Bu Siti mencoba berdiri, begitu juga dengan Mira. Mira kesal sekali dengan tingkah Bu Siti yang ceroboh sekali.
"Maaf Non, saya kira tadi sudah kering," kata Bu Siti. Namun, Mira hanya diam saja, dan pergi ke kamar bersama Sabrina.
"Lain kali hati-hati Bu," kata Budi lalu lanjut menonton televisi. Bu Siti kembali ke dapur setelah lantai kering.
Bu Siti merasa bersalah pada Sabrina dan Mira. Dia takut jika nanti dipecat oleh Tia, sedangkan dirinya butuh pekerjaan ini.
"Semoga saja Non Tia tidak memecat aku, aku takut banget kehilangan pekerjaan ini. Karena dengan kerja disini aku bisa makan buat sehari-hari." kata Bu Siti.
Dia lalu melanjutkan pekerjaannya dan sebisa mungkin tidak membuat kesalahan. Nyatanya Bu Siti sekarang lupa menanak nasi padahal sudah jam 12. Mira marah lagi kali ini dia tidak memberi ampun pada Bu Siti.
"Kalau sudah bosan kerja disini itu bilang, jangan main lupa dan buat kesalahan gitu," omel Mira."Gara-gara kamu
Tia masih berteriak, Tapi Sabrina tidak kunjung bangun. Tia tetap berusaha membangunkan Sabrina meskipun tidak bangun. "Jangan pergi kamu!" teriak Tia sambil menepis tangan kuntilanak. Tapi malah justru semakin dekat dan kuntilanak itu berhasil mencekik lehernya. Tia sampai sulit bernafas karena dicekik. "Tante bangun." Sabrina menggoyang-goyangkan tubuh Tia. Hingga akhirnya Tia terbangun. "Hantu..." teriak Tia. "Tante mimpi apa kok teriak-teriak sampai aku terbangun?" tanya Sabrina. "Aku mimpi ada hantu mencekik tante," jawab Tia sambil duduk. Tia lalu minum airputih yang ada dimeja dekat dia tidur. "Tante nggak berdoa sih pantas mimpi buruk," kata Sabrina. Tia hnya tersenyum melihat tingkah Tantenya. Mira dan Budipun akhirnya mengetuk pintu kamar Tia karena dengar teriakan Tia tadi. Sabrina membukakan pintu, Mira langsung mendekati Tia. "Kamu kenapa?" tanya Mira. "Tante mimpiin hantu Bu," kata Sabrina. Setelah
Bu Umi hampir saja memarahi Viona karena dikira Sabrina jatuh karena Viona. Nyatanya Sabrina jatuh karena dia mengantuk dan ingin turun dati ranjang tapi malah terjatuh. "Ya sudah, ayo kita pulang Na! Kamu kan sudah mengantuk!" Mira membantu Sabrina berdiri. Sabrina menurut dengan Ibunya, dia segera pulang bersama Ibunya yang membawa jajan dari Bu Umi tadi. "Terimakasih ya Bu Umi," ucap Mira sembari keluar dari rumah Bu Umi. Mira dan Sabrina berjalan cepat kearah rumah Tia, karena Sabrina sudah mengantuk. Sesampainya di rumah Sabrina langsung masuk kamar. Tia membantu Mira mengeluarkan jajan dari Bu Umi. "Pnya buat besok aja Tia, dipanasin," kata Mira sembari menaruh opor ayam kedalam kulkas . "Iya Mbak, jawabnya banyak sekali Mbak?" tanya Tia. "Iya Bu Umi buat banyak tadi," jawab Mira. Setelah membantu Mira, Tia segera tidur besok dia ada acara fitting baju pengantin jadi harus bangun pagi. Tia juga akan melihat gedung
Mutia adalah seorang gadis yang lugu. Dinikahi oleh seorang pemuda bernama Arman. Namun, pernikahan dia baru seumur jagung. Mutia harus kehilangan suaminya. Arman meninggal akibat kecelakaan kerja disebuah pabrik. Mutia sudah menjanda selama 6 bulan. Namun, naasnya hari ini dia digiring oleh warga yang notabennya rata-rata perempuan.“Usir Mutia... Dia telah menggoda suami kita!” teriak Bu Hana.“Iya, usir dia sekarang pak RT.” Tambah Bu Nunung yang semua merupakan tetangga Mutia. Malam itu suami Bu Hana tiba-tiba masuk kedalam rumah Mutia. Suami Bu Hana bermaksud untuk mengajak Mutia untuk berselingkuh. Namun, Mutia menolak tak disangka pak Usman suami Bu Hana itu memutar balikkan fakta bahwa dia digoda oleh Mutia. Mutia menangis. Dia tidak bisa berbuat apa-apa atas tuduhan para warga.“Mbak Mutia, tolong anda kemasin barang mbak Mutia
