Dara masih merasa kesal, tatkala Rendra mencampakannya begitu saja. Air mata tak ada henti-hentinya mengalir dari matanya. Ia ingat betul, banyak sekali kenangan dan pengorbanan yang dilakukan oleh Dara sampai dia tidak mementingkan hal itu. Namun, yang Rendra lakukan sudah sangat keterlaluan.
"Tega sekali dia melakukan hal seperti ini kepadaku. Padahal aku melakukan semuanya untuknya," tandas Dara.Ia meringkuk di kasur dan hanya bisa memeluk lututnya sembari menangis sesenggukkan. Banyak hal yang ia sesali, seandainya dia selalu cek ponselnya setiap saat, seandainya ia tidak menjual tubuhnya, seandainya ia tidak mengenal Rendra sejak awal. Nasi sudah menjadi bubur, ia tidak bisa melakukan apa-apa lagi."Ah! Aku tidak boleh lemah begini! Aku harus kuat menghadapi semua ini." Dara langsung beranjak dan duduk bersandar di kasur. "Ia bisa seenaknya menghancurkan hidupku, aku juga bisa melakukan hal yang sama kepadanya. Menghancurkan hidup seseorang sangatlah mudah, bukan?" gumam Dara sembari tersenyum.Ia ingin membalaskan dendamnya dengan berbagai macam hal kotor di dalam pikirkannya, Rendra memang meninggalkan Dara, namun, ia tidak pernah meminta putus. Jadi, hubungan mereka belum berakhir.Dara menyeringai kecil, dan langsung beranjak dari tempat tidurnya untuk segera pergi ke pernikahan kekasihnya itu."Aku akan membuat semua mata tertuju kepadaku, termasuk kamu, Mas." Dara tersenyum puas dengan rencananya itu.Sembari menunggu check out, Dara melakukan perawatan kepada dirinya sendiri dulu di hotel, lalu mengenakan dress yang akan bisa memikat seluruh manusia yang hadir di pesta pernikahan itu.Setelah semua siap, ia segera pergi dari hotel dan menuju ke pernikahan kekasih tercintanya itu. Di dalam taxi, Dara merasa sangat kesal. Matanya yang tadinya sembab itu sudah tertutup oleh riasan cantik yang menempel di wajahnya. Glitter berwarna pelangi pun menghiasi kelopak matanya hingga terlihat begitu indah.Sesampainya di sebuah gedung pertemuan yang cukup besar, terlihat jelas nama Rendra terpampang di sebuah papan yang dihiasi dengan bunga-bunga di sekitar papan nama tersebut. Namun, yang ada di bawah nama Rendra bukanlah dirinya, melainkan nama seorang wanita lain bernama Maya. Hatinya hancur sekali ketika membaca papan itu, ingin sekali ia menghancurkan papan nama itu sampai benar-benar tak tersisa lagi."Sabar, Dara. Pelan-pelan saja," batin Dara sembari mengusap dadanya dan menghela nafas panjang.Ia sudah dewasa, dan bukan lagi anak kecil, caranya marah dan caranya membalas dendam harus terlihat rapi hingga pondasi lawannya hancur berantakan. Dara turun dengan gaun berwarna putih, dengan rambut yang diurai sampai dada, bulu mata lentik dan lipstick yang kalem membuat Dara semakin terlihat elegan di mata orang-orang. Tentu saja mereka tidak bisa mengalihkan pandangan mereka dari seorang wanita bak turun dari surga.Ramai orang datang, dan dengan tanpa ragu, Dara memasuki gedung pernikahan mereka, hingga terlihat mempelai wanita dan mempelai pria yang tengah berfoto dengan beberapa teman, dan sanak saudara.Dara duduk di kursi paling depan, di mana jelas terlihat mantan kekasihnya yang sedang berbahagia dengan wanita simpanannya. Rendra yang tengah melakukan agenda foto bersama, jelas terbelalak karena melihat Dara duduk di kursi paling depan dengan riasan yang