Nora dan Dinar saling pandang. Mereka kembali menatap pada Jehan.
“Tapi, kita serahkan ini pada pihak kepolisian. Biarkan mereka melakukan tugas dengan prosedur yang ada, kita harus ikut aturan mereka.”“Mari kita kembali ke kamar Mas Am, Ma.”Dinar mengajak ibu mertuanya untuk pergi dari restoran. Ia berdiri untuk membayar bill.“Dia sangat shock, Je.” mata keduanya memandang sosok Dinar.
“Luka Am terlalu parah ya, Tan?” Jehan bertanya pada Nora.“Bukan masalah lukanya, cuma ada sebagian saja, lecet dan beberapa jahitan, tapi Am sekarang tidak ingat istrinya.”Dirham melongo mendengar ucapan Nora.“Am amnesia? Oh my God. Separah itu?”“Kami masih menunggu hasil pemeriksaan medisnya hari ini, entah dendam apa yang dimiliki orang itu pada anak Tante, Je. Dia baru saja mengecap kebahagiaan bersama anak dan istrinya.” Nora menceritakan keadaan putranya paDada Dinar seperti dihantam dengan batu yang cukup besar. Kakinya lemah untuk berdiri. Matanya berkaca-kaca. Ia menatap wajah Dirham yang dingin dan tegang. Tuduhan itu lagi yang harus ia dapatkan sekarang. Sudah bertahun-tahun ia bisa melupakan peristiwa itu, tapi sekarang harus diungkit dan dituduh tentang sesuatu yang tidak pernah ia lakukan.Nora mendekati Dinar, lengan Dinar ditarik dan dibawa untuk keluar ruangan.“Di, suami kamu tengah hilang ingatan, sebagian ingatannya ada yang tidak mampu ia peroleh. Kamu pulang saja ya, Di. Jaga anak-anak kalian, biar Mama dan papa yang jaga Am. Mungkin Am tidak bisa mengingat kalau semua sudah terungkap hari itu. Kamu yang ngerti ya, Di. Mama yakin dia akan pulih seperti dulu.”“Iya, Ma. Dinar pulang dulu. Titip Mas Am. Jaga dia, Ma. Dinar khawatir musuh-musuh Mas Am, masih mencari cela untuk menyerang.” Dinar menyuarakan kekhawatirannya.“Kami akan jaga Am.” s
Dinar mengusap air matanya, sebisa mungkin ia tidak ingin menangis di depan anak-anaknya.“Loli, saya naik sebentar untuk mandi, ya?”“Iya, Bu.” Loli kembali mengajak Abizaair bermain bola.Mbak Santi yang melihat Dinar mendaki anak tangga segera mengejarnya.“Non, Den Dirham gimana?” Dinar menoleh, wajah sembab menunjukkan kesedihan hatinya.“Sudah sadar, Mbak. Tapi, suami saya tidak bisa ingat saya istrinya.” Santi reflek menutup mulutnya yang melongo.“Astaghfirullah, yang sabar ya, Non. Saya yakin pasti ada hikmah dibalik ini semua.”“Doakan rumah tangga saya baik-baik saja, Mbak.”“Pasti, Non.”“Saya siapkan makan malam ya, Non.”“Saya akan order pizza untuk anak-anak, ini uangnya, tolong ambil di depan ya, Mbak.” Dinar memberi uang 200 ribu untuk membayar piz
Nora menggelengkan kepalanya, ia sudah berpesan pada putranya tadi, jangan terlalu membenci istrinya, dan Dirham menyanggupi permintaan itu, tapi sekarang lain pula kenyataan yang terjadi.Dinar mendekati ibu mertuanya.“Biarkan, Ma. Mas Am tidak boleh terlalu dipaksa, mungkin benar kata dokter, Mas Am butuh waktu untuk merangkai kembali ingatan yang hampir hilang total. Dinar bisa ngerti kok.” Dinar berkata pelan, matanya tidak lepas memperhatikan Dirham yang melayani kedua anak mereka makan buah.Dinar menarik napas berat, ia rindu dengan suaminya, keusilannya, romantisnya, semua ia rindukan dari Dirham.“Unda, cini ..” Abizaair menarik tangan Dinar, meminta ibunya untuk duduk di samping Dirham.“Kenapa, Sayang?” Dinar menatap putranya. Abizaair mengambil potongan buah dalam mangkok.“Awas jatuh.” Dinar segera menyambut mangkok itu.
