Share

Bab 4. Aku Akan Membalasmu!

"Sejak kapan kamu dengan wanita itu?" Dara beranjak dari kasur dan berdiri menatap mata Rendra tanpa rasa ragu sedikitpun.

"Tiga tahun lalu," jawab Rendra dengan mudahnya. Sedangkan Dara jelas tidak terima pengkhianatan ini.

"Tiga tahun kamu berselingkuh dariku, Mas? Kenapa? Aku melakukannya buat kamu, 'kan?" tanya Dara sembari menepuk dadanya sendiri agar Rendra bisa melihat Dara yang sudah berkorban sejauh ini.

"Tujuh tahun denganmu, hanya buang-buang waktu saja. Sikapmu bahkan belum dewasa, masih sama saja seperti dulu. Terlebih, kamu juga mudah sekali disentuh oleh pria lain selain aku, mengapa tak kau tolak sekali saja permintaanku? Jika kau menolaknya mungkin tidak begini akhirnya," elak Rendra dengan alasan yang tidak masuk akal sama sekali.

"Lantas, jika kutolak, kau pasti akan meninggalkanku, bukan? Kamu hanya perlu bilang padaku untuk tidak melakukan hal seperti ini, bukan? Mengapa kau justru memanfaatkan tubuhku? Otak dan hatimu di mana, Mas?" Dara menunjuk dada Rendra dan sedikit menekannya.

"Dengar ya, aku sama sekali tidak bahagia denganmu jika caramu murahan begitu."

Mendengar celaan itu, gigi Dara bergemeretak, ia sudah tidak tahan lagi dengan ucapan pedas dari kekasihnya.

"Aku melakukan semua ini demi kamu, Mas! Demi ekonomi kamu! Hutang kamu!" teriak Dara yang semakin mendekat ke arah Rendra sembari menunjuknya dengan sangat kesal.

"Apa aku pernah memintamu melakukan itu? Dasar wanita murahan!" ledek Rendra sembari memberi tatapan mata yang tajam.

"Mas? Kenapa kamu begini padaku, apa salahku?" tanya Dara dengan menitihkan air mata. "Padahal aku selalu memberikan semuanya kepadamu, tanpa memandang apapun! Kuberikan seluruh harta, bahkan tubuhku untuk membantumu, dan ini balasanmu padaku, hah! Kau juga bukan apa-apa tanpaku, Mas! Kau juga hanya akan menjadi pria pengangguran jika tidak kubantu!"

PLAK!

Tamparan keras justru mendarat di pipi Dara, hingga membuatnya terjatuh ke lantai. Ia menatap lantai yang berwarna putih itu dan sudah terhiasi dengan air mata yang berulang kali jatuh dari pipinya.

"Cukup sudah kau berkata begitu, dasar wanita murahan! Jangan sombong hanya karena modal tubuhmu saja, kamu bisa menghasilkan banyak uang!" hardik Rendra.

Perkataan yang selama ini ia kira, akan mustahil diucapkan oleh kekasihnya sendiri, ternyata benar-benar keluar dari mulutnya. Rasanya lebih pedas ketika kekasihnya yang mengucapkan ketimbang orang lain. Dadanya terasa sesak bak tertusuk pisau.

Tiba-tiba, ponsel Rendra berdering, dan ia langsung mengangkatnya dengan tersenyum tipis.

"Halo, Sayang."

DEG!

Panggilan sayang yang selalu diucapkan lembut untuk Dara, kini beralih ke orang lain. Dara hanya menjadi pendengar saja, tubuhnya tak bisa digerakkan sama sekali karena belum bisa terima semuanya.

"Sudah selesai semuanya kok, aku akan menjemputmu sekarang," tandas Rendra sembari membuka pintu kamar. "Sampai jumpa, Sayang. Aku tidak sabar akan menikah denganmu."

Hatinya semakin sakit, Rendra terdengar sengaja berucap seperti itu agar Dara tahu betul sejauh apa hubungan mereka berdua. Panggilan pun berakhir dan Dara masih tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah.

"Kamu benar-benar jahat!" pekik dara tanpa menatap Rendra sama sekali

Dara tak bisa berkata apa-apa lagi, hatinya sudah telanjur sakit. Pintu kamar tertutup dengan sangat keras, dan sosok yang Dara cintai, kini pergi dari hadapannya begitu saja.

