Share

Malam yang Menyesakkan

Author: Senja Berpena
last update Last Updated: 2025-06-23 23:00:38

Malam telah larut. Jam dinding di ruang rawat menunjukkan pukul 01.27 dini hari. Lampu utama telah diredupkan, menyisakan cahaya temaram dari lampu sudut ruangan yang menyinari wajah pucat Thania.

Thania terbangun dari tidurnya karena nyeri yang luar biasa di bagian perut—bekas luka operasi yang belum sepenuhnya pulih. Napasnya tersengal, dan ia menggigit bibir bawahnya untuk menahan teriakan.

Ia tidak ingin membangunkan Melvin yang tertidur di sofa kecil di pojok ruangan. Tapi nyeri itu tak tertahankan. Jemarinya menggenggam selimut erat, peluh dingin mengalir dari pelipisnya.

Tangis pun akhirnya jatuh. Diam-diam, tanpa suara. Hanya air mata yang mengalir deras, membasahi pipi yang pucat dan lelah. Bahu Thania bergetar pelan.

Ia membenci dirinya sendiri karena merasa begitu lemah. Bukankah seharusnya seorang ibu kuat? Tapi mengapa ia justru merasa seperti beban?

“Aku bahkan tidak bisa memberi ASI… tubuhku terlalu lemah… aku bahkan tidak bisa menahan rasa sakit ini,” gumamnya lirih, h
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
SumberÃrta
ga ush mikir yg macem2 dulu tania kalo sakit ya bilang jangan dipendem sendiri yg kamu pikirin kesembuhan mu dulu biar kamu bisa mendampingi si kembar setelahnya
goodnovel comment avatar
Kania Putri
jangan merasa rendah diri dong Kirana kamu selamat dan sudah bertahan aja itu udah bagus sekarang pulihkan konfisikian tubuh lalu bangkit buat anak kamu
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Hadiah Kecil untuk Ibu Baru

    Malam telah larut ketika Thania terbangun dari tidurnya yang singkat di kamar utama. Bayangan lampu tidur yang temaram memantul lembut di langit-langit, membuat suasana kamar terasa hangat dan tenang.Melvin belum ada di sampingnya. Perut Thania masih sedikit terasa nyeri pasca operasi, namun perasaannya jauh lebih ringan dari hari-hari sebelumnya. Ada semacam harapan baru yang perlahan tumbuh.Beberapa menit kemudian, pintu kamar terbuka perlahan. Melvin masuk dengan senyum lebar dan mata berbinar, seakan menahan sesuatu. Ia menghampiri Thania lalu menggenggam tangannya.“Aku tahu kau lelah, tapi bisakah kau ikut aku sebentar?” bisik Melvin penuh antusias.Thania mengerutkan kening. “Ke mana? Ini sudah malam.”Melvin tertawa kecil. “Percayalah padaku. Ini kejutan kecil yang sudah lama kutunggu untuk memperlihatkannya padamu.”Melvin membantu Thania berdiri pelan. Langkah mereka menyusuri lorong rumah yang tenang. Setelah melewati ruang tengah, mereka berhenti di depan dua pintu yang

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Kembali ke Rumah

    Setelah berminggu-minggu berada di rumah sakit, menjalani masa kritis, dan melewati operasi besar yang hampir merenggut nyawanya dan bayi-bayinya, akhirnya hari ini tiba. Hari yang telah lama ditunggu. Hari di mana ia bisa pulang ke rumah.Dokter memutuskan bahwa kondisi Thania telah cukup stabil. Luka operasi sesar-nya telah membaik secara signifikan, dan tekanan darahnya pun perlahan kembali normal.Bayi-bayi mereka, Aiden dan Austin, masih harus tinggal di ruang neonatal selama beberapa hari lagi untuk pemantauan lanjutan. Namun, Thania diperbolehkan pulang lebih dahulu agar dapat beristirahat dan memulihkan diri di rumah.Melvin menggenggam tangan Thania erat saat mereka meninggalkan bangsal rumah sakit. Langkahnya hati-hati, memandu sang istri yang masih tampak lemah dan pucat, namun senyum hangatnya menunjukkan betapa kuat jiwa Thania. Wajah itu tetap cantik, meski lelah dan tirus, dan di mata Melvin—Thania tetap menjadi cahaya rumahnya.Perjalanan menuju rumah terasa seperti pe

