Rania menarik kursi dan meletakkan bokongnya, tangannya mencomot sepotong tempe goreng.
"Hih...cuci tangan dulu, main comot saja ," tegur ibunya.
"Tangan Rania bersih Bu," kata Rania, dan meneruskan memasukkan tempe kedalam mulutnya.
"Tadi tidak makan dulu, selesai nonton ?" tanya ibunya kepada putrinya tersebut.
"Tidak Bu ," kata Rania, karena setelah bertemu dengan gadis tadi. Mood Bayu tidak baik, sehingga Bayu langsung membawa Rania pulang dan tidak jadi membawa Rania untuk makan, seperti yang direncanakan. Sebelum bertemu dengan gadis yang memanggil Bayu dengan nama Alex.
"Kenapa ?" Tanya ibunya.
"Mas Bayu tiba-tiba harus kembali kekantor ," kata Rania, yang tidak mengatakan kenapa mereka tidak makan diluar.
"Katanya Bayu ingin resign, apa tidak jadi ?" tanya ibunya, karena Rania pernah bercerita kepada ibunya tentang pekerjaan Bayu. Dan keinginan Bayu untuk mencari pekerjaan yang lebih tinggi gajinya.
"Mas Bayu tidak ada cerita lagi Bu, mungkin karena belum dapat pekerjaan yang sesuai." Kata Rania.
"Baguslah, jangan gegabah ingin pindah tempat kerja. Jika belum dapat pekerjaan yang sesuai dengan minatnya," kata ibunya.
"Kenapa sedikit makannya?" tanya ibunya, saat melihat Rania hanya menaruh sedikit nasi dan lauk dipiringnya.
"Tadi Rania sudah makan roti Bu. Karena tidak jadi makan diluar, Mas Bayu beli roti," kata Rania.
"Bagaimana hubungan mu dengannya, apa Dia sudah ada membicarakan mau dibawa kemana hubungan kalian ini?" tanya ibunya.
"Sudah Bu, tadi Mas Bayu ingin mengajak Rania nikah ," kata Rania.
"Oh ya, apa jawaban mu ?" tanya ibunya, mendengar Bayu ingin membawa hubungan mereka ke jenjang lebih tinggi.
"Rania masih ingin meneruskan kuliah kan Bu ," kata Rania.
"Banyak orang yang menikah, saat mereka masih kuliah ." Kata ibu Rania.
"Menikah dan kuliah dijalankan saat bersamaan, mungkin sangat merepotkan Bu " kata Rania.
"Belum dijalani" kata ibunya.
"Orang tuanya tinggal di mana?" Tanya ibunya lagi mengenai Bayu.
"Mas Bayu Yatim piatu Bu, dia hanya punya nenek dan kakek. Itu juga mereka tinggal di kampung," ucap Rania.
"Oh.. dia yatim-piatu,"
"Sungguh kasihan, Dia tinggal disini sendiri ? apa Dia tidak punya saudara yang lain ?" tanya ibunya lagi.
"Kata Mas Bayu, Dia anak tunggal. Dan papa dan mamanya juga anak tunggal ," cerita Rania.
"Mengenai pernikahan yang diutarakan Bayu, bagaimana tanggapan mu ?" tanya ibunya Rania.
"Rania belum tahu Bu, Rania takut. Nanti kuliah Rania terganggu ," kata Rania.
"Kalau nunggu kau selesai kuliah , apa Bayu sanggup. Dia sudah dewasa. Dia pasti ingin cepat-cepat berumah tangga dan mempunyai keturunan, apa lagi dia anak tunggal," Kata ibu Rania.
"Bagaimana dengan kuliah Rania ?" tanya Rania.
"Seperti yang ibu katakan tadi, banyak orang yang menikah saat mereka masih kuliah. Mereka menjalankan bersamaan, pernikahannya berhasil. Begitu juga dengan kuliahnya.
Rania bimbang, keputusan apa yang harus diambilnya. Jika dia menolak keinginan Bayu menikah sekarang, dia takut Bayu akan mencari gadis yang lain. Yang benar-benar sudah siap untuk menikah sekarang .
"Bicarakan dengan Bayu mengenai kuliahmu, dia pasti mengizinkan mu untuk melanjutkan kuliah. Tahun depan kuliahmu juga sudah selesai kan," kata ibunya.
"Iya Bu, semoga Mas Bayu mengizinkan Rania melanjutkan kuliah ," kata Rania.
"Bincangkan baik-baik dengan dirinya, dia pasti mengizinkan dirimu untuk melanjutkan kuliah."
***
Hari ini, hari terakhir ujian semester. Rania dengan cepat menyelesaikan soal ujiannya, setelah memeriksa sekali lagi dengan jawaban ujiannya. Rania bergegas mengumpulkan kertas ujiannya, dan Jesi juga mengikutinya dari belakang.
"Akhirnya..! Selesai juga, kita bisa nyantai ," ucap Jesi dengan merentangkan tangannya lebar-lebar.
