diri, aku hanya butuh dukungan papa." terang Arya.
Papa A*i menghela nafas berat, sesungguhnya dia keberatan dengan apa yang Akan Arya Lakukan, tapi dia tau watak sang anak yang keras kepala, Arya tidak akan puas jika belum mendapatkan hasil yang maksimal akan suatu tindakan yang di lakukannya.
"Papa akan mendukungmu, tapi ingat jaga dirimu baik-baik, papa tidak ingin dan tidak mau dengar hal buruk terjadi juga padamu." sentak sang papa.
Bagaimanapun juga seorang ayah akan selalu menganggap anaknya itu masih kecil, meski dia sudah berusia dewasa, setiap orang tua pasti tidak ingin jika anaknya mengalami nasib yang buruk, seperti yang telah terjadi pada Aryo.
"Papa berharap kamu menggantikan Aryo di perusahaan, bagaimanapun tinggal kamu penerus papa Arya!" lirih papa A*i.
"Tidak sekarang pa, tapi akan aku pikirkan itu, sekarang tujuanku hanya mencari orang yang di panggil "Dan" itu pa!" ucap Arya yang menggenggam tangannya kuat-kuat seperti hendak memukul orang, melampiaskan kemarahannya.
"Oh ya papa senang karna Aryo menyerahkan hak asuh Ai padamu, paling tidak itu membuat Melisa tidak bertengkar dengan mamamu terus!"
"Aku tau pa, Aryo menyerahkan Ai padaku karna kemiripan kami, setidaknya itu sedikit mengobati kerinduan Ai pada papanya, gadis kecil itu sangat dekat dengan papanya pa!"
Papa A*i mengangguk setuju, pasti hal tersebut sudah di pikirkan oleh Aryo matang-matang sebelum kejadian naas itu.
"Istirahatlah, papa ada beberapa berkas yang harus di periksa!"
"Baik pa, Arya kembali ke kamar dulu!" ucap Arya sedikit menghormat pada papanya. Sikapnya seperti kepada atasannya saja. membuat papa A*i tersenyum.
"Hai Ai, lagi sarapan nak? Makannya yang banyak ya biar cepat besar!" ucap Arya mencium kening gadis kecil yang kini semakin lengket dengannya."Papi mau kemana?" tanya Ai yang melihat Arya sudah rapi dengan balutan celana jeans di padukan kaos oblong dan jaket Le yang sudah melekat di tubuh kekarnya."Papi mau keluar sebentar sayang, Ai sama mbak Ina ya, jangan nakal, nanti jika papi pulang pasti Ai papi temenin main, Oke!""Tapi papi pulangkan? gak kayak papa yang gak pulang!" ucapnya sedih."Papi cuman sebentar koq, percaya sama papi ya, papi gakkan pernah tinggalin Ai!" ucap Arya memberi pengertian pada keponakannya itu."Ina titip Ai ya, saya keluar, kalau mama dan papa tanya nanti bilang aja saya ada keperluan sebentar.""Baik tuan"Arya meraih kunci motor, dia tak ingin mengendarai mobil, Agar lebih leluasa bergerak, Arya melajukan motornya keluar dari gerbang rumahnya. Di perjalanan dia berpikir kemana sebaiknya di
Setelah Arya meninggalkan gadis yang telah di tolongnya, Arya bergegas pergi hendak menemui seorang rekannya yang berprofesi sebagai Detektif.Arya melajukan motornya menuju pinggiran kota, sahabatnya itu tidak suka keramaian, Dia menyukai tempat yang tenang.Arya tiba di depan rumah mungil tapi terlihat elegan, rumah sederhana yang terbuat dari kayu-kayu berkualitas terbaik, Arya memandang sekeliling rumah tampak Asri, ada beberapa kelompok bunga yang di tanam bergerombol di tempat-tempat yang semestinya.Rumah kayu itu terlihat kokoh, kayu yang sudah di pernis dan di cat minya dengan warna dasar kayu, sungguh sangat istimewa, sahabatnya itu memiliki selera tersendiri, berbeda dengan kebanyakan orang, meskipun terlahir dari keluarga kaya dia suka tinggal di rumah idamannya itu.Terdengar suara dari dalam yang menyela pikiran Arya, "Apa kau kagum dengan rumahku? Cepatlah masuk" ucap suara yang ntah datangnya dari mana.Pintu terbuka otomatis, Arya
Arya kembali ke rumahnya, setelah meninggalkan rumah Jessen, Jessen Arkano anak pengusaha properti terbesar di Indonesia, anak pertama pasangan James Arkano dan Melanie artania.Jessen memilih menyendiri dengan hobbynya, dia tak ingin menggantikan papanya mengelolah bisnis keluarga. Adiknya Jimmy Arkano yang menggantikan papanya memimpin perusahaan keluarga.Siapa yang tak mengenal keluarga itu, tapi mereka hanya tau jika anak pasangan itu hanya Jimmy Arkano, sedang Jessen sekalipun dia tidak pernah tampil di hadapan publik, sehingga tidak ada yang tau jika Jessen adalah anak pertama keluarga Arkano.Arya sampai di rumah, disana sudah ada Ai yang menunggu sang papi sedari tadi, dia lagi ngambek gak mau makan, karna sang papi tak kunjung pulang."Pokoknya Ai gak mau makan, Ai mau sama papi, tadi papi janji mau temenin Ai main oma" rajuknya.Tak lama muncullah Arya di depan pintu yang baru saja mengucap salam langsung saja