sudah sangat cantik."Ngapain wanita itu datang ke sini? Mau cari gara-gara ya?" batin Rendra yang menatap tajam mantan kekasihnya itu.Dara tersenyum sinis kepada Rendra, dan segera beranjak dari tempat duduknya, lalu pergi menuju ke kerumunan orang-orang yang sedang menikmati makanan di pernikahan itu. Dara begitu jijik dengan semua ini, karena Rendra menggunakan uang dari hasil Dara jual diri untuk melakukan pernikahan suci seperti ini."Kalian tahu tidak, uang ini haram loh. Hasil jual diri kekasihnya di waktu dulu," celetuk Dara yang berpura-pura sok kenal dengan tamu yang hadir, lalu pergi begitu saja. Hingga sampai di kerumunan orang-orang kantor Rendra yang jelas saja ikut hadir. Mereka justru menyambut Dara dengan baik."Hai cantik, sendirian aja? Pasangannya mana?" tanya salah satu dari mereka. Rupanya penampilan Dara membuat mereka tidak mengenal paras wanita itu."Hallo kakak semua, aku hanya ingin bilang kepada kalian. Hati-hati makanan yang kalian makan itu bukan hasil jerih payah Rendra, melainkan hasil dari Dara yang menjual tubuhnya dan hasilnya dibagi dua," tandas Dara memulai percakapan baru.Respon mereka jelas berbeda-beda, ada yang terkejut, ada yang tidak percaya."Jangan meledek Rendra ya! Kau sirik ya!" bela salah satu dari mereka."Oh, tidak. Kau bisa tanya sendiri dengan Rendra, ia pasti akan gugup ketika mendengar hal ini." Dara mengambil satu sushi yang ada di meja, melihatnya dengan jijik, dan meletakkan kembali makanan mahal itu."Kau dapat gosip dari mana? Dasar wanita aneh!" bela mereka lagi."Karena aku, adalah Dara. Wanita yang ia buang, dan kalian benci karena aku hanya pemilik bar, sekaligus cewek murahan. Padahal kujual diriku untuk kami menikah kelak, tapi? Lihatlah kawan yang kalian banggakan itu, tanpa rasa bersalah berdiri di pelaminan bersama dengan wanita lain." Dara menunjuk ke arah Rendra dan merasa sangat kesal. Hingga mereka semua terlihat percaya, dan menatap Rendra dengan tatapan seakan tidak percaya dengan sikap busuk Rendra.Dara segera pergi dari kerumunan, dan mencari mangsa lain untuk ia beri sebuah fakta. Ini bukanlah gosip, melainkan sebuah kebenaran. Di mana pernikahannya ini begitu hina dan pria yang ada di panggung pernikahan adalah pria tidak tahu malu.Dari awal sampai akhir, semua orang menatap Dara dengan ramah, bak seorang ratu yang sedang berkeliling. Hal ini pun membuatnya jadi mudah untuk menyebar kebenaran, karena yang menyebarkan adalah wanita cantik. Coba saja kalau jelek, pasti ia akan langsung dijatuhkan balik.Sebelum pergi, ia melihat Nathan yang tengah menikmati minuman dan duduk sembari menatap Rendra. Dara menghampiri pria tersebut."Nathan?" panggil Dara dengan lembut."Dara ya? Kenapa kamu kemari?" tanya Nathan sedikit terkejut ketika ia tahu bahwa Dara datang ke pernikahan mantannya sendiri."Iya, aku ingin melihat wajah mereka tersenyum bahagia dulu sebelum aku menghancurkan senyuman itu," jawab Dara dengan tersenyum simpul."Apa maksudmu? Dia juga pakai uang yang kemarin kuberi padamu agar bisa menikah?" tanya Nathan yang mulai memahami."Kau pintar juga ternyata," puji Dara kepada pria dengan jas berwarna putih itu.Tanpa aba-aba, Nathan menarik tangan Dara hingga wanita itu menyentuh dada bidangnya dan wajah mereka pun sudah sangat dekat meskipun Dara harus sedikit mendangak untuk menatap