"Aku tidak keberatan ketika kalian tidak menganggap ku ada! Tapi tak bisakah kalian bekerjasama? Tidak bisakah kalian memperbaiki kinerja kalian, ha?!" Bintang menatap pimpinan tim dengan tajam."Dibandingkan tuan Rivaldo, Anda bukanlah apa-apa!" ketus pimpinan tim hampir tak terdengar."Dengan susah payah, aku melewati semua rintangan hanya untuk menjadi pimpinan dunia bawah tanah ini! Apa kalian pikir aku bisa kompromi dengan kesalahan sekecil apapun? Tidak! Aku bukan tipe lelaki yang bisa kompromi!" tegas Bintang."Setelah melewati rintangan, apa Anda pikir bisa bebas memerintah kami? Tidak!" Pimpinan tim menatap Bintang emosi."Kenapa? Apa Anda salah satu yang menginginkan posisiku? Kalau iya ... kenapa kau tidak ikut test kepemimpinan? Bukankah sebelum merekrut orang luar, semua bawahan diberi kesempatan untuk menjadi pemimpin? Kenapa tak ada satupun yang mendaftar?" ketus Bintang."Kau,""Bagiku Anda sama sekali tidak pantas untuk menjadi pimpinan! Kenapa? Karena jauh di dalam l
"Dengan tidak mengurangi rasa hormatku, dapatkah aku berbicara sebentar dengan Pak Arkanza?" tanya Bintang menunduk hormat, ketika Arkanza berdiri didepannya.Arkanza tersenyum, "Tentu saja boleh," jawab Arkanza. Pandangan matanya kini beralih ke Miran, "Sayang, kakek akan berbicara sebentar dengan calon suamimu. Kamu tak keberatan, kan?""Tentu saja boleh. Lama juga gak apa-apa, asal kakek jangan membawanya kabur. Apa kata orang nanti kalau pengantin pria-nya kabur."Bintang mengikuti Arkanza. Kini keduanya berdiri saling berhadapan, tidak jauh dari Miran."Bukankah kita sepakat, hanya pesta sederhana? Kenapa Anda ingkar?""Bintang, ini adalah pesta sederhana yang pernah diselenggarakan oleh keluarga Lee. Bahkan sekelas acara ulang tahun, ini bukan apa-apa. Undangan saja hanya seratus orang. Itu sudah termasuk keluarga besar Lee.""Siapa calon palsu istriku? Kalau dilihat dari penampilannya, jelas sekali dia masih berusia sekitar lima belas atau enam belas tahun.""Namanya Miran Lee,
***Pikiran Angga Lee tak bisa tenang, saat tahu nama sosok yang dinikahi keponakannya sendiri bernama Bintang Morales.'Nama mereka pasti hanya sama! Bukankah Bintang Morales telah meninggal belasan tahun yang lalu? Walaupun usia mereka sama, tapi bukan berarti mereka juga orang yang sama, kan?'Ya! Keluarga besar Lee mengetahui rencana Arkanza, tepat dua jam sebelum pemberkatan nikah Bintang dan Miran. Mereka hanya tahu, Arkanza mengumpulkan mereka karena ada hal penting yang harus dibahas.Karena itu ketika nama Bintang Morales disebutkan pada saat pemberkatan nikah, sontak saja membuat Angga Lee shock.Tidak mau mengambil resiko, Angga langsung menelepon seseorang."Setelah sekian lama menghilang, kamu baru menghubungi aku. Apa kamu memerlukan bantuan?" terdengar suara dari seberang."Rivaldo, suami keponakan ku bernama Bintang Morales. Aku mau kamu menyelidiki latar belakangnya!" "Apa aku tidak salah dengar? Kamu memintaku menyelidiki latar belakang? Yang benar saja! Kamu benar-b
***PLAKKK!!!!Darah segar mengalir dari sudut bibir Angga, akibat tamparan Arkanza."Dasar anak bodoh! Kenapa tak ada satupun pekerjaan mu yang beres, ha? Bukankah sudah ayah ingatkan berulang kali, jangan menjalankan proyek itu? Tapi kenapa kamu membangkang? Bukan hanya itu saja, kamu bahkan menggunakan uang perusahaan!" teriak Arkanza murka."Bagaimana dengan kakak? Bukankah dia juga mengalami banyak kegagalan, tapi apa? Bukankah ayah selalu mendukungnya? Saat dia menggunakan uang perusahaan, pernahkah ayah memperlakukannya seperti ayah memperlakukanku?"PLAKKK!!!!Kembali telapak tangan Arkanza mendarat di tempat yang sama. Darah yang semakin banyak mengalir, tak serta merta membuat Angga menghapusnya. "Siapa aku sebenarnya, Ayah? Apakah aku anak kandung mu atau hanya anak angkat?" tanya Angga menatap Arkanza. Tak ada satupun keluarga besar Lee yang berani berkomentar. Bintang sendiri terkejut melihat sisi lain dari Arkanza. Lelaki yang selama ini dikenal baik, ternyata sangat
Mendengar kehebohan dari luar rumah, Bintang dan Miran berlari menuruni anak tangga, untuk melihat apa yang sedang terjadi.Aparat kepolisian sudah berada di sana, bukan itu saja bahkan tangan Angga Lee sudah di borgol.Selain istri dan anak Angga, anggota keluarga lainnya memilih menghindar.Miran langsung mendorong kasar polisi yang menyeret pamannya. "Lepaskan! Pamanku tak bersalah, dia pasti dijebak!" teriak Miran marah.Bintang langsung saja menarik Miran dan memeluknya erat, "Kamu jangan takut, pamanmu pasti akan segera bebas. Bukankah kamu yakin dia tak bersalah?"Miran tak menjawab, untuk pertama kalinya Bintang merasakan airmata mengalir dari wajah cantik sang istri. Namun, tak terdengar suara tangis sama sekali.'Selain polos, aku tak menyangka kamu semurni ini, Miran. Bahkan orang seperti Angga yang selalu memperlakukan kamu dengan kasar, sama sekali tidak ada dendam dihatimu. Aku dapat melihat jelas ketulusan dari pancaran matamu, Miran. Aku janji akan membebaskan Angga.'