Arya menekan remnya mendadak, hampir saja gadis di depannya tertabrak, Gadis tersebut menutup wajahnya dengan tangannya. Arya keluar dan melihatnya, "Maaf nona apa kau baik-baik saja?"Gadis itu menengadahkan kepalanya menatap lelaki yang memanggilnya, "Kau" tunjuknya kepada Arya.**********************************"Maaf aku membuat jalanmu terganggu" Elmira langsung mengendap masuk ke dalam mobil Arya.Arya yang masih tak mengerti, menjadi bingung, "Eh kenapa masuk ke mobilku" Aryapun langsung membuka pintu kemudi dan menatap gadis yang sembunyi karna dia jongkok di dalam mobilnya."Apa yang kau lakukan cepat keluar!" sentak Arya."Maaf tapi tolong sebentar saja, joka ada yang bertanya bilang saja tidak tau, Plis? Elmira mengatupkan tangannya memohon pada Arya agar arya tidak memberi tahukan keberadaannya."Masa bodoh cepat keluar, merepotkan saja!"Beberapa pria ber jas hitam mendwkat ke mobil Arya,
Elmira dengan tidak canggung memperkenalkan diri kepada Sandra mama Arya, dia juga berkenalan dengan Arlyana Bimantara, gadis kecil yang di panggil Ai itu sedang bermain dengan pengasuhnya, Elmira berbaur dengan Ai, Ai dia juga senang mendapat teman baru."Kamu baru kenal langsung di bawah pulang gitu ya Ar?" tanya Sandra mamanya."Dia yang tiba-tiba ngumpet di mobil Arya ma, udah Arya suruh pergi tadi tapi nggak mau, maksa ikut dia!" sahut Arya."Maksud kamu ngumpet? Dia di kejar-kejar orang begitu?"
Apa yang kau katakan Nick?" ucap Yordan dengan raut muka tegang."Maafkan saya tuan, saya lalai sehingga nona muda kembali kabur mengelabui kami" sahut Nick dengan menundukkan kepalanya takut pada sosok Yordan yang seperti akan mengulitinya."Cepat cari dia sampai dapat," hardiknya marah. "Mark bantu melacak dimana adikku berada" perintah Yordan dan di angguki oleh Mark.Mark membuka laptop yang ada di dalam tasnya dan mulai berselancar, mencari titik keberadaan Elmira melalui Gps yang ada di kalung yang di kenakannya.Ketemu tuan, Nona El berada di jalan Sudirman, Mereka bergegas bersama setelah mengetahui titik keberadaan Elmira.Dua mobil melaju kencang, ke arah jalan Sudirman, Mark menatap sinyal nona mudanya yang stay di tempat, tidak ada pergerakan.Mereka sampai di sebuah kompleks dan terus mengikuti kemana Mark menunjukkan jalan. Mereka berhenti di depan gerbang rumah besar di depan bertuliskan "Kediaman Bimantara".
Mark menoleh menatap Nick yang memanggil namanya. "Ada apa?" tanyanya "Kau ingat sepasang suami istri yang beberapa waktu lalu kita bunuh, aku melihatnya, melihat fotonya maksudku, di rumah besar keluarga Bimantara." ucap Nick Mark mendengarkan, jika demikian itu berarti mereka telah melakukan kesalahan terhadap rekan bisnis Yordan. Bimantara Grub adalah rekan bisnis yang baru saja bekerjasama dengan YG Company. "Nanti kita bicarakan dengan tuan Yordan, bagaimana nona muda bisa berada di dalam sana?" Nick menggeleng lemah karna dia juga tidak tau. Mobil berjalan kembali menuju Kediaman Gustaf. Elmira hanya menunduk sepanjang perjalanan, Yordan menjadi semakin dingin terhadap adiknya. Dia menyayangi Elmira, dia hanya tidak ingin sesuatu yang buruk menimpa adiknya itu. "Kenapa kau tidak mendengarku El?" "Maaf kak, apa aku salah, aku hanya ingin punya teman, aku ingin mengenal dunia luar, bukan hanya seputar ruma
Setelah aksi mogok makan berlalu, kini Elmira memiliki kebebasan meski tak banyak waktunya, tapi dia cukup puas. Kini Elmira berkunjung ke rumah Ai, gadis mungil yang sangat di rindukannya. Meski tujuan utamanya melihat Arya tapi dia juga merindukan Ai. Elmira membawa mobilnya sendiri karena mulai sekarang Elmira bisa menggunakan mobil tanpa pengawalan. Elmira hampir saja sampai di rumah Ai, tapi mobil Arya melintas, Elmira pun putar arah menguntit kemana Arya pergi. Dia terus mengekor dengan jarak yang tidak begitu jauh karena takut kehilangan jejak Arya. Arya menatap Spion memperhatikan mobil yang sama mengekor di belakang mobilnya. Karena kaca mobil Elmira tembus pandang Arya jadi mengetahui siapa yang telah menguntitnya. "Mau apa gadis itu mengikuti aku terus," gumam Arya. Arya menghentikan mobilnya dan keluar menemui mobil yang juga berhenti di belakangnya. Tok Tok Tok Arya menggedor pintu mob