wajah pria tinggi itu."Kau apa-apaan sih!" Dara terkejut berusaha melepaskan pelukannya.Semua orang termasuk Rendra dan pengantin wanitanya jelas langsung menatap ke arah Nathan dan Dara."Kita serasi hari ini, bukan begitu?" pungkas Nathan.Dara yang menyadari hal itu, langsung terkejut bukan main, dan pria itu pun mengendorkan pelukannya, membiarkan Dara lepas dari dada bidangnya itu.Karena malu, Dara hanya bisa pergi tanpa bilang apa-apa kepada Nathan dan segera kembali melanjutkan tujuan utamanya datang ke sini."Kenapa sih si Nathan itu!" batin Dara.Sudah puas menyebarkan kebenaran, Dara segera pergi dari pesta pernikahan itu. Hanya tinggal menunggu waktu sampai Rendra mendengar rumor yang telah diucapkan dari mulut ke mulut lalu kembali menghubungi Dara.Sebelum benar-benar pergi dari tempat itu, Dara menatap wajah Rendra yang begitu bahagia di atas pelaminan bersama Maya."Lihat saja, Mas. Sampai kapan kebahagiaan itu akan berlanjut."Semenjak hubungan Dara dan Nathan berubah menjadi resmi pacaran, Dara pun mulai menjalani dendamnya seperti yang sudah dia rencanakan. Mengingat, dia sudah menjadi milik Nathan, maka, dia tidak boleh membuat Nathan sakit hati lebih dari ini, yang Dara lakukan sudah cukup membuat Nathan sakit hati dan tentunya menunggu cukup lama.Sembari menunggu Rendra sembuh total, mereka berdua terus menerus menemui Rendra dan mempererat hubungan mereka agar bisa makin menuju ke jenjang lebih serius. Nathan ingin bicarakan kepada Rendra, namun, jika dia bicarakan sekarang, rencana Dara akan gagal total dan pasti akan membuat Dara bersedih bahkan tidak senang mendengarnya."Menurutmu, ayahnya Rendra perlu mendapatkan pelajaran?" tanya Dara ketika mereka tengah menuju ke rumah sakit."Tentu saja. Aku hanya belum bertindak saja. Sejujurnya, dia bekerja di perusahaanku, jadi, mudah saja memecatnya kapanpun aku mau." Nathan menyetir mobil dan fokus ke jalanan."Ngeri juga ya," tutur Dara sembari ngeri k
Hubungan mereka pun sudah mulai berlaku di hari itu juga. Artinya, Nathan menang dalam taruhan mereka dan dia bisa mendapatkan Dara sepenuhnya. Namun, Dara juga harus bisa melepaskan Rendra jika dia akan memulai kehidupan yang baru."Nathan, boleh kita ke apartemenku setelah ini? Aku ingin memberikan kabar bahagia ini kepada mereka berdua," ucap Dara dengan senyuman. Dia mulai bisa terbiasa dengan situasi seperti ini. Meskipun awalnya dia sangat canggung karena status mereka berdua berubah secara tiba-tiba."Tentu saja, dengan senang hati aku akan melakukannya," ucap Nathan yang terlihat cukup bahagia dan seperti tak bisa berhenti mengeluarkan senyuman manisnya itu.Dara pun semakin tidak kuat melihat pria itu yang nampak semakin tampan di mata Dara, padahal sebelumnya pria itu biasa saja dan sedingin kulkas. Mengapa tiba-tiba dia melihat Nathan menjadi seperti itu, ya?"Nathan, sebelumnya, aku harus bilang ini kepadamu. Karena ini semua adalah rencanaku dan kamu harus tahu. Aku tidak