Dara menitihkan air mata sembari menatap ke arah tangannya yang mengepal di lantai, ia sangat marah sehingga rasanya tiada ampun lagi bagi kekasihnya.

"Argh!"

PRANG!

Dara menjatuhkan semua barang miliknya yang ada di atas meja rias. Nafasnya terengah-engah, rasa kesal memuncak di kepalanya.

"Dasar pria tidak tahu diri!" tandas Dara sembari memukul bantal dan merasa kesal. "Aku menjual tubuhku, membuang harga diriku, berusaha agar tidak hamil hanya demi pria jahat sepertimu! Argh!" Ia melempar bantal tersebut ke arah jendela.

Amarah meluap di kepalanya, namun, air mata masih membasahi pipinya. Rasa sakit yang menyeruak di dadanya tidak bisa lagi ia tahan. Ia tak tahu harus bahagia atau sedih menghadapi semua ini. Di satu sisi lain, Dara bahagia karena ia tak lagi menjual harga dirinya, namun, kekasih yang selama ini ia percaya akan membahagiakannya, justru pergi meninggalkan Dara dengan seluruh uangnya.

Dara membuka sosial medianya karena notifikasinya memunculkan bahwa Rendra tengah mengupload satu foto baru. Ketika ia membukanya, terlihat foto dua cincin yang berada di kotak cantik berwarna merah, dengan caption yang romantis, dan seorang wanita ditandai di postingan tersebut.

Ia mulai paham kemana uang yang Dara berikan selama ini, Rendra selalu bilang jika uangnya habis untuk membayar hutang, sepertinya dusta sudah memenuhi mulutnya.

"Oh, jadi ... dia pergi untuk wanita yang jauh lebih baik dariku ya?" Dara menatap foto wanita yang ditandai di postingan Rendra, dan melihat beberapa postingan wanita tersebut, di mana Rendra selalu ada untuknya. Selama ini, Dara tidak tahu karena Rendra tidak pernah mengijinkannya untuk bermain sosial media terutama i*******m.

Wanita itu memang terlihat sangat kalem, dan juga baik hati. Sepertinya dari keluarga berada dan juga ramah. Tidak seperti Dara yang status orang tuanya juga tidak jelas cerai atau masih bersama.

"Sialan kau, Mas!"

PRAK!

Dara melempar ponselnya ke lantai. Perasaannya campur aduk, tangis pun pecah dari matanya, dan langsung menangis sejadi-jadinya. Kamar itu sudah penuh akan isak tangis yang dikeluarkan oleh Dara. Cinta yang ia kira akan selalu ada untuknya, ternyata hanyalah omong kosong belaka.

Ia merasa menjadi wanita paling bodoh di seluruh dunia yang dibutakan oleh cinta. Demi cinta yang tak tulus, ia melakukan apa saja. Tak peduli seberapa hancurnya wanita itu, ia tetap berkorban demi kebahagiaan mereka berdua.

****

Wanita yang masih terbalut dengan anduk itu, langsung menggunakan pakaiannya. Karena terlalu larut dalam kesedihan, ia sampai lelah dan tidur hanya dengan handuk yang menutup badannya.

Ia tidak boleh seperti ini terus, masih ada hal lain yang bisa ia kerjakan selain mementingkan rasa sakitnya itu. Ia melihat dirinya sendiri di cermin, matanya sudah sembab dan juga memerah karena terus menerus menangis. Dara kembali mengambil barang-barang yang terjatuh, dan membereskannya kembali. Beberapa barang yang terbuat dari kaca ada yang pecah. Membuat Dara hanya bisa menghela nafas panjang saja.

Dirinya begitu kacau, ia terlalu larut dalam emosinya yang tak bisa ia kendalikan. Dara kembali membuka sosial medianya, dan melihat postingan Rendra yang sudah penuh dengan wanita yang bernama Maya tersebut.

Dara tersenyum licik, ia tak lagi merasa sedih, yang ada di hatinya hanyalah amarah dan juga emosi yang melunjak. Pikirannya dipenuhi dengan sebuah pembalasan yang tidak akan bisa dilupakan oleh siapapun.

"Lihat saja, Mas! Akan kubalas perbuatanmu ini!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status