Setelah pamitan, aparat kepolisian langsung meninggalkan keluarga Lee."Apa kamu yang membebaskan kakakmu, Septian?" bisik Arkanza di telinga Septian."Ayah saja yang memiliki orang dalam, tapi pada kenyataannya tak bisa membebaskan Angga. Apalagi aku? Yang benar saja!""Kalau bukan kamu terus siapa? Bukankah istri dan anak Angga sama sekali tidak punya kekuasaan untuk itu?" "Sepertinya ayah terlalu meremehkan Angga. Buktinya tanpa bantuan kita pun, dia bisa bebas. Bukan itu saja, pihak kepolisian justru datang meminta maaf dan berjanji akan membersihkan nama baik keluarga Lee, terutama Angga.""Maksudmu?""Apa mungkin kakak sedang menguji ayah? Jujur saja selama ini kasih sayang ayah kepada kami anak-anak, tidaklah sama. Ayah selalu menganaktirikan Angga."Arkanza terdiam, dia menatap Angga dan membatin, 'Mungkin bagimu ayah adalah sosok yang kejam, Angga! Namun, ayah tidak akan pernah seperti ini kalau saja kamu tidak selalu membangkang! Kamu berbeda dengan kakak dan adikmu. Benar-
***Dua bulan semenjak Angga Lee dibebaskan dari penjara."Tidak mungkin, kalian pasti bohong, kan?" teriak Miran histeris. Beruntung Bintang dengan sigap menangkap tubuh Miran, dia tidak mempedulikan ponsel Miran yang kini telah hancur akibat jatuh dari lantai dua.Ya! Terlambat sedikit saja, mungkin Miran akan mendarat di lantai satu seperti ponselnya. "Jangan panik, Miran. Katakan padaku apa yang terjadi? Kenapa kamu ketakutan?" tanya Bintang bingung."Kakek,"Miran merasa kepalanya pening, sekelilingnya tiba-tiba menjadi buram. Miran pingsan.Mengingat Miran menyebut 'Kakek' sebelum dia pingsan, membuat Bintang memilih mengambil ponsel dan menelepon."Kamu benar-benar jenius dalam menilai potensi seseorang. Tim Not Worthy berkembang lebih cepat dari yang aku perkirakan, mereka bahkan sudah setara dengan empat tim lainnya," jelas Stiven dari seberang dengan penuh semangat."Cari tahu apa yang terjadi dengan Arkanza Lee, aku butuh jawaban secepatnya!""Itu bukan masalah.""Ingat j
Setelah Bintang keluar, barulah Miran dibawa masuk oleh dokter.Miran sama sekali tidak keberatan mendapat giliran paling terakhir. Baginya keselamatan sang kakek lebih utama."Berjanjilah satu hal pada kakek, Miran." ujar sang kakek, ketika Miran berdiri disampingnya."Janji?" tanya Miran berusaha keras menahan air matanya. Dia tidak mau menjadi beban saat kakeknya sedang kesakitan."Iya, berjanjilah pada kakek. Apapun yang terjadi, jangan pernah menceraikan Bintang."Setiap kata yang keluar dari mulut Arkanza, seperti petir yang menyambar di sekujur tubuh Miran."Kakek tahu permintaan ini terlalu berlebihan. Namun, hanya itulah satu-satunya cara agar kakek bisa tenang, Miran. Bagaimana?"Miran menarik nafas panjang, kemudian menghembuskannya secara berlahan. "Baiklah, Kek. Aku janji, apapun yang terjadi nantinya aku akan mempertahankan Bintang sebagai suamiku. Tapi,""Tapi, apa?""Tapi, Kek. Bagaimana dengan perasaan Bintang? Mungkin sekarang di dalam hatinya tidak terpatri satu nam