"Kalau sudah selesai bicaranya, aku akan menekan tombol on pada mikrofon. Aku tidak mau berdiri lama-lama di sini, apalagi dekat-dekat dengan sosok yang arogan seperti mu, Paman."Angga mengepalkan tangannya, berusaha keras mengendalikan diri. Karena mikrofon yang berada dalam genggaman Bintang telah mode on."Maaf, kalau permintaan ku untuk mengumpulkan para pemegang saham secara mendadak, membuat keluarga besar Lee salah paham. Terutama pamanku, Angga. Pemilihan CEO? Aku rasa itu sesuatu yang menarik. Jadi tak ada salahnya memenuhi permintaan pamanku. Aku tahu betul, tujuan pamanku hanya ingin memajukan Lee Group. Apakah paman yakin mau mengadakan pemilihan CEO?" tanya Bintang untuk memastikan.Bintang kembali menekan tombol off pada mikrofon."Nasehatku sebaiknya jangan, Paman. Aku tak ingin paman kehilangan jabatan itu," kata Bintang."Apa kau pikir aku takut? Tidak, Brengsek!" jawab Angga marah, tapi tetap dengan senyuman."Kalau itu keputusan paman, aku tak bisa berbuat apa-apa,
Angga Lee langsung saja mendekati Julio Osal dan dengan sengaja mendorong Bintang secara kasar. Bintang memilih mundur dan bungkam. "Suatu kebanggan bagi kami, ketika salah satu pengusaha muda sukses mampir di perusahaan kami yang kecil ini," ucap Angga dan langsung saja menjabat tangan Julio serta membungkuk hormat.Kalau yang lain bahagia dengan kedatangan Julio Osal yang merupakan pengusaha muda sukses, berbeda dengan Ekaputra dan Manda."Paman, aku rasa kedatangan Julio Osal bukanlah suatu kebetulan," ujar Manda pelan hampir tak terdengar."Kamu benar, Manda. Apa mungkin Bintang mengenal Julio?" "Paman tidak bercanda, kan? Mana mungkin Bintang mengenal Julio sedangkan ...," Manda terdiam sesaat kemudian melanjutkan kalimatnya, "Jangan-jangan orang yang akan bertarung untuk menjadi CEO itu adalah Julio," bola mata Manda membulat sempurna. Dia terkejut.Namun, sedetik kemudian dia menggelengkan kepalanya dan berkata pelan, "Tidak mungkin seorang pengusaha sekelas Julio mau merebut
Seperti dugaan Bintang, Angga terjebak pada kesombongannya sendiri dan harus merelakan posisinya sebagai CEO. Bukan itu saja sesuai janjinya, ikhlas tak ikhlas dia harus menerima jabatan baru sebagai direktur umum perusahaan Lee Group.Hal itu membuat Ekaputra murka dan memilih memerintahkan anak buahnya untuk menyerang Bintang.Namun, pada kenyataannya tak ada satu orangpun yang mampu mengalahkan Bintang. Setiap orang yang diutusnya, pulang dalam keadaan babak belur. Bukan itu saja, bahkan ada yang harus berakhir di penjara.Ketika mengetahui kalau Bintang merupakan pimpinan Fierce Spider, membuat Ekaputra sadar. Lelaki yang selama ini diremehkan ternyata bukanlah lelaki biasa. Tapi dia menyembunyikan semua kelebihannya.Tak mau salah mengambil langkah, Ekaputra memilih menyelidiki sendiri semua hal tentang Bintang. BRANGGG!!! PRANGGG!!! BRANGGG!!!!Ekaputra menghancurkan semua barang yang berada dekat dan jauh darinya. Dia seperti seseorang yang kehilangan arah. Keluarga Lee lainnya
***Bintang duduk termenung, menatap sungai buatan yang terletak dibelakang villa miliknya. Walaupun keluarga Lee lainnya memilih menghilang ke negeri seberang, tapi ada sesuatu yang mengganjal hati Bintang. Sosok yang bernama Ekaputra Lee.Bintang mengambil ponsel dari saku jasnya dan menelepon."Halo, Bintang," terdengar suara dari seberang."Richard, dapatkah kau mengirim orang ke penjara?""Untuk apa?""Untuk memastikan apakah yang berada di dalam penjara itu memang Ekaputra atau bukan! Aku juga ingin video Ekaputra saat berantem. Apa kau bisa mengaturnya untukku?""Ok, itu tidaklah sulit."Tut ... Tut ... Tut ....Richard Will memutuskan panggilan telepon secara sepihak."Kenapa kakak terlihat resah? Apa ada yang salah?" tanya Mentari yang tiba-tiba muncul di sampingnya."Kakak hanya kepikiran tentang Ekaputra."Mentari tak menjawab, dia menatap lurus ke depan. Sejujurnya dia sendiri tak yakin, kalau penjara mampu menahan lelaki sekuat Ekaputra.***Dua hari kemudian.[Bintang,
Bintang memilih kembali ke tempat di mana dia tumbuh dewasa lebih cepat dari rencana.Ya! Bintang ingin segera merekrut anggota baru dan membentuk tim baru. Dia sadar, keteledorannya selama ini membuatnya kehilangan banyak waktu. Jadi disaat dia berdiam diri, dia yakin Ekaputra pasti sudah mulai membentuk kembali dunia hitam yang pastinya lebih kejam dari sebelumnya. Apalagi dalam hal ini, Ekaputra tahu persis kekuatan yang mereka miliki.Bintang menatap sekelilingnya, dia kagum ketika melihat perkembangan kota itu. Sudah banyak perubahan yang terjadi di sana. Bangunan sudah banyak yang bertingkat dan baru. Dari struktur bangunan, hampir semuanya mengalami perubahan. Apa mungkin sekarang semua orang telah berubah? Mungkinkah hukum juga kini telah berlaku?Namun, pemikiran itu hilang dalam sekejap. Ketika Bintang menyaksikan sendiri, saat polisi tak bisa berbuat apa-apa ketika perkelahian antar warga terjadi. Bukan itu saja, bahkan polisi harus mundur demi keselamatan masing-masing.