Keesokan hari pun tiba, di mana Dara sudah mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Nathan. Setelah semalaman dia memikirkan apa yang harus dia putuskan. Entah mengapa hatinya lebih mengarah ke Nathan daripada Rendra. Lagipula, kedua orang tua Dara jelas sudah tidak setuju dengan kehadiran pria itu dalam hidupnya. Beda dengan Nathan yang datang ke hidup Dara dan disambut baik oleh mereka semua.Menjelang jam pertemuan, Dara sangat gugup. Dia bahkan sejak tadi pagi tidak keluar dari kamarnya karena lebih memilih harus memutuskan yang mana dan tidak ingin salah pilih seperti dulu. Dia ingin memantapkan diri untuk memilih Nathan meskipun ia masih memiliki sedikit rasa kepada Rendra.Tiba-tiba, ibunya Dara masuk ke dalam kamar Dara dan menyapa putrinya yang tengah galau dan tengah dilanda kebingungan itu.“Dara, kamu baik-baik saja?” tanya ibunya Dara sembar membawakan sarapan pagi.“Aku baik-baik saja, Bu. Ada apa, Bu?” tanya Dara yang berusaha tersenyum.“Syukurlah jika kamu baik-baik sa
Dara menceritakan perihal apa yang terjadi kepada Dara barusan. Karena tidak ingin salah langkah, ia pun menceritakannya kepada kedua orang tuanya. Sudah cukup juga usia Dara untuk menikah. Jika dia serius, dia pasti bisa menuju ke jenjang yang lebih serius.“Begitulah, Nathan tiba-tiba bilang begitu kepadaku. Aku sama sekali tidak menyangka jika pria itu akan mengucap hal seperti itu kepadaku,” ucap Dara kepada kedua orang tuanya.“Sebenarnya, ayah sudah mengetahui ini sejak awal. Ayah juga merasa bahwa Nathan itu sudah lama menyukai kamu, Dara.” Jaka menjawab begitu dan memang sudah sedari awal mengetahui semuanya.“Ayah sudah sadar sejak lama? Lalu menurut ayah gimana?” tanya Dara yang langsung menatap ke arah ayahnya itu. Ayahnya terlihat sangat santai dan masih bisa tersenyum di depan putri dan juga istrinya.“Kalau kamu tanya menurut ayah, sebagai laki-laki, ayah jelas bisa melihat sikap dan sifat Nathan selama ini. Dia pria yang baik, bahkan dia sangat menyayangi kita, dan suda
Dara jelas semakin terkejut dengan ucapan Nathan barusan. Dia bahkan tak pernah berpikir sejauh itu, apalagi sampai ada statement bahwa Nathan menyukai Dara, hal itu bahkan tak pernah sedikitpun ada di kepala Dara.“Jangan bercanda, Nathan. Nggak lucu ih!” ucap Dara yang berusaha menahan rasa canggungnya.“Aku serius, Dara.” Nathan berusaha menatap manik mata wanita yang sedari tadi memalingkan pandangannya dari Nathan.Dara pun hanya bisa diam saja sembari menatap ke luar jendela yang berada di hadapannya itu. Mengapa di saat seperti ini, pria itu justru mengutarakan apa yang ia rasakan. Mengapa ia mengutarakannya di saat yang tidak tepat? Mengapa saat Dara susah sekali berpaling dari Rendra.“Kamu berkata begitu biar aku bisa jauh dari Rendra, bukan?” tanya Dara.Dara pun masih berusaha untuk berpikir positif akan ucapan Nathan. Ia masih saja berpikir jika Nathan tidak serius dan hanya main-main saja. Selama ini, dia memang penasaran terhadap Nathan, namun, dia tidak menyangka jika
Selepas kepindahan Rendra, beberapa hari setelah Rendra pindah, Dara pun baru sempat menemui Rendra, karena pekerjaannya cukup banyak dan membuat Dara tak punya waktu untuk pergi kemanapun selain mengurus pekerjaannya itu.Dara pergi ke rumah sakit di mana Rendra dirawat, ia pergi dengan menggunakan taxi karena Nathan juga tengah sibuk mengurus meeting di kantor. Dara tidak masalah dengan itu, di dalam taksi, dia berulang kali melihat ke jam yang ada di tangannya dan merasa jika supir taksinya mengendarai cukup lama hingga membuat Dara cukup gemas.Hingga sampailah dia ke rumah sakit yang cukup besar dan juga megah. Dara bahkan sempat tertegun kala melihat mewahnya bangunan di sana. Ia masuk dan langsung pergi ke lantai 4 di mana Rendra dirawat dan identitasnya juga disembunyikan, mengingat Rendra saat ini sedang berada dalam bahaya jika tidak disembunyikan. Ayahnya Maya sudah pasti akan geram jika Rendra tidak mati dalam insiden kecelakaan itu.Sampai di lantai 4, Dara masuk ke ruang
Beberapa hari pun berlalu, Dara hanya tinggal menunggu Rendra sembuh dari rumah sakit saja. Ketika Rendra sudah bisa ditemui, polisi berulang kali datang untuk melihat kondisi Rendra dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi dengan Rendra. Lalu, kebenarannya tentang narkoba yang dikonsumsi oleh pria itu. Saat dituduh seperti itu, Maya bahkan hanya bisa diam dan tidak membela suaminya sama sekali, bahkan, dia berniat untuk meninggalkan suaminya atas tuduhan yang tidak benar itu.“Benar kamu mengkonsumsi narkoba?” tanya Maya di depan para polisi.“Nggak! Serius! Aku sama sekali nggak pernah konsumsi narkoba, mabuk, dan lain sebagainya itu nggak pernah!” tutur Rendra yang berusaha untuk membela dirinya sendiri.“Terus kenapa ada narkoba di minuman kamu kalau bukan kamu yang konsumsi?” tanya Maya.“Setelah aku pulang dari pertemuan keluarga kita kemarin, aku diberi kopi oleh pelayan yang bekerja di sana. Setelah itu aku langsung nggak sadarkan diri dan nggak bisa kendalikan mobilku, aku
Dara langsung mengenakan pakaiannya tanpa memperhatikan Nathan yang sudah semakin mendekat ke arahnya. Hingga Nathan pun memeluk Dara dari belakang dan kepalanya berada dekat dengan kepala Dara.“A–apaan sih! Kamu ngapain? Ada ayah sama ibuku di luar loh!” ucap Dara yang sedikit panik kala pria itu berlaku seperti itu.“Dulu kamu melakukan ini kepadaku biasa saja, kenapa sekarang kamu jadi gugup ketika berada di dekatku?” tanya Nathan dengan blak-blakkan.“I–itu karena dulu aku bekerja untuk hal seperti itu, sekarang kan sudah tidak lagi!” ucap Dara yang semakin panik ketika Nathan terlihat semakin erat mendekap Dara.Pria itu perlahan mengusap perut Dara dan naik ke dadanya, hingga Nathan berhasil mendapatkan kedua gundukkan yang cukup besar, dan karena Dara sudah lama sekali tidak melakukan hal seperti itu, ia langsung memiliki hasrat yang besar untuk melakukannya dengan Nathan. Namun, ia masih berusaha menahannya karena tidak ingin ia melakukan itu kepada Nathan.“Nathan, kumohon a
[“Apa yang kamu perbuat kepada putraku?”] tanya pria itu dengan nada yang terdengar kesal.“Apa maksud anda?” Dara jelas bingung dengan apa yang dikatakan oleh pria itu, mengingat ia sama sekali tak pernah menyentuh Rendra belakangan ini. Apakah ada pembicaraan lain atau hal lain yang tidak diketahui oleh Dara.[“Mengapa sampai Rendra bisa kembali mencintaimu? Kamu pellet dia, ya!”] tuduh pria itu.“Oh, Jika dia menyukai saya bukankah itu haknya? Dia juga terlihat frustasi menjadi suami Maya. Jadi, bukankah kehadiran saya dalam kehidupan Rendra membuatnya jauh lebih baik?” tanya Dara sembari tersenyum puas mendengar perkataan seperti itu.[“Kau hanya akan menghancurkan apa yang sudah anakku dan aku lakukan saat ini! Apa kau tidak memikirkan bagaimana hancurnya kami berdua ketika nanti pria itu mengetahui kelakuan menantunya!”] bentak Jaya kepada Dara.“Bukankah saya sudah pernah bilang? Jika anda membersihkan nama baik ayah saya, maka saya akan langsung menjauh dari putra anda. Namun,