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Sidang Putusan Joana

    Ruang sidang dipenuhi ketegangan yang tebal seperti kabut pagi di lembah yang belum tersentuh matahari. Sorotan kamera televisi, suara bisik-bisik dari para jurnalis, dan tatapan tajam dari kursi-kursi pengamat menyatu dalam satu suasana yang menyesakkan.Di kursi terdakwa, Joana Rivelle duduk dengan kepala tegak, namun wajahnya kusut. Rambut panjangnya tampak tidak terurus, matanya merah menyala seperti bara api yang tak kunjung padam.Di kursi saksi, Melvin Reandra duduk tegak dengan setelan jas hitam dan dasi biru tua. Di sampingnya, kuasa hukum keluarga Reandra, serta beberapa pengacara dari pihak jaksa, siap menyambut detik-detik yang paling dinantikan—putusan akhir atas wanita yang hampir merenggut tiga nyawa sekaligus.Ketukan palu terdengar tiga kali.“Sidang perkara Joana Rivelle atas dakwaan percobaan pembunuhan berencana dinyatakan ditutup dengan pembacaan putusan,” suara Ketua Majelis Hakim menggema di seantero ruangan.Semua yang hadir langsung diam. Tak ada napas yang te

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Sidang Lanjutan

    Hari itu, ruang sidang kembali dipenuhi oleh wartawan, aparat, dan beberapa keluarga korban serta terdakwa.Persidangan lanjutan kasus percobaan pembunuhan terhadap Thania Reandra kembali digelar. Namun hari ini terasa berbeda.Sorotan utama tidak lagi hanya tertuju pada terdakwa, Joana Rivelle, melainkan pada seorang pria yang baru kali ini hadir secara langsung sejak sidang dimulai—Melvin Reandra.Dengan setelan jas abu gelap dan sorot mata tegas, Melvin melangkah masuk ke ruang sidang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Tatapannya lurus, penuh kendali, meski semua orang tahu bahwa luka batinnya belum benar-benar pulih.Sementara Thania masih dalam masa pemulihan. Kedua anak kembarnya pun masih memerlukan perhatian ekstra.Namun Melvin tahu, hari ini ia harus berdiri. Bukan sebagai suami atau ayah, melainkan sebagai saksi utama atas tindakan yang hampir merenggut tiga nyawa yang paling berharga dalam hidupnya.Di sisi lain, Joana duduk di kursi terdakwa, diborgol, dengan dua petugas

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Dilakukan Observasi

    Setelah insiden kericuhan yang dibuat Joana di ruang sidang perdana, pengadilan memutuskan untuk memindahkannya ke ruang tahanan khusus.Keputusan itu bukan tanpa sebab—selama jalannya persidangan, Joana beberapa kali berteriak, mengamuk, bahkan nyaris melukai dirinya sendiri saat dibawa keluar oleh petugas.Dalam rekaman kamera pengadilan, tampak jelas bahwa wanita itu tidak hanya dipenuhi amarah, tetapi juga tidak mampu mengendalikan emosinya secara normal.Ruang tahanan khusus itu terletak di bagian belakang kompleks tahanan wanita, dilengkapi pengawasan ketat dan terpisah dari para tahanan lainnya.Di dalamnya, hanya ada satu ranjang besi, selimut tipis, dan meja kecil dari beton. Tidak ada cermin, tidak ada tali, dan tentu saja tidak ada benda tajam—semuanya dirancang untuk menghindari potensi tindakan menyakiti diri sendiri atau orang lain.Seorang psikiater forensik ditugaskan oleh pihak kejaksaan untuk melakukan observasi awal terhadap kondisi kejiwaan Joana.“Dia memang memil

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Sidang Perdana Joana

    Hari ini sidang perdana Joana dilakukan. Di dalam ruang sidang utama, bangku-bangku pengunjung telah penuh oleh awak media, aparat keamanan, dan beberapa kerabat korban maupun terdakwa.Ini adalah sidang perdana kasus yang telah mengguncang reputasi dan emosi banyak pihak—kasus percobaan pembunuhan terhadap Thania Reandra, istri dari pebisnis muda ternama, Melvin Reandra.Jam menunjukkan pukul sembilan tepat ketika suara langkah sepatu menggema dari lorong panjang di luar ruang sidang.Empat petugas berseragam gelap berjalan dalam formasi pengamanan ketat, mengapit seorang wanita dengan borgol di tangannya. Joana, si terdakwa, kini tampak sangat berbeda dari sosoknya yang dahulu dikenal sebagai sosialita berparas cantik.Wajahnya kusam tanpa riasan, rambutnya kusut dan tak terurus, namun mata itu—mata yang dulu berbinar manja—kini kosong, tapi menyimpan bara yang tak padam. Amarah, dendam, dan keterpurukan bercampur menjadi satu dalam sorot matanya.Begitu ia dibawa masuk ke ruang sid

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status