Mutia dan Bu Salma sudah menyiapkan segala keperluan untuk pulang ke Indonesia. Sehari sebelum pulang Mutia dan Bu Salma jalan-jalan terlebih dahulu, membeli oleh-oleh untuk keluarga di Indonesia.“Mutia beli baju ini, biar penampilan mu semakin kece.” kata Bu Salma menunjukkan sebuah baju mini dress berwarna merah muda.“Mahal Bu, nanti Mutia merepotkan Bu Salma.” jawab Mutia.“Sudah jangan fikirkan masalah uang Mutia, kamu sudah Ibu anggap sebagai anak kandung Ibu. Panggil saja saya dengan sebutan Mama.” kata Bu Salma meyakinkan Mutia.“Baiklah Bu, Mutia akan beli baju yang Ibu tunjukkan pada Mutia.” jawab Mutia mengambil baju yang Bu Salma tunjuk tadi. Setelah mereka puas dengan belanja mereka kembali ke apartemen yang selama ini mereka tinggali selama di Singapura. Bu Salma dan Mutia mulai mengemasi pakaian mereka karena besok dia kan pulan
Mutia berjalan menuju pintu, Mutia mengetuk pintu rumah Ibunya.Tok tok tok Terdengar langkah kaki seseorang dari dalam rumah. Pintu terbuka lebar, Kakak Mutia berdiri mematung.“Siapa kamu?” tanya Mira kakak Mutia bengong.“Aku Mutia kak, adik kakak,” kata Mutia. Mira mengucek matanya,”Kamu bukan Mutia, Mutia tidak seperti ini wajahnya.” kata Mira ragu bahwa yang dihadapan dia adalah adiknya yang lugu. Wajahnya berubah, penampilan juga berubah.“Biarkan aku masuk kak, nanti aku ceritakan.” kata Mutia. Mira mempersilahkan Mutia masuk, “Siapa yang meninggal, Kak?” tanya Mutia penasaran. Bukannya menjawab pertanyaan Mutia, Mira malah menangis tersedu-sedu. Seketika seisi rumah terbangun mendengar Suara tangis Mira.“Siapa kamu?” tanya Bud
“Siapa kamu?” tanya Mutia lagi.“Salam kenal Tia, aku Hadi orang terkaya di Desa sebelah.” jawab Hadi dengan keangkuhannya.“Maaf, ada perlu apa anda kemari?” tanya Tia sudah mulai tidak suka dengan Pria itu.“Aku hanya memastikan saja, banyak yang bilang dirumah ini ada seorang wanita cantik. Ternyata benar ada bidadari secantik kamu Tia.” jawab Hadi sambil duduk tanpa dipersilahkan.“Maaf Pak Hadi, saya tidak ada waktu untuk ngobrol dengan orang asing seperti anda.” kata Mutia.“Oke tidak apa-apa, nanti saya akan kesini lagi.” kata Hadi. “Jangan panggil aku Pak, panggil saja Mas Hadi.” kata Hadi.“Baik mas, mas bisa pulang sekarang. Kami masih dalam suasana berkabung atas meninggalny Ibu dari Mbak Mira, jadi tolong hargai kami.” Kata Mutia sopan.Pria itu tidak segera pergi malah berjalan mendekat
“Ada apa?” tanya Mutia lagi.Setelah puas tertawa akhirnya menjawab, “Bagaimana kabar mu? Aku berharap kamu pergi untuk selamanya.” kata Fatma mantan kakak Ipar Mutia.“Iya, aku akan pergi untuk selamanya. Nikmatilah rumah milik adikmu itu, aku tidak berniat mengambilnya.” jawab Mutia. Lalu memutuskan sambungan telfonnya, Mutia akan membuang nomor lamanya dan menggantinya dengan yang baru.Flashback Sejak awal pernikahan Mutia dan Arman, Fatma selalu memanfaatkan Arman. Bagaimana tidak hampir setiap bulan, Mantan mertua dan Ipar Mutia itu minta jatah bulanan dari Arman. Gaji Arman yang hanya 3 juta itu habis untuk kebutuhan saja. 1 juta untuk jatah Bulanan Bu Siti mertua Mutia, 500ribu untuk Fatma kakak Arman. Tinggal 1,5 juta untuk kebutuhan rumah bayar listrik, air, telfon dan kebutuhan dapur juga. Setiap bulan minus terus tidak pernah tidak minus.Suatu hari Mutia berbicar
Sesampainya dirumah Bu Salma, Mutia langsung istirahat. Dia merasa kecapekan setelah beberapa jam duduk didalam mobil.“Mutia, besok kamu ikut Papa ke kantor ya, belajar kerja dikantor Papa.” kata Bu Salma.“Iya ma, Mutia mau ganti nomor ponsel juga nih,” kata Mutia.“Kapan kamu akan kembali ke desa itu?” tanya Bu Salma antusias.“Setelah saya kerja dikantor Papa, Ma. Mungkin 1 Minggu lagi aku akan cari rumah kontrakan disana.” jawab Mutia.“Baiklah, Mama dukung kamu,” kata Bu Salma. Malam itu Mutia pergi ke konter untuk membeli kartu baru, setelah itu dia menelfon kakaknya memberi tahu jika nomor ponselnya ganti. Saat sedang asyik berjalan di ruko, tanpa sengaja Mutia menabrak seseorang.“Maaf Bu, saya tidak sengaja,” kata Mutia sambil melihat orang yang ditabraknya, ternyata dia mantan mertua Mutia.“Punya mata nggak sih,” kata