"Nadira, aku ada tawaran pekerjaan untuk kamu. Lumayan gajinya gede. Kerja mulai jam 8 malam hingga jam 4 subuh," ucap Lala yang saat ini sedang melipat baju-baju yang tadi sudah di buat berantakan oleh pembeli"Kerja apa mulai dari jam 08.00 malam hingga jam 04.00 subuh," ucap Nadira yang memandang temannya dan mengerutkan keningnya."Ini pekerjaan halal kamu akan bekerja di klub malam yang mana pekerjaan ini bukan jadi wanita menggoda seperti kebanyakan atau juga pelayan di klub namun kamu akan bekerja di bagian kebersihan," ucap Lala menjelaskan."Bagaimana kamu tahu bahwa di sana ada pekerjaan untuk aku?* ucap Nadira.Lala tersenyum memandang Nadira. "Aku itu sudah lama bekerja di sana," ucap Lala yang mengecilkan suaranya."Kamu nggak pernah cerita," ucap Nadira yang masih menatap wajah temannya.Iya aku malas cerita tentang mas
"Apa kamu sudah katakan kepadanya bagaimana pekerjaan yang akan dilakukannya?" ucap Teddy yang sangat tidak yakin ketika melihat Nadira."Sudah Bang, saya juga sudah jelaskan bagaimana kondisinya bekerja jadi pembersih,* toilet ucap Lala.Teddy menganggukkan kepalanya. Teddy beranjak dari tempat duduknya dan berjalan mendekati Lala dan juga Nadira yang masih berdiri.Teddy memperhatikan Nadira dari atas hingga ke bawah. Teddy menggelengkan kepalanya ketika melihat Nadira. Teddy tidak yakin bahwa Nadira bisa melakukan pekerjaan yang sangat berat tersebut, mengingat laki-laki saja tidak sanggup bekerja menjadi pembersih toilet.Tubuh gadis itu juga tergolong mungil bila dilihat Gadis itu hanya memiliki tinggi 155 cm dengan badan 45 kg. Dengan melihat tinggi dan postur tubuh wanita saja tadi sudah bisa menebak Berapa tinggi dan juga berat tubuh wanita tersebut. Bila Teddy di berikan pertanyaan ber
Mata Nadira selalu memandang ke arah wanita itu dan melihat seorang pria yang berjalan ke arah wanita tersebut.Nadira seakan tidak percaya saat melihat adegan yang saat ini ada di depan matanya. Wanita dan pria itu saling berpelukan dan berciuman. Nadira Menundukkan pandangannya dengan kaki yang gemetar saat melihat pria itu menurunkan baju seksi milik wanita yang bertubuh langsing tersebut. Tanpa sengaja Nadira memandang benda yang berbentuk bulat dan besar itu menyembur keluar dari gaun malam yang seksi yang saat ini dipakai wanita tersebut.Posisi pasangan kekasih itu tidak jauh dari tempat Nadira duduk saat ini, sehingga Nadira dapat mendengar suara kecupan bibir mereka. Suara aneh yang membuat telinga Nadira sangat tidak nyaman mendengarnya.Nadira tidak tau apa yang dilakukan oleh pasangan kekasih itu, namun Nadira dapat mendengar dengan sangat jelas hentakan-hentakan yang di lakukan pria itu hin
“Tuan, saya mohon. Saya hanya bekerja di sini. Saya mohon tuan lepaskan saya.” ucap Nadira memohon. Wajahnya sudah sangat pucat dengan bibir yang memutih. Air matanya mengalir daras membanjiri pipinya. Tuan, saya mohon lepaskan saya. Tuan, Saya janji saya tidak akan mengatakan kepada siapapun. Saya bukan mata-mata tuan, saya mohon lepaskan saya." Nadira meringis merasakan kulit kepalanya yang terasa begitu amat sakit. Kepalanya pusing sangat ketika tangan pria itu sangat kuat menarik rambutnya. "Sakit tuan," ucap Nadira ketika pria itu menyeret tubuh mungilnya.Nadira tidak tahu kemana pria itu akan membawanya. Pria itu menyeret tubuhnya cukup jauh dari lokasi toilet tempat ia bekerja. Nadira yang baru bekerja tidak mengetahui tempat lokasi tersebut. "Tempat apa ini." Nadira berucap didalam hati saat melihat pria itu membuka pintu rumah tersebut.Tanpa berbicara sama sekali,