"Heii Non, libur ini jangan nyantai. Apa kau lupa dengan skripsi mu ," Rania mengingatkan Jesi mengenai skripsinya.
"Aduhh..! Biarkan aku tenang sebentar saja , jangan kau ingatkan aku dulu dengan skripsi." Gerutu Jesi.
"Apa kau tidak mau selesai tahun depan ?" Ujar Rania sambil berjalan keluar dari gedung kampus.
"Maulah, ogah lama-lama dikampus ," ujar Jesi.
'kau cari siapa sih..?" tanya Jesi, ketika melihat Rania celingukan melihat kesekitar area parkir.
'Cari mas Bayu."
"Kau dijemput Mas Bayu ?" tanya Jesi.
'Iya.."
"Aku pulang sendiri lagi, padahal aku ingin mengajakmu jalan-jalan ke Mall." bibir Jesi manyun.
"Sorry..!" Ucap Rania kepada Jesi dengan perasaan bersalah, karena sejak dia berpacaran dengan Bayu. Rania dan Jesi jarang pergi berjalan-jalan berdua, Rania lebih sering pergi bersama Bayu.
"Nggak pa-pa, aku maklum. Lagi di mabuk cinta, jadinya ingin selalu berdua terus." goda Jesi.
Obrolan Rania dan Jesi berhenti, saat mobil Bayu muncul dari gerbang kampus.
'Duluan ya Jesi, lain kali kita pergi bersama ya ," ucap Rania sebelum pergi menghampiri mobil Bayu.
"Oke, bye..bye.." Jesi melambaikan tangannya, dan kemudian dia menuju ketempat mobilnya terparkir. Sedangkan Rania masuk kedalam mobil Bayu.
"Sudah lama nunggu ?" tanya Bayu.
'Nggak mas, Rania juga baru saja keluar ," kata Rania.
"Kenapa lama, apa semalam tidak belajar ?" tanya Bayu.
"Soalnya, lumayan sulit mas. Rania hati-hati menjawabnya," kata Rania.
"Mas tadi mau keluar, tiba-tiba boss manggil mas ," cerita Bayu.
"Ada kerjaan mendadak ," sambung Bayu.
"Apa tidak apa-apa, Mas sering keluar kantor ?" tanya Rania.
"Mas, kasih alasan. Mau kunjungi proyek diluar ," ujar Bayu sambil tertawa.
"Mas ini korupsi waktu namanya," kata Rania.
Demi bertemu dengan pujaan hati, apapun mas lakukan ." Bayu menarik hidung bangir Rania dengan perasaan yang gemas.
Mendengarkan perkataan Bayu, Rania mencebikkan bibirnya. Membuat Bayu menjadi gemas, Bayu meraih tangan Rania dan mendekatkan ke bibirnya.
"Mas, hati-hati. Kita masih berada dijalan raya." Ingatkan Rania, kemudian Rania menarik tangannya dari genggaman Bayu. Agar Bayu konsentrasi membawa mobilnya.
"Rania masih ingin hidup."
"Mas juga masih ingin hidup, mas belum malam pertama dengan pujaan hati mas ini. Rugi jika meninggal saat ini juga." Bayu mencubit pipi Rania.
"Mas Bayu pandai sekali ngegombal sekarang ini." bibir Rania ngerucut.
"Jangan begitu bibirnya, mas ingin melahap bibir itu jadinya. Mas tidak tahan ini." Bayu mengelus bibir Rania.
Rania mencubit lengan kekasihnya, karena gemas melihat kelakuan Bayu.
"Hei.. sudah berani ya, cubit-cubit ."
"Kenapa takut.." bibirnya kembali mencebik kepada Bayu.
"Mas kita kemana ini ?" tanya Rania, saat dilihatnya mobil memasuki kompleks perumahan yang sangat bagus.
"Mau menculik kekasihku ini."
"Mana ada orang yang mau culik, bilang-bilang dulu ." Rania melengos kepada Bayu.
"Serius mas, kita mau kemana. Apa kita mau kerumah teman mas ?" tanya Rania kembali.
Bayu tertawa melihat Rania cemberut menatapnya, membuat Bayu semakin senang menggoda Rania.
Perlahan-lahan mobil Bayu berhenti didepan pagar warna putih, kemudian pagar tersebut terbuka sendiri. Mobil Bayu masuk kedalam dan pagar menutup kembali.
"Rumah siapa?" tanya Rania.
"Rumah siapa ya? Hemhh...! Turun saja dulu," kata Bayu.
