Hari pernikahan Rania tinggal menghitung hari, Dirinya dan Bayu untuk sementara tidak bisa bertemu. Menurut ibunya pamali.
Rania tidak tahu kenapa dilarang untuk bertemu, hal itu sudah menjadi tradisi turun temurun.
Rania hanya dapat menurut apa yang dikatakan oleh ibunya.
Hanya melalui sambungan telepon, Rania dapat berbicara dengan Bayu. Walaupun secara bersembunyi.
Pernikahan Rania hanya dilakukan secara sederhana, hanya melakukan pemberkatan di gereja dan makan-makan secara sederhana dilakukan di rumah Rania.
Ini semua dilakukan, karena Rania dan Bayu tidak ingin bermewah-mewah.
Karena Rania baru kehilangan bapaknya setahun yang lalu, sehingga Rania tidak ingin melakukan pesta yang mewah.
"Bu, Rania ingat bapak ," ujar Rania, saat malam terakhir ia tinggal bersama dengan ibunya.
Karena setelah menikah nanti, Rania akan diboyong Bayu untuk tinggal bersama dengan Bayu dirumahnya.
"Bapak di surga pasti senang, melihat R
Pernikahan yang ditunggu-tunggu harinya oleh Rania, akhirnya tiba. Tapi bukan kebahagiaan yang didapatkannya, secarik kertas yang diberikan oleh Bayu membuat ibu yang dicintainya. Pergi meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya. Wanita yang telah melahirkan, merenggang nyawa. Akibat tidak sanggup melihat putrinya tersakiti, oleh pria yang sangat di cintai oleh putrinya sendiri. Rania meraung-raung, berkali-kali Rania pingsan. Dia tidak percaya apa dilihatnya, jenazah ibunya terbujur kaku dikamar jenazah rumah sakit. "Ibu..!! Jeritan suara Rania memenuhi kamar jenazah, baju pengantin yang tadi dikenakan terlihat cantik dibadannya. Kini terlihat seperti pakaian gembel, karena warna putihnya sudah berganti dengan warna debu yang melekat. Rambutnya yang tadinya tertata rapi, kini sudah berantakan. Mahkota yang menghiasi rambutnya, kini sudah hilang. Tidak tahu berada di mana. "Ran, please
Setelah dari dalam kamar Arumi, Alex dan Leo menuju ruang kerja Alex. Alex duduk di sofa, Leo mengikuti Alex duduk di sofa. "Aku perhatikan, kenapa wajahmu seperti ada yang kau pikirkan Lex?" Tanya Leo, yang sejak tadi memperhatikan wajah Alex tidak secerah biasanya. Terlihat ada beban berat terlihat dari raut wajahnya. "Hari ini, aku seharusnya menikah," kata Alex kepada Leo. Leo terperanjat, mendengar perkataan Alex. "Apa? Kau betul-betul melakukannya ?" Kaget Leo, karena Leo berpikir bahwa Alex membatalkan niatnya untuk membalaskan dendam kepada anak yang telah menabrak Arumi. Yaitu Rania. "Aku harus membalas atas apa yang dialami Arumi !" Seru Alex dengan raut wajah yang emosional. "Tapi gadis itu tidak tahu apa-apa Alex, yang bersalah adalah ayahnya. Itu juga kalau benar ," kata Leo. "Maksudmu, Arumi yang bersalah?" Tanya Alex kepada Leo.
Rania merasakan tubuhnya lemas, untuk menggerakkan kakinya untuk turun dari ranjang saja. Dirinya tidak mampu."Ada apa dengan tubuhku ini, apa aku mengidap penyakit parah? Kalau penyakit yang mematikan menggerogoti tubuh ini. Aku mohon Tuhan, panggil aku sekarang juga. Aku sudah tidak sanggup menanggung beban pikiran ini ." Rania mengeluarkan keluhannya.Tirai kamar terbuka, dengan kedatangan bude Maria yang membawa teh manis hangat."Minum Ran, biar hangat perutmu. Setelah ini makan bubur ya, bude ada masak bubur didapur. Tapi belum masak ," kata bude Maria kepada Rania.Rania terasa ingin muntah, dan buru-buru dirinya untuk turun dari ranjang. Tapi sepertinya, tubuhnya tidak bersahabat dengan Rania. Karena Rania tidak mampu hanya untuk mengerakkan kakinya untuk menjejakkannya kelantai."Kenapa ?" Tanya bude Maria, saat melihat kaki dan tangan Rania gemetar."Mau muntah bude, tapi kaki dan tangan Rania seperti t
