Share

Bab 4 Sebuah Rencana Terselubung

Beberapa bulan sebelum pertemuan Vero dengan Luna, keluarga Hermansyah yang terdiri dari Presdir Dipo Hermansyah, Anna Hermansyah, Vero Hermansyah dan Jihan Hermansyah, mereka terlibat dalam rapat keluarga yang begitu serius.

"Vero, kau tau bukan, nenek divonis demensia, ayah hanya berpesan kepadamu, jika kita tidak bisa mendapat perawat yang tepat, kau harus mencari istri yang tepat, yang bisa merawat nenek dengan baik," ucap presdir Dipo yang merupakan ayah dari Vero Hermansyah.

"Apa itu harus ayah, kita bisa mencari perawat  terbaik untuk nenek," ucap Vero.

"Kau ingat tidak Vero, perawat yang terakhir lalai memberikan obat nenek, tertukar dengan obat ayahmu, apa kau mau kejadian seperti itu teruang lagi, orang lain tidak akan memiliki tanggung jawab tinggi seperti halnya keluarga sendiri," ucap Anna Hermansyah yang merupakan ibu dari Vero dan Jihan. Nyonya besar di keluarga Dipo Hermansyah, nyonya besar yang bergelimang harta dari Berlian Grup, dalam keadaan tidurpun kekayaan mereka seolah semakin bertambah.

"Kenapa bukan ibu saja yang merawat nenek," ucap Jihan.

"Jihan, kau tau bukan, ibu sangat sibuk, banyak pertemuan yang harus ibu datangi, rapat mingguan, arisan dengan beberapa perkumpulan sosialita dan masih banyak lagi," ucap nyonya Anna seraya mengibaskan kipas bambu yang memiliki ukiran cantik juga taburan cat emas.

"Kenapa tidak kau saja?" ucap nyonya Anna yang melempar pertanyaan yang sama kepada Jihan yang merupakan putri kandungnya.

"Jihan? Ibu tidak salah, jihan masih kuliah, Jihan sibuk sekali, belum lagi harus pergi dengan teman teman, Jihan bisa gila jika harus merawat nenek," ucap Jihan dengan nada bicara yang manja namun sedikit ketus.

"Kakak saja, itu sudah keputusan yang tepat ayah, kakak harus mencari istri yang tepat!" lanjut Jihan yakin.

"Kenapa harus aku?" Vero terlihat pasrah namun juga ada sedikit rasa kurang nyaman dengan keputusan ayahnya.

"Vero, ayah sudah memikirkan hal ini, mencari menantu yang tepat itu adalah cara terbaik, carilah gadis yang sesuai kriteria itu, supaya dia bisa merawatmu juga nenek," ucap presdir Dipo.

"Ayah akan menyerahkan jabatan sebagai presdir, asal kau menikah dengan gadis yang tepat sesuai yang kami semua inginkan," lanjut presdir Dipo. Mendengar itu, mata Vero terlihat bulat penuh menatap ayahnya yang selama ini diketahu sama sekali tidak berminat untuk lengser dari jabatannya. Vero berfikir, jika dia menjadi presdir akan banyak sekali keuntungan yang didapat, dia bisa melakukan apa saja sesuai dengan cara dia bekerja dan mendapatkan apa saja yang dia inginkan, karna sebagai presdir dia bebas mengakses keuangan kantor tanpa harus melapor terlebih dahulu.

"Ayah serius?" tanya Vero.

"Tentu saja, itu sepadan, lagipula ayah sudah seharusnya pensiun, menikmati masa tua, melakukan hal hal yang menyenangkan, bersama teman teman, menikmati sisa usia dengan cara yang menyenangkan," ucap presdir Dipo.

"Baiklah ayah, aku setuju," ucap Vero yakin.

Sejak saat itu, mereka semua sibuk mencari calon istri yang tepat untuk Vero, untuk menjadi istrinya namun juga ada tugas lain yang terselubung, yaitu mengurus nenek Ellin yang merupakan ibu kandung presdir Dipo.

Nenek Ellin berusia sekitar delapan puluh tahun, mengidap Demensia sedang dan lebih banyak melakukan aktifitas di rumah. Demensia adalah penyakit yang menyebabkan penurunan daya ingat dan cara berpikir. Kondisi ini berdampak pada gaya hidup, kemampuan bersosialisasi, hingga aktivitas sehari-hari bagi penderitanya. Nenek Ellin membutuhkan perawatan khusus, karna kadang demensianya kambuh di saat yang tidak tepat, tiba tiba lupa dengan aktifitas yang sedang dijani dan akhirnya mengalami cidera karna hal tersebut.

"Ayah akan mulai mencari seseorang yang tepat untuk menjadi menantu di rumah ini," ucap presdir Dipo dengan yakin.

***

Di tempat kos Luna, dia terlihat memikirkan apa yang tuan Tian ucapkan, benarkah semua ini terjadi? Tidak ada angin tidak ada hujan tiba tiba dia akan dijadikan menantu oleh konglomerat yang memiliki anak pria tampan yang mingkin saja memiliki banyak penggemar dari kaum Hawa. Apa ini bukan mimpi? beberapa kali Luna memukul mukul pipinya.

"Au, sakit," ucap Luna setelah memukul pipinya yang ternyata masih merasakan sakit, itu tandanga dia masih berada di dunia nyata.

Luna terlihat berfikir keras, pria itu tampan, mapan, dari keluarga terpandang, jika bukan karna tuan Tian yang membuatnya bisa bertemu dengan Vero, untuk bermimpi saja sepertinya tidak akan mungkin, itu sangat mustahil baginya, mendekati pria kaya dan tampan itu.

Ada sedikit ketertarikan mulai timbul di dalam hati Luna, dia mulai menyukai Vero walaupun baru sekali bertemu. Kesan pertama itu sungguh melekat di dalam hatinya, dia mulai berfikir untuk menerima tawaran itu, menjadi menantu presdir Dipo.

Luna merasakan ada sesuatu yang aneh, namun perasaan itu berusaha dia tepis. Mungkin saja ini adalah jodoh terbaik yang dikirimkan Tuhan, itu yang Luna pikirkan. Dia terlihat bahagia, tersenyum sumringah seraya bernyanyi nyanyi kecil. Tuhan memberinya yang terbaik dari yang terbaik, itu fikirnya.

***

Pagi hari di kantor Firma milik tuan Tian, Luna terlihat datang lebih pagi, dia ingin segera menemui tuan Tian untuk memberikan kabar baik.

"Tu-tuan Tian," teriak Luna ketika melihat tuan Tian berjalan cepat menuju ke arah ruangannya.

"Iya Luna, ada apa?" tanya tuan Tian.

"Bisakah kita mengobrol sebentar," ucap Luna.

"Tentu, mari ke ruangan saya," ucap pak Tian seraya mengarahkan langkahnya ke ruangannya yang sudah bersih dan rapi.

Tuan Tian terlihat duduk di kursi kerjanya dan mempersilahkan Luna duduk.

"Silahkan Luna, apa yang ingin kau diskusikan dengan saya?" tanya pak Tian.

"Sa-saya sepertinya menerima tawaran itu pak," ucap Luna gugup.

"Luna, iya itu adalah jawaban yang saya harapkan, saya akan segera memberitahu presdir Dipo, untuk selanjutnya kalian bisa mendiskusikan hal ini secara pribadi," ucap pak Tian seraya tersenyum lebar.

"Pak Tian, apa bapak yakin keputusan yang saya ambil adalah benar? saya mengambil keputusan ini setelah kemarin saya sedikit mengobrol dengan Vero, sepertinya ada kecocokan diantara kita berdua, kita bisa membicarakan banyak hal," penjelasan Luna mengenai alasan keputusannya.

"Tenang saja Luna, keputusanmu sudah tepat. Siapa yang bisa menolak menjadi bagian dari keluarga Hermansyah, pemilik Berlian Grup yang kaya raya itu. Kau tidak akan merasakan kesulitan ekonomi, saya bisa menjamin itu," ucap pak Tian dengan begitu yakin.

"Saya lebih memikirkan mengenai perasaan saya pak, tapi tidak dipungkiri juga ada rasa ketertarikan secara personal kepada Vero, dia pria yang sepertinya baik dan pekerja keras," ucap Luna.

"Benar Luna, kau tidak salah. Semoga ini menjadi awal yang baik untuk kehidupanmu,"

Pak Tian terlihat begitu bahagia mendengar kelutusan Luna, ini dikarenakan presdir Dipo secara pribadi meminta bantuan kepada pak Tian untuk membantunya membujuk Luna. Pekerjaan ini sudah terseleseikan, dengan hasil yang sesuai harapan.

Tuan Tian berencana untuk segera menghubungi presdir Dipo, mengabarkan mengenai hal baik ini. Semua ini akan memiliki imbas baik bagi tuan Tian, setidaknya dia mendapat kepercayaan yang lebih dari sebelumnya dari presdir Dipo, karna dia sudah berhasil membantunya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status