Dinar memandang wajah suaminya seolah meminta kepastian, ia takut tadi hanya halusinasinya saja. Dirham membalas tatapan mata istrinya.“Serius, Mas?”“Kenapa? Ada yang salah?”“Tidak, Mas. Tidak ada yang salah.” dengan cepat Dinar menjawab, takut suaminya berubah pikiran.“Kalau tidak ada, lakukan saja sesuai keinginan suamimu.”“I-iya, Mas. Aku pasti akan lakukan semua itu.” ada kebahagiaan dalam kalimat Dinar.Dirham mengambil ponselnya, ia membuka galeri. Ingin melihat video dan foto-foto yang tersimpan di dalam galeri ponselnya. Video tentang istri dan anak-anaknya.“Mas, aku ngecek anak-anak dulu ya, sudah selesai belum bersiapnya.”“Pergilah, aku mau istirahat sebentar.”“Mau apa-apa, Nggak? Biar aku ambilkan.” “Kalau aku mau kamu temani di sini, bisa?”Dinar tersenyum,
Juliana kaget setelah ia datang ke kediaman Assegaff untuk membesuk Dirham, Juliana dan Nicko baru sampai dari UK untuk melihat-lihat sekolah di sana, rencananya lulus dari SD nanti, Nicko akan langsung lanjut sekolah di sana. Tiga Minggu di UK, Juliana baru bisa pulang, setelah mendengar kabar tentang Dirham yang baru saja keluar dari rumah sakit, Juliana langsung membawa suami dan putranya langsung pergi menemui keluarga Assegaff.Adam memberikan beberapa bukti kalau pelaku di balik kecelakaan Dirham adalah Johan Wibisana, mantan suami Juliana. Juliana tidak percaya kalau perbuatan nekad mantan suaminya membawa kejahatan.“Maafkan saya, Om, Tante. Secara tidak langsung kecelakaan Dirham karena saya.”Juliana meminta maaf pada Adam dan Nora.“Bukan kesalahanmu, Na. Om juga sudah menemui Johan 3 hari lalu sebelum ia kembali ke Singapura. Dan secara terbuka sudah minta maaf dengan Am, ia mengaku terlalu marah kar
Mature contentDirham kembali melumat bibir mungil istrinya, candu yang ia miliki secara sah. Matanya mengunci netra istrinya, mata bulat itu membuat ia seolah hanyut kedalam samudera yang indah. Itu miliknya. Dan bibir ini, terlalu manis untuk dibiarkan tanpa disentuh. Dirham memegang belakang kepala istrinya dan kembali melumat lebih dalam.Nikmat, ia tidak ingin berhenti sekarang. Sekali lagi wanita yang sama membuat ia jatuh cinta.“Jangan sekarang, Aku takut kepala Mas masih sakit.” Dinar berbicara di sela-sela ciuman hangat suaminya.“Tadi dokter bilang tidak apa 'kan? Asal fisik kita kuat. Aku kangen banget. Kita lakukan pelan-pelan.” bibir itu kembali dilumat. Kedua lengan istrinya dikunci, ia tidak ingin menunda lagi, satu bulan harus menahan diri membuatnya seperti berada di gurun pasir yang gersang. Dahaga.Dinar akhirnya pasrah, menikmati dan membiarkan suamin
~Canberra Australia~Sudah 3 hari Cokro berada di rumah Jecky, anaknya selalu sibuk bekerja dan menantunya jarang sekali di rumah, ada saja job yang memanggilnya. Cokro yang akan menjaga Jojo dan menemaninya bermain, entah itu mobil-mobilan atau bermain play station. Asal cucunya itu merasa senang dan tidak kesepian.Ponsel Cokro yang berada di atas meja berdering. Ada panggilan masuk.“Hallo.” Cokro segera mengangkatnya telpon.(Mas, berapa lama lagi harus berada di sana? Rencana kita bisa berantakan kalau gini) suara seorang pria begitu tidak sabar seolah sudah lama menunggu kepastian dari Cokro.“Do, sepertinya aku belum bisa pulang. Cucuku belum ada yang jaga, bukan mudah di sini cari baby sitter, sedang Jecky dan istrinya sibuk tidak pernah berhenti kerja. Kasihan Jojo kalau harus sendiri.” Cokro menjelaskan keadaannya sekarang.(Seminggu lagi aku harus keluar
“Sini, Sayang. Mas jawab tuh, aku mau buatin Abie susu dulu.” Dinar mengangkat kepala suaminya, mau tidak mau Dirham akhirnya duduk. Tubuh Abizaair ditarik oleh Dinar dan didudukkan di atas pangkuan Dirham, ia tersenyum kecil melihat wajah suaminya sedang tertekan. Pasti Dirham sedang berpikir keras, mau jelaskan apa pada putranya.“Abie, sudah siap pasang puzzle? Cakep kaga hasilnya? Papa lihat dong.” Abizaair mengangguk dan menarik tangan papanya untuk mendekati sang kakak yang masih sibuk menyusun puzzle Barbie miliknya.Dinar datang sambil membawa botol susu putranya. Ia ikut melihat hasil kerja putra putrinya. Ruby akhirnya selesai juga.“Yeay, Kakak berhasil juga.”Senyum puas tercetak di bibir Ruby. Abizaair juga mengangkat hasil kerjanya.Nora dan Adam yang baru saja datang dari acara dinner dengan klien Adam tersenyum melihat kemeriahan di ruang keluarganya.“