**
Setelah dua Minggu berada dalam perawatan rumah sakit, Alex diizinkan untuk pulang. "Akhirnya, mas bisa pulang," ujar Alex. "Mas, baring saja ya. Pasti letih dalam perjalanan dari rumah sakit," ujar Rania. "Mas mau duduk dibalkon saja, mas rindu melihat langit." Alex menolak, saat disuruh istirahat oleh Rania. "Apa mas tidak letih?" tanya Rania. "Tidak sayang," ujar Alex. Blush.. Pipi Rania merona merah, saat mendengar ucapan sayang yang keluar dari mulut Alex. Perkataan yang dulu sering diucapkan Alex saat mereka masih pacaran. "Sudah lama aku tidak melihat wajah malu-malumu sayang," ujar Alex. "Ih..mas Alex, ayo. Biar Rania tuntun ke balkon. Katanya mau duduk diluar," ujar Rania. Rania memegang Alex yang berjalan masih lemah, dan membantunya untuk duduk. "Sini sayank," ujar Alex dengan menepuk kursi si sisinya. "
Pernikahan Rania sudah memasuki hari Minggu, Rania masih tidak bisa menunjukkan sikap hangat yang ditunjukkan oleh Alex. Setiap malam, Rania tidur bersama Devan dikamar sang putra. Dan tiap malam juga, Alex selalu mengangkat Rania unt
Alex terus mengirim video panas antara dirinya dan Rania, entah darimana Alex mendapatkan nomor ponselnya Rania. Sesaat, Rania tidak mengindahkan apa yang dilakukan oleh Alex. Tapi lama-kelamaan, pikiran Rania kacau. Beban pikiran membuat dia tidak bisa melakukan pekerjaannya dengan baik, apa yang terjadi pada Rania tidak lepas dari pengamatan orang-orang disekitarnya. Hubungan dengan Yoseph semakin dekat, tetapi video yang dikirim oleh Alex semakin panas. Membuat pikiran Rania bercabang. Derrtt.... Bunyi ponsel Rania bergetar. "Apa lagi yang dikirim oleh orang sinting itu." Ngedumel Rania, karena matanya yang baru ingin terpejam. Kini terbuka kembali. Karena pesan yang dikirim oleh Alex, sudah dua kali Rania mengganti nomor ponselnya. Tetapi, Alex mendapat nomor ponsel barunya. Dan video panas terus dikirim oleh Alex, sampai Rania tidak ingin menggunakan ponselnya. Rania curiga, ada orang dalam yang memboc
Rania duduk di ranjang, di sampingnya. Baby Devan tidur dengan nyenyak. Pintu terbuka, dengan masuknya Bude Maria. "Mereka sudah pulang," ucap Bude Maria, tanpa ditanya Rania. "Bagaimana?" tanya Bude Maria. "Bagaimana apanya Bude?" balas Rania yang bertanya. "Alex ingin mengakui putranya. "Tidak Bude, sampai kapanpun, Rania tidak akan mengenalkan dia kepada Devan. "Jangan mengambil keputusan dengan emosional, itu tadi, mengenai pernikahan. Apa Rania sudah menerima lamaran Nak Yoseph?" Rania terdiam, dia bingung menjawabnya. Tadi dia mengatakan itu, karena emosi kepada Alex. "Jangan paksakan menerima lamaran Alex, jika tidak ada rasa didalam sini," ucap Bude sembari memegang dadanya. *** Alex masuk kedalam hotel dalam keadaan marah, me
"Apa..!? teriak Jesi dari sambungan telepon, hingga memekakkan telinga Rania. "Jes, pelankan suaramu..!" seru Rania. "Kau sungguh-sungguh di lamar Yoseph?" tanya Jesi, yang tidak percaya dengan apa yang baru di sampaikan oleh Rania. "Serius, untuk apa aku berbohong. Bagaimana Jes? Apa yang harus aku lakukan?" tanya Rania. "Untuk apa kau pikirkan lagi, terima. Kau harus menerima lamaran itu.." ucap Jesi dengan bersemangat. "Tapi aku tidak mencintainya, Jes.." ucap Rania. "Belum, kau belum mencintainya. Tapi tidak mungkin kau tidak akan mencintainya, Yoseph orangnya sudah matang. Dia tidak akan seperti orang itu, yang akan mempermainkan wanita," ucap Jesi dengan lantang. Mendengar perkataan Jesi, Rania terdiam. "Duh.. kenapa aku menyebut laki-laki itu." batin Jesi. "Ran..!" Panggil Jesi. "Rania..!" Panggil Jes
Leo menatap wajah Alex, kemudian menghela napas. "Ada apa? apa hasilnya? apa bukan anakku?" tanya Alex dengan nada suara yang lemas dan khawatir. Leo memberi surat hasil DNA yang telah dibacanya kepada Alex. "Apa hasilnya? Katakan saja," ucap Alex yang takut untuk membacanya, karena hasilnya tidak sesuai dengan apa yang ada didalam pikirannya. "Baca sendiri." Leo memberikan surat tersebut kepada Alex. Alex menerimanya dengan tangan gemetar, matanya terbelalak. Setelah membaca hasil tes DNA tersebut. "Putraku Leo, dia putraku..!" seru Alex dengan tidak percaya, apa yang tertera didalam surat hasil tes DNA tersebut. "Ya, dia putramu. Putra yang tidak kau ketahui keberadaannya, seorang putra yang kehadirannya keduniaan ini diakibatkan oleh dendammu pada orang yang tidak bersalah," ucap Leo. Deg. Hati Alex sakit, mendengar apa yang dikatakan