Arga mengangkat tubuh gadis itu dan menghempaskannya ke atas di atas springbed. Arga mencium bibir gadis itu dengan sangat kasar, ia melumat bibir itu dan mengobrak Abrik isi didalam mulut gadis itu. Sedangkan tangannya bermain-main dengan benda bulat yang berukuran tidak besar tersebut.Arga melepaskan bibirnya dari bibir Nadira saat gadis itu sudah kesulitan bernafas.Nadira tersebut terus meronta-ronta dengan air mata yang mengucur deras. Ketika pria itu membuka paksa celana jeans yang dipakainya. Nadira merasakan perih di pipinya, kepalanya terasa pusing, telinganya mendengung dan bibir berdarah. Saat tamparan yang begitu keras mendarat di pipinya. Nadira merasakan kerasnya tangan pria itu yang berulang-ulang kali menamparnya.“Jika kau melawan, aku akan membunuh mu. Kau tau bahwa aku membenci penghianat,” ucap Arga sambil menjepitkan jarinya di dagu
"Halo La," ucap Nadira yang mengangkat panggilan masuk dari Lala. Nadira terbangun saat mendengar dering di ponselnya. "Halo Dira, kamu di mana? Apa gak masuk kerja?" Ucap Lala yang sudah berada di toko. Dira diam saat mendengar ucapan Lala. Tubuhnya terasa begitu sangat sakti, bekas tamparan di wajahnya masih terasa pedih dan panas. "Moga aja telinga aku gak tuli karena di tampar." Nadira berucap di dalam hati dengan memegang telinganya yang terasa sakit. Kepalanya juga sangat pusing. Dira menjangkau cermin kecil yang ada di meja kecil di samping tempat tidur. "Aku tidak mungkin ke toko dengan wajah babak belur seperti ini," ucap Nadira memandang wajahnya dari pantulan cermin. "La, tidur lagi kamu?" Lala berucap dengan nada suara yang cukup keras hingga Nadira terkejut saat mendengar suara melengking dari dalam telpon milikinya.
Seharian ini Nadira hanya menagis meratapi nasibnya. Nadira tidak mengerti mengapa dirinya berada di posisi seperti ini. Nadira memandang ponselnya yang berdering. Dengan sangat cepat Nadira mengusap air matanya saat melihat panggilan masuk dari ibunya. Nadira mengangkat panggilan telepon setelah berhasil meredam suara tangisnya."Ibu," ucap Nadira."Halo nak, Dira lagi apa?Kenapa lambat angkat telepon Ibu?" ucap Erna." Iya halo Bu. Tadi Dira lagi di kamar mandi Bu," ucap Nadira yang mengusap air matanya. Nadira menutup mulutnya agar suara tangisnya tidak terdengar oleh ibunya."Apa hari ini nggak kerja?" tanya Erna."Kerja Bu, ini lagi di toko. Kebetulan nggak ada yang beli," ucap Nadira berbohong."Ibu kirain tadi lagi di rumah, soalnya sepi dengarnya," ucap Erna."Enggak Bu, kebetulan toko
Nadira duduk sejenak di kursi kerjanya, saat dirinya sudah sampai di tempat kerjanya. "Ternyata capek juga," ucap Nadira di dalam hati sambil memijat-mijat kakinya yang terasa penat. Nadira sedikit mengangkat topi yang dipakainya ke atas dan mengusap keringat yang menetes di pelipis keningnya. Di ambilnya botol minum yang ada di dalam tasnya dan meneguk air putih tersebut. Nadira kembali melanjutkan pekerjaannya setelah ia merasa lelahnya berkurang. Nadira masuk ke dalam toilet dan membersihkan toilet itu satu persatu. Pekerjaannya saat ini tidak terlalu berat, berhubung Nadira sudah memberikan toilet sebelum pulang. Nadira berada di dalam toilet yang di gunakan oleh pria semalam. Berapa di dalam toilet ini membuat Nadira meras begitu sangat takut. Nadira mengingat bagaimana pria itu memukul lawannya dan menyiksanya. Nadira bersandar di dinding ketika tubuhnya hampir terjatuh. Setelah ia merasa tubu