Memori TubuhLaura dan Vero berjalan menuju ke arah kamar hotel tempat Vero menginap. Jantung Laura bergetar, berdegup tidak karuan. Dia khawatir ini akan menjadi sebuah bumerang yang menakutkan. Dia hanya berdua dengan Vero, disebuah kamar hotel, segala hal bisa terjadi. Tubuh kecil Laura mungkin tidak akan kuat melawan jika terjadi hal hal yang diinginkan Vero, namun benar benar tidak diinginkan Laura.“Ada apa? Kau sepertinya tegang sekali,” tanya Vero seraya membuka kamar hotelnya.“Ah tidak apa apa, mungkin karna sudah larut,” ucap Laura berusaha menyembunyikan kekhawatirannya.“Jangan terlalu formal, santailah,” ucap Vero seraya tersenyum.“Masuklah, ini kamar terbaik di tempat ini. Mereka ingin menjadi mitra Berlian grup, jadi mereka akan melakukan apa saja untuk menyenangkanku,” ucap Vero.Laura terdiam, apa benar ini adalah Vero yang pernah hidup dengannya, sepertinya Vero di luar rumah terlihat jauh lebih ramah dan hangat di banding yang pernah tidur satu ranjang dengannya.
Melawan HasratDi kamar hotelnya, Vero terlihat cukup kesal, sungguh sangat kesal karna apa yang dia inginkan tidak dia dapatkan hari ini. Dia terlihat meraih ponselnya, lalu menghubungi seseorang.“Halo Mike, maaf mengganggumu malam malam begini,” ucap Vero yang ternyata menghubungi sekretaris pribadinya.“Aku minta kau mencari tahu tentang Laura, apapun itu, juga hubungannya dengan Radit Utama Putra, presdir Graha hotel. Aku tidak peduli, apapun caranya kau harus mencari informasi sebanyak mungkin,” ucap Vero dengan nada suara yang cukup kesal.Vero terlihat melempar ponselnya, lalu ponsel itu jatuh tepat di sebuah karpet bulu yang ada di ruang tengah kamar mewah itu.“Apa kau sedang bermain main denganku, kita lihat saja apa yang bisa aku lakukan. Aku akan mendapatkanmu, bagaimanapun caranya. Kau sudah membuatku gila, kau harus bertanggung jawab,” ucap Vero dengan mata nanar dan bengis.Di apartemen sekretaris Mike, terlihat dia sedang menghabiskan waktu dengan sahabatnya, yaitu se
Regulasi MimpiRadit terlihat menyandarkan tubuhnya di penyangga kursi kerja yang ada di dalam kantornya, matanya menerawang, lalu sesekali memutar mutar kursi itu.“Selamat pagi tuan, bagaimana hari minggu anda? apa semuanya berjalan dengan baik?” ucap sekretrais Nade.“Nade, kau sudah datang, baguslah, ada yang harus aku bicarakan denganmu,” ucap Radit yang kemudian menegakkan posisi duduknya.“Apa kau kemarin berhasil mendapatkan file rekaman dari tempat sekretaris pribadi Vero?” tanya Radit.“Saya hingga tadi malam menginap di tempat Mike tuan, saya juga berhasil meminjam laptopnya, namun sepertinya rekaman cctv itu tidak ada di sana. Saya sudah mencarinya berkali kali, bahkan di file yang disembunyikan, tapi saya berhasil mendapatkan ini,” ucap sekretaris Nade yang kemudian meletakkan beberapa lembar foto di meja kerja Radit.“Foto?” tanya Radit.“Saya mendapatkan foto itu dari laptop Mike, lalu mencetaknya, mungkin saja tuan ingin melihat foto itu,” ucap sekretaris Nade.Dengan
Persaingan SengitVero dan Radit terlihat saling melempar pandangan sengit, seolah mata itu ingin saling beradu, menyerang dengan pertarungan mematikan. Entah apa yang akan terjadi, yang jelas dua pria yang bukan dari kalangan biasa itu akan menemui wanita yang sama.“Radit,” bisik Vero.“Untuk apa dia ada di sini, dia akan merusak semuanya,” ucap Vero jauh di dalam hatinya.“Mari kita bertarung secara adil,” ucap Radit di dalam hatinya, seraya tetap memusatkan pandangannya, pandangan tajam, menjurus, menusuk.“Tuan Radit, kau juga di sini?” tanya Vero.“Selamat siang tuan Vero, tidak disangka kita akan bertemu di sini,” ucap Radit yang tentu itu semua adalah sekedar basa basi.Dari ujung jalan terlihat Laura berjalan menuju ke arah mereka berdua, dengan sekretaris Mimih mengikuti dari belakang.“Kalian berdua di sini?” tanya Laura.“Se-selamat siang nona Laura,” ucap Vero berusaha mendapatkan perhatian Laura lebih dulu.“Aku membeli ini untukmu, bunga yang sama cantiknya denganmu,” u