Bintang menatap cairan berwarna merah di lantai kayu. Dadanya tiba-tiba terasa nyeri, nafasnya terasa sesak, pandangannya mulai memudar. Mungkinkah aku ditakdirkan mati di sini?Aku harus melakukan sesuatu dengan sisa tenagaku? Aku pasti bisa! Tuhan, sebelum Engkau menjemput ku, berikan aku waktu semenit saja.Dengan tangan gemetar dan menahan rasa sakit yang hebat, Bintang mengambil ponsel dari atas meja dan mulai mengetik, kemudian mengirim pesan aplikasi hijau kepada Dirty dan Richard. [Aku akan kembali dalam jangka waktu yang lama, jangan mencari ku. Tolong jaga istri dan adikku. Ingat jangan mencariku!]Setelah mengirim pesan kepada Dirty dan Richard, Bintang tak sadarkan diri.Sementara itu diseberang Richard Will dan Dirty Chill saling bertatap. Mereka merasa ada yang tak beres. Keduanya pun langsung mengirim pesan melalui aplikasi hijau kepada Bintang.Pesan pertama centang dua, tak dibuka.Pesan kedua centang dua, tak dibuka.Pesan ketiga centang dua, tak dibuka juga.Beg
"Apa identitas ku lebih penting dari kondisi, Mu? Kau terluka parah. Sampai kau benar-benar sembuh ... jangan pernah menggunakan tenaga dalam mu! Sekali saja kau menggunakan tenaga dalam yang sama, maka aku pastikan kau akan dikuburkan di sini!" ujar lelaki tua itu seakan kalimatnya merupakan hal biasa."Siapa sebenarnya, Kamu? Apa kau yang merawat tempat ini?" tanya Bintang lemas."Iya, aku hanya seorang lelaki pengembara yang tak bernama. Aku menemukan tempat ini secara tak sengaja. Melihat semua yang berada di sini berantakan, aku memilih memperbaiki rumah tua ini dan merawat tumbuhan herbal yang terletak di sana. Apakah semua ini milikmu? Kalau iya, aku minta maaf karena tak meminta izin terlebih dahulu."Bintang menatap lelaki tua itu dengan tatapan sayu, "Namanya juga hutan, tentu saja tak bertuan."Lelaki itu tak menjawab, dia memilih meninggalkan Bintang dan menghilang diantara pepohonan.Tak berapa lama, lelaki tua itu kembali dengan dua ruas daun yang tumbuh liar di dalam hu
"Apakah kau perlu disuapin agar mau makan?" tegas lelaki tak bernama itu, menatap Bintang tanpa berkedip."Tidak, terima kasih. Aku akan memakannya," jawab Bintang dan langsung mencoba memasukkan sendok demi sendok bubur itu ke dalam mulutnya."Cukup! Jangan kau paksakan," ujar lelaki itu dan langsung mengambil mangkok dari genggaman tangan Bintang."Minumlah ini," kembali lelaki menyodorkan gelas yang berisi air. Namun, kali ini air itu bening. Tidak berwarna.Bintang tak menjawab, dia langsung meminum air mineral itu."Istirahatlah, tepat pukul tiga sore kau akan melanjutkan pengobatan ke tahap berikutnya," ujar lelaki itu kemudian meninggalkan Bintang.Bintang menatap punggung lelaki tua itu sampai menghilang dari pandangan mata.Siapa pengembara itu? Kenapa mataku terasa berat? Aku benar-benar mengantuk.Bintang memilih kembali ke kamar dan tidur. Baru membaringkan badannya, dia langsung terlelap.Tepat pukul tiga sore, lelaki tua itu membangunkan Bintang.Bintang membuka mata, me