Dari rumah Rania, Alex kembali kekantor. Alex duduk menatap berkas-berkas yang harus dibacanya dan ditandatangani, tetapi pikirannya tidak berada pada apa yang dibacanya saat ini."Ah....!" Teriak Alex sembari bangkit dan menendang kursi yang didudukinya tadi ."Kemana dia? Dimana kampung orang tuanya?" Alex bicara sendiri.Alex tidak bisa konsentrasi dalam bekerja, sehingga Alex memutuskan untuk kembali ke rumah.Alex memasuki rumahnya yang terlihat sepi."Mana Mama dan Papa ?" Tanya Alex kepada kepala pelayan."Tuan dan nyonya keluar, tapi tidak mengatakan kemana mereka pergi." Beritahu kepala pelayan.Alex meninggalkan kepala pelayan, dan menuju Kekamar adiknya. Yang masih dalam keadaan tidurnya.Begitu Alex masuk kedalam kamar Arumi, suster yang menjaga Arumi keluar dari dalam kamar.Alex duduk disisi
Maaf, tidak bisa selalu update. Cerita ini hanya ada disini.Rania kembali disibukkan dengan rutinitas sehari-hari, yaitu mengelola toko rotinya. Usia kehamilan Rania memasuki tiga bulan, tidak ada kendala dalam menghadapi kehamilannya. Seperti ngidam, baby-nya tidak ingin menyusahkan Rania."Ran, istirahatlah. Jangan terlalu diporsi tenagaku, ingat. Kau itu tidak sendirian, ada calon bayi yang menunggu untuk dilahirkan," kata bude Maria."Iya bude, Rania akan menjaga baby ini. Sepertinya baby ini yang tidak mau istirahat bude, kalau Rania diam. Dia selalu menginginkan Rania untuk melakukan sesuatu," kata Rania."Apa baby sudah bisa menendang?" Tanya bude Maria."Belum bude, tapi perasaan Rania yang ingin terus bergerak.""Mungkin baby tahu, kalau kau diam. Selalu mengingat bapaknya ?" Tebak bude Maria."Rania sudah berusaha untuk tidak m
Sudah sebulan Arumi berada di Singapore, walaupun belum ada perkembangan berarti. Tetapi Alex dan kedua orangtuanya tidak putus asa. Mereka yakin, bahwa satu hari nanti. Arumi pasti akan sadar kembali.Alex masih terus mencari keberadaan Rania, walaupun sudah banyak orang yang dikerahkan Alex untuk mencari keberadaan Rania. Tetapi pencarian tetap nihil, sepertinya jejak Rania seperti hilang ditelan bumi.Hari ini, Alex kembali ke Indonesia. Karena ada urusan kantor yang harus ditangani langsung oleh Alex."Bagaimana Arumi ?" tanya Leo, begitu dia bertemu dengan Alex dilobby perusahaan."Belum ada perkembangan, tapi kami tetap optimis. Arumi pasti sadar kembali," jawab Alex.Begitu sampai di ruangannya, Alex membuka jas nya."Ada masalah apa dengan proyek kita di daerah Serayu?" Tanya Alex."Pimpinan proyek mengundurkan diri, dia tidak sanggup bekerja sama dengan Pak Yusuf. Pak Yusuf terlalu otoriter."
Mia duduk dengan tegang, wajahnya menunduk. Dia tidak sanggup membalas tatapan Alex, yang menatap dirinya dengan tajam.Alex duduk, kakinya saling menyilang. Pandangan matanya terus menatap wajah sahabat adiknya Arumi.Alex tidak habis pikir, kenapa Mia bisa menghianati Arumi. Yang sering membantunya."Aku harap, kau jangan menunjukkan batang hidungmu lagi dihadapan Arumi. Kau itu sudah mati bagi Arumi!" Selesai berkata, Alex keluar dari dalam rumah Mia.Sepeninggal Alex, Mia menangis tersedu-sedu. Mia merasa dia sudah kehilangan Arumi dan juga sudah kehilangan Andre, yang sangat membencinya saat ini ."Oh Tuhan ! apa salah aku, jika aku mencintai Andre. Aku yang pertama mengenalnya, salahkah aku jika ingin memiliki Andre untuk diriku sendiri !" ratap Mia."Salah! Kau sangat salah. Andre kekasih sahabatmu, seharusnya. Kau tidak boleh masuk kedalam hubungan mereka!" Suara dari depan pint
Sesudah pertemuan, Alex dan Leo masuk kesatu restoran yang ada didalam hotel. "Bro, kenapa wajahmu kusut?" tanya Leo. Alex diam, tangannya memainkan asbak yang ada diatas meja depannya. "Wow...!" Leo gemas melihat Alex, sehingga mengeluarkan suara yang keras. "What ?" Jengkel Alex, karena kaget mendengar suara Leo. "Kau tidak mendengar apa yang kukatakan sedari tadi ?" Tanya Leo. "Dengar, apa kau kira aku tuli !" ujar Alex. "Kenapa kau diam saja, kau sepertinya sudah tidak bernyawa lagi !" "Kemana kau semalam? Ponsel mu tidak aktif. Apa kau turun tangan sendiri mencari gadis itu ?" Tanya Leo. "Aku menemui gadis itu," sahut Alex. "Gadis yang mana lagi, apa aku mengenalnya? Apa kau jatuh cinta lagi?" Tanya Leo "Mia, aku menemukannya." "Oh..