Cincin IndahVero terlihat sibuk di kantornya, kantor Berlian grup, terlihat di sana sekretaris Mike baru saja menerima panggilan telephone.“Baik nyonya, akan segera saya sampaikan,” ucap sekretaris Mike, lalu dia terlihat menutup panggilan telephone itu.“Tu-tuan,” ucap sekretaris Mike sedikit gugup.“Ada apa?” tanya Vero dengan mata masih fokus memeriksa beberapa berkas.“Nyo-nyonya Rose baru saja menghubungi saya, katanya dia akan mendatangi kediaman tuan jika tuan tidak menemuinya. Dia akan membawa tuan muda Noah menemui tuan besar Dipo dan nyonya Anna,” ucap sekretaris Mike. Mendengar hal itu, Vero menghentikan aktifitasnya.“Wanita itu benar benar sudah hilang akal,” ucap Vero kesal.“Beri tahu dia, aku akan menemuinya di akhir pekan,” lanjut Vero.“Baik tuan, akan segera saya sampaikan,” ucap sekretaris Mike.“Saya permisi dulu tuan,” ucap sekretaris Mike yang memberi hormat, lalu meninggalkan ruangan Vero.Vero terdiam, dia benar benar kesal dengan apa yang dilakukan Rose.“A
Pesta Besar Tante ImeldaAwal Prahara BesarLaura terlihat begitu cantik dengan balutan gaun mewah berwarna merah, gaun tanpa lengan dengan model panjang di bagian bawah. Semakin memperlihatkan aura kecantikannya, di tambah lagi dengan make up menawan hasil polesan sang make-up artist ternama. Laura keluar dari kamarnya, berputar di hadapan Radit.“Bagaimana menurutmu, aku sudah terlihat cantik? Apa Vero akan melihatku?” tanya laura.“I-iya, lumayanlah,” ucap Radit.“Apa? lumayan, kau tahu Dit, aku menghabiskan satu jam lebih untuk mendapatkan riasan ini,” ucap Laura kesal seraya menyilangkan kedua tangan di depan dada.“Kau harus menambah sebuah senyuman, supaya terlihat lebih berwarna,” ucap Radit seraya tersenyum, lalu Laura mengulaskan senyum gigi sempurna.“Ayo kita berangkat, sebentar lagi pesta tante Imelda akan di mulai,” ucap Radit.“Baiklah, seperti rencana kita, aku akan membuat Vero mendatanggiku, lalu aku aku akan berpura pura mabuk, supaya aku bisa meracau habis habisan,
Ciuman DahsyatDi pesta besar tante Imelda yang diadakan di Graha Hotel, rencana Radit dan Laura berhasil, mereka memang ingin membakar api cemburu di hati Vero, untuk menumbuhkan benih benih cinta yang dilingkupi rasa penasaran. Setelah ini, permainan selanjutnya akan dimulai, semakin seru dan menyenangkan. Laura akan terus mempermainkan perasaan Vero, hingga semuanya berjalan seperti yang dia inginkan.Gemuruh tepuk tangan masih belum berhenti, mereka benar benar terpukau dengan tarian Laura dan Radit.“Wah, kalian memang luar biasa. Bagaimana kalian bisa menari sekompak itu? apa kalian sudah sering latihan,” tanya nyonya Anna.“Kami pernah berada di sekolah yang sama,” ucap Radit seraya tersenyum. Dia masih terlihat mengatur nafasnya, menari tentu membutuhkan tenaga dan usaha yang luar biasa.“Benarkah? kalian pernah sekolah di sekolah yang sama?” tanya tante Imelda yang tiba tiba menyahut.“I-iya tante, di Amerika,” ucap Radit gugup.“Bisnis? Kau ke Amerika untuk belajar bisnis pe
Kenangan sebuah ciuman pansRadit menggendong tubuh Laura di punggungnya, hingga masuk ke dalam kamar yang digunakannya untuk tidur. Radit meletakkan tubuh Laura ke tempat tidur, membenarkan posisinya, lalu menarik selimut hingga menutupi dada Laura. Radit terlihat mengamati wajah Laura, lalu dia duduk di pinggir tempat tidur Laura, semakin dekat mengamati wajah itu. Radit menyentuh rambut Laura, mengelusnya lembut.“Apapun yang kau alami hari ini, kau sudah melakukannya dengan baik, aku akan selalu ada di sisimu,” ucap radit, lalu dia berdiri dan berbalik, hendak meninggalkan Laura. Tiba tiba tangannya ditahan oleh sesuatu, Radit menoleh, ternyata tangan Laura menarik tangan Radit.“Kau mau ke mana?” tanya Laura, mendengar hal itu Radit kembali duduk di pinggir tempat tidur.“Kau mirip sekali dengan orang yang aku kenal, kau tahu, dia sangat tampan,” ucap Laura yang sepertinya masih dalam keadaan mabuk.“Istirahatlah,” ucap Radit.“Suaramu juga sangat mirip dengannya, suara yang merd