"Apa benar Nadira akan tinggal di sini pak?" Tanya Erna. Wanita itu memandang ke sekeliling kamar yang saat ini ditempatinya. Kamar ini berukuran sangat besar dan mewah. Erna bersama dengan suaminya, menepati satu kamar tamu yang berada di lantai satu.
"Kalau Arga suaminya Nadira sudah pasti dia akan tinggal di rumah ini." Ahmad menjawab ragu.
Erna menganggukan kepalanya. "Kamar ini lebih besar daripada rumah kita ya pak. "Erna sedikit tersenyum dan kembali memandang ke sekeliling kamar.
"Orang kaya Memang suka seperti ini Bu. Buat rumah sebesar lapangan bola kaki. Dari ruang tamu ke dapur aja sudah capek," komentar Ahmad.
"Iya pak, kalau kita mungkin tanah sebesar ini bisa dapat puluhan rumah ya Pak. Kalau kita punya tanah sebesar ini terus dibuat rumah banyak-banyak enak sekali. Kita buat rumah sewa dan setiap bulan bisa dapat uang dari rumah sewa. Ibu gak jual goreng lagi pak.
Luna begitu sangat terkejut ketika tanpa sengaja dirinya menabrak tubuh tinggi milik putranya. Mulut wanita itu terbuka ketika memandang putranya tersebut."Mama biasa aja kenapa, jangan kaget seperti itu." Arga sedikit berbisik di telinga mamanya."Mama ini beneran terkejut." Luna memandang putranya dengan tidak percaya. Dipandangnya Arga dari atas hingga ke bawah."Biasa aja ma," Arga sedikit malu ketika melihat sikap Mamanya itu.Luna membandang Nadira yang sudah memakai mukena. "Nadira mau ke mana?" Tanya Luna."Dira mau ke kamar ayah dan ibu ma, tapi Dira gak tau yang mana kamarnya. Biasanya kalau di desa, Dira selalu shalat berjama
Sejak tadi Nadira menyadari bahwa tatapan mata mama mertua serta kedua orang tuanya, hanya tertuju ke arah perutnya. Dilihat seperti ini ini membuat Nadira begitu sangat canggung. Entah apa yang saat ini terlintas di benak kepala kedua orang tuanya dan juga mertuanya."Tadi katanya mau makan, kenapa Berger nya tidak dimakan Arga bertanya kepada istrinya.Nadira tersenyum dan menggigit burger berisi daging yang ada di piringnya."Dira boleh minta ganti." Nadira memandang wajah suaminya."Kenapa?' tanya Arga."Dira gak suka pakai mayones dan juga keju." Nadira menunjuk isi didalam rotinya. Entah mengapa rasa mayones dan juga keju sangat membuat perutnya terasa mual.Arga memanggil Bi Marni dengan sangat cepat wanita itu datang."Bik, Berger nya Tolong diganti jangan dikasih mayones dan juga keju. "Apa aja isinya sayang,"
Luna melepas tangannya dari rambut putranya. Wanita itu kembali duduk dengan gaya anggunnya. Matanya menatap putranya tersebut.Arga diam memandang mamanya. Ia menarik nafas dengan sangat panjang kemudian menghembuskannya, sebelum melanjutkan apa yang ingin disampaikan nya. "Setelah apa yang aku lakukan dengan Nadira, aku sibuk mengurus pernikahan aku dengan Lola. Aku tidak pernah menyangka bila perbuatan yang aku lakukan akan membuat Nadira hamil. Bila seandainya aku mengetahui Nadira hamil lebih dulu sebelum aku menikah dengan Lola, maka aku akan membatalkan pernikahan aku dengan Lola." Arga begitu sangat jujur saat berbicara dengan mamanya dan yang menjadi penyesalan baginya, karena dirinya baru mengetahui hal ini sekarang.Luna diam memandang putranya. "Mau sampai kapan kamu seperti ini?" tanya Luna.
