Share

32. Senja yang Sendu

Nopi yang sejak tadi terheran-heran menyaksikan percakapan dua orang di depannya, mendongak dan menatap ke langit biru. "Cerah gini, kok, apanya yang mau hujan?" Gadis tomboi itu geleng-geleng kepala.

Gadis menepuk bahu Nopi gemas, "Itu cuma alasan Bang Ujang aja supaya bisa ninggalin kita. Ayo, kita buntutin Bang Ujang. Katamu rumahnya gak jauh dari sini, kan?"

Nopi bertambah heran lagi melihat keputusan sepupunya yang menurutnya lebih aneh dan tidak mau peduli meski telah diabaikan. Apa gerangan yang membuat Gadis keras kepala dan bersikap demikian? Namun, Nopi tidak sempat bertanya. Sepupunya telah meninggalkannya, mendahului berjalan cepat menyusul ke arah Ujang pergi.

"Hei, Gadis, tunggu aku! Hei!"

~AA~

Setiba di rumah, Ujang disambut istrinya, Wati, dengan raut terheran-heran. Bagaimana tidak, wanita itu mendapati suaminya bak habis dikejar setan. Wajahnya sepucat kapas, napasnya cengap-cengap, baju kaosnya basah oleh peluh.

"Abang kenapa, kok, seperti habis dikejar hantu?" Wati
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status