Share

Bab 3 Perkenalan yang terencana

Pak Tian dan Luna sudah berada di dalam kedai kopi ternama di kota Jakarta. Pak Tian beralasan ingin membahas mengenai masalah penting perusahaan. Mereka duduk di meja yang letaknya berada di ujung, menghadap ke arah jendela kaca depan.

"Luna, ada sesuatu yang ingin saya bicarakan denganmu, namun sebelumnya, ada yang ingin saya tanyakan," ucap pak Tian dengan sangat hati hati.

"Iya pak, ada masalah apa? sepertinya cukup penting sampai sampai kita harus membicarakannya di sini," tanya Luna penasaran.

"Iya itu karna saya tidak ingin orang kantor mendengar apa yang kita bicarakan," ucap pak Tian serius.

"Baiklah pak Tian," ucap Luna yang juga serius.

"Luna, saya ingin menanyakan sesuatu, apa kau sudah memiliki kekasih? Atau calon suami?" tanya pak Tian, mendengar pertanyaan itu Luna hanya mengernyitkan dahi, ini bukanlah masalah penting mengenai pekerjaan, melainkan masalah pribadinya.

"Ma-maaf pak, kenapa menayakan hal pribadi saya?" tanya Luna hati hati. Dari wajahnya mulai tersirat kebingungan dan sedikit rasa takut.

Di hadapannya duduk pak Tian yang merupakan bosnya, pria paruh baya berusia sekitar empat puluh tahun. Berperawakan kecil, tidak terlalu tinggi dengan tubuh sedikit tambun. Matanya bulat dan hidungnya tidak terlalu mancung. Kulitnya sedikit hitam dengan rambut agak keriting, karna orang tua pak Tian berasal dari Indonesia bagian Timur, hanya saja sudah tinggal dan menetap di Jakarta sejak pak Tian masih berusia dua bulan. Apa mungkin pak Tian diam diam

Menaruh hati padanya? pertanyaan ini sempat terlintas di dalam benaknya. Pak tian sudah memiliki istri bahkan istrinya sangat cantik, berwajah bule karna ayahnya adalah orang Amerika. Sempat sakit namun sekarang sudah sehat dan sudah bisa menjalankan tugasnya sebagai seorang istri dengan baik.

Pak Tian menangkap kekhawatiran di wajah Luna.

"Lu-Luna, jangan berfikir yang tidak tidak, saya menanyakan ini bukan karna saya menaruh hati kepadamu, sama sekali tidak, saya hanya ingin mengenalkan kau dengan seseorang, bibit unggul yang pastinya akan membuat kehidupanmu lebih baik," penjelasan pak Tian, mendengar itu terlihat Luna menghela nafas panjang, lega rasanya, apa yang dia takutkan tidak terjadi, hanya sebuah prasangka dan kekhawatiran.

"Saya belum memiliki kekasih pak dan sepertinya masih cukup lama untuk memikirkannya, saya hanya ingin fokus pada pekerjaan saya dan mengangkat drajat keluarga saya," ucap Luna yakin.

"Luna, tadi kau sudah bertemu dengan presdir Dipo bukan, nah itu dia, presdir Dipo tertarik kepadamu," ucap pak Tian.

"Apa? Presdir Dipo tertarik pada saya?" tanya Luna kaget.

"Bu-bukan begitu maksud saya Luna, presdir Dipo ingin menjadikanmu menantunya. Dia memiliki seorang anak laki laki yang tahun ini akan menggantikannya sebagai presdir, namanya Vero. Dia sangat tampan dan yang terpenting adalah mapan, berasal dari keluarga yang bukan keluarga biasa," penjelasan pak Tian.

"Presdir Dipo? Pak Tian tidak bercanda? kami baru saja berkenalan," tanya Luna penasaran dan juga heran luar biasa.

"Saya juga tidak mengerti Luna, presdir Dipo memang seperti itu, sering mengambil keputusan dengan mendadak. Mungkin beliau ada pertimbangan khusus," penjelasan pak Tian.

"Luna, semoga kau menyetujui ini, ini bukan permintaan melainkan sebuah harapan. Banyak wanita di luar sana bahkan dari keluarga yang sebanding dengan presdir Dipo, mereka ingin menjadi menantu di keluarga Berlian Grup, tapi presdir memilihmu. Mereka adalah keluarga kaya raya, kau akan mendapatkan kehidupan bak cinderella," ucap pak Tian.

"Ta-tapi pak Tian, aku da Vero putra presdir Dipo belum pernah bertemu, dan itu sepertinya sulit, lagi pula aku tidak pernah memandang seseorang dari segi harta, yang terpenting dia memiliki sifat yang baik, setia dan pekerja keras," ucap Luna seolah menjabarkan tipe calon suami idamannya.

"Luna, ini kesempatan emas, kau akan menjadi nyonya muda, hidup tanpa harus bekerja keras, saya harap kau mempertimbangkannya," ucap pak Tian yang sekali lagi berusaha keras untuk meyakinkan Luna.

Luna mendengarkan apa yang pak Tian ucapkan, namun matanya tertuju pada pintu masuk kedai kopi itu. Dia melihat ada seorang pria dengan setelan jas warna biru tua, menggunakan kaca mata hitam, rambutnya begitu rapi. Dia terlihat masuk ke dalam kedai, lalu setelah berada di dalam dia mulai melepas kaca matanya. Wajahnya begitu khas, dengan tulang rahang yang tegas, alis tebal dan mata sipit. Hidungnya mancung sekali, berpadu dengan bibir tipis merah jambu alami. Ini adalah sosok pria tampan yang selama ini ada di impian Luna.

Pria tampan itu terlihat berjalan ke arah meja kosong, seorang diri, duduk di kursi dan bersiap untuk memesan segelas kopi mahal yang disediakan di kedai kopi ini.

Pria itu benar benar tampan.

"Lu-Luna, kau sedang melihat apa?" tanya pak Tian yang melihat Luna begitu fokus pada satu titik. Tanpa menunggu jawaban dari Luna, pak Tian segera menoleh dan mencari sumber ketertarikan Luna.

"Lu-Luna, pucuk dicinta, itu adalah tuan muda Vero, putra mahkota Berlian Grup," ucap pak Tian yakin.

"A-apa pak Tian? pria tampan itu Vero?" tanya Luna.

"I-iya, sebentar saya akan menyapanya." Pak Tian terlihat berjalan ke arah pria tampan itu.

"Selamat siang tuan muda Vero," ucap pak Tian seraya menundukkan badan.

Pria itu menoleh ke arah sumber suara.

"Pak Tian," sapa Vero.

"Tuan muda sedang apa di sini? Hanya sendiri?" tanya pak Tian.

"Iya, saya hanya ingin minum kopi," ucap Vero.

"Oh iya tuan muda, saya di sini bersama rekan, saya ingin mengenalkan rekan saya kepada anda," ucap pak Tian yang melihat kesempatan emas ada di depan mata.

"Baiklah, duduklah bersamaku," ucap Vero. Mendengar itu pak Tian melambaikan tangan ke arah Luna. Melihat isyarat dari pak Tian, Luna terlihat mulai gugup, menunjuk nunjuk ke arah dirinya sendiri. Pak Tian dengan gemas meminta Luna untuk segera mendekat ke arahnya.

"Gadis itu benar benar tidak mengerti? Ini kesempatan emas," gumam pak Tian dalam hati.

Luna terlihat mulai berdiri dari posisi duduknya, berjalan dengan perasaan gugup ke arah pak Tian.

Pak Tian dan Luna duduk tepat di hadapan Vero. Kali ini Luna bisa dengan jelas mengamati wajah Vero yang semakin dekat diamati semakin terlihat tampan.

"Tuan muda, ini Luna, pegawai terbaik di Kantor kami," ucap pak Tian.

"Hai, saya Vero," ucap Vero seraya menjulurkan tangan yang setelahnya diterima oleh Luna.

"Saya Luna," ucap Luna singkat.

"Tuan muda Vero, Luna ini adalah gadis yang sangat berbakat, lulus dengan predikat terbaik dan dia merupakan kariawan teladan di kantor kami," ucap pak Tian yang seolah ingin memberikan kesan yang baik mengenai sosok Luna. Beberapa saat Vero terlihat mengamati Luna, lalu tersenyum. Senyum tipis Vero membuat Luna salah tinggah dan sedikit gugup. Detak jantungnya seolah lebih kencang dari biasanya bahkan bisa dia dengarkan dengan telinga telanjang.

"Pak Tian, ayah sudah cerita kepadaku, mengenai Luna," ucap Vero, ternyata pak Dipo sudah lebih dulu menceritakan mengenai Luna.

"Senang kita bisa bertemu di sini," lanjut Vero.

"Ba-baiklah kalau begitu, ini sangat kebetulan," ucap pak Tian gugup dan bercampur dengan bingung.

"Oh iya Luna, saya harus mengambil obat untuk istri saya di apotik depan, saya harus segera ke sana," ucap pak Tian mencari alasan supaya bisa segera pergi dan meninggalkan Luna yang mungkin saja ini menjadi waktu yang tepat untuk mereka saling berkenalan.

"Tuan muda Vero, jika tidak keberatan saya minta tolong untuk mengantar Luna kembali ke kantor, saya minta maaf sekali karna ini sangat penting," ucap pak Tian.

"Iya tidak masalah," ucap Vero.

"Baiklah, saya permisi dulu," ucap pak Tian seraya segera pamit pergi.  Luna yang melihat itu tidak bisa berbuat apa apa, sepertinya pak Tian dengan sengaja meninggalkannya di kedai kopi itu bersama Vero.

"Ma-maaf sudah merepotkan," ucap Luna.

"Tidak apa apa, ini kebetulan yang sangat baik, kita bisa saling mengenal, aku cukup penasaran karna ayahku sangat mengagumimu," ucap Vero.

"Ti-tidak juga tuan muda, kami baru pertama kali bertemu," ucap Luna gugup.

"Panggil saja Vero," ucap Vero yang seolah membuka jalan mereka untuk bisa saling mengenal bahkan dekat.

Dari gelagatnya sudah bisa diambil keputusan bahwa Vero menerima usulan dari ayahnya untuk menjadikan Luna sebagai istri. Sangat aneh sekali, karna pria setampan ini seolah kesulitan dalam mencari jodoh, harus dibantu oleh ayahnya dalam memilih gadis yang tepat.

Vero terlihat mengamati Luna dengan begitu seksama dan mengambil kesimpulan jika Luna cukup cantik dan minimal pantas jika harus menjadi istrinya. Mereka berdua terlihat terlibat dalam obrolan yang ringan namun merupakan waktu yang tepat untuk mereka bisa saling mengenal satu sama lain, sungguh kebetulan yang aneh.

***

Beberapa jam lalu di kantor utama Berlian Grup. Presdir Dipo terlihat mengobrol serius dengan putranya Vero.

"Vero, ayah sudah menemukan gadis yang tepat untukmu. Dia dari kalangan biasa, sepertinya tidak akan terlalu menuntut. Dia bisa memasak, pandai merawat orang tua dan cukup rajin. Ada hal yang penting juga, dia berpendidikan, lulusan terbaik, penampilannya bagus dan cukup cantik," ucap presdir Dipo.

"Terserah ayah, aku menurut saja apa yang ayah inginkan, lagi pula istri tidak terlalu penting untukku, hanya status saja, paling tidak ada yang mengurusku," ucap Vero.

Dari percakapan mereka bisa diambil kesimpulan bahwa kriteria yang presdir cari adalah gadis yang bisa menjadi sosok ibu rumah tangga seutuhnya, pandai dalam segala hal. Bahkan Vero tidak terlalu memiliki kriteria khusus dalam mencari seorang istri, dia menurut apapun yang ayahnya mau, sungguh anak yang istimewa.

"Siang ini sekitar pukul 2 siang, datanglah ke kedai kopi starbucks yang ada di ujung jalan utama, pak Tian sudah merencanakan pertemuan kalian," ucap presdir Dipo.

"Apa harus secepat ini?" tanya Vero.

"Kau tau alasannya bukan, ini semua sudah kita bicarakan," ucap presdir Dipo.

"Baik ayah," Vero tidak menentang sedikitpun apa yang ayahnya inginkan. Pria tampan ini benar benar adalah pria yang penurut, padahal jika dia mau, dia bisa mencari gadis bahkan yang tercantik di kota ini. Benar benar penurut atau ada rahasia tersembunyi diantara mereka.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status