Nadira duduk dengan menundukkan kepalanya. Ia menyadari bahwa kedua orang tuanya sedang menunggu penjelasan darinya."Adek, apa nggak mau jalan-jala" Nadira memandang adik laki-lakinya yang saat ini masih sedang memakan burger."Iya kak aku ingin jalan-jalan, lihat-lihat pekarangan rumah ini," ucap Fahri."Ya sudah, kalau gitu adek jalan-jalan. Ini burger nya dimakan nanti aja." Bujuk Nadiar."Aku sudah kenyang kak, apa boleh tidak aku habiskan." Fahri tersenyum. Iya sudah memakan 3 burger dan tidak sanggup untuk memakan satu burger lagi."Tadi katanya mau habiskan semua," Sindir Nadira."Aku kirain tadi, aku bakalan sanggup ngabisin semua burger nya, he...he...Tapi ternyata nggak, aku tidak mampu kak. Perut aku sudah sangat kenyang." Fahri akhirnya menyerahNadira tertawa mendengar ucapan adi
Arga menganggukkan kepalanya. "Ayah saat ini Ayah masih dalam tahap pengobatan. Jadi nanti saya akan membawa Ayah ke rumah sakit untuk melakukan check up dengan beberapa dokter terbaik di sini," jelas Arga. Pria itu sudah menyiapkan Rumah Sakit terbaik dan juga dokter-dokter terbaik yang akan menangani Ayah mertuanya."Gak usah nak, jangan buru-buru. Kalian itu pengantin baru, pasti butuh waktu banyak untuk berdua," ucap Ahmad yang tidak ingin merepotkan menantunya.Arga tersenyum mendengar ucapan mertuanya tersebut. "Saya juga ingin bawa Nadira kontrol ya. Ini ayah lihat aja, badannya kurus gini," kecap Arga. Pria itu memegang pergelangan tangan istrinya.Erna diam ketika mendengar ucapan Arga. Dipandanginya putrinya yang saat ini duduk berada di depannya. "Biasanya kalau wanita hamil badannya pasti akan mengalami kenaikan. Tapi Nadira sepertinya berat badannya tidak tidak bertambah." Komentar Erna.
Sejak tadi Nadira merasa sangat grogi dan salah tingkah ketika berada di dalam kamar berdua dengan suaminya. Berulang kali ia memandangi jam yang ada di ponselnya dan kembali melirik suaminya. "Kapan berangkat kerjanya?" Nadira bertanya di dalam hatinya. Namun dirinya sangat takut untuk menanyakan hal itu kepada suaminya.Nadira memandang suaminya yang saat ini duduk diatas tempat tidur dengan menyandarkan punggungnya di kepala tempat tidur. Tangan pria itu sedang asyik berada di atas layar ponselnya. Nadira tidak memahami apa yang saat ini sedang dikerjakan oleh suaminya. Melihat raut wajah suaminya yang tampak jelas bahwa ia sedang sangat fokus dengan layar ponselnya.Meskipun suaminya sudah mencarikan film yang menarik untuk ditontonnya, namun, Nadira sangat tidak fokus dengan layar televisi yang ad
"Ayo dibuka mulutnya," Arga mengarahkan sendok yang berisi potongan buah anggur ke mulut istrinya.Nadira tersenyum dan membuka mulutnya. Ia mengunyah potongan anggur yang ada di dalam mulutnya. Rasa buah itu terasa begitu sangat menyegarkan tenggorokannya"Bagaimana apa manis?" tanya Arga."Iya manis," jawab Nadira yang sedang mengunyah potongan anggur di dalam mulutnya."Apa iya?" Tanya Arga."Iya tapi Ada asam-asamnya juga." Nadira tersenyum lebar."Tadi katanya manis, sekarang ada asam-asamnya." Arga memandang istrinya dengan tatapan tidak percaya.Melihat sikap suaminya seperti ini membuat Na
"Apa kabar pak Arga?" sapa dokter wanita yang berwajah cantik dan berkacamata. Dokter Della tersenyum memandang Arga. Beberapa hari ini dokter Della selalu disibukkan dengan berbagai pertanyaan yang diberikan oleh pria yang saat ini duduk di depannya. Pria tersebut menanyakan masalah kehamilan. Bukan hanya masalah makanan yang sehat dan aman untuk dikonsumsi wanita hamil saja yang dipertanyakan oleh pria itu. Pria yang duduk dengan gaya angkuh di depannya itu, tidak malu-malu untuk menanyakan masalah berhubungan dengan istrinya. Bagaimana cara berhubungan yang tidak membahayakan kandungan istrinya. Dalam satu hari berapa kali dirinya boleh melakukan hubungan dengan istrinya. Pria itu juga menanyakan gaya apa saja yang boleh dilakukan nya. "Baik," jawab Arga. Dokter Della tersenyum memandang Nadira. "Ternyata Ibu Nadira masih sangat muda dan cantik," puji